three

13.5K 1K 50
                                    

Jaemin menyilangkan kedua lengannya di dada. Ia duduk membelakangi sang papi yang sedang berbincang dengan salah satu bawahannya yang lain. Keningnya berkerut, dan bibirnya mengerucut. Ia menatap tajam proposal lusuh yang dengan sengaja diletakkan papinya di hadapannya.

Ia sudah duduk manis di sana selama hampir satu jam. Karyawan demi karyawan sudah berulang kali keluar-masuk dari ruangan sang papi, membicarakan ini itu. Dan selama satu jam tersebut, yang ia dapatkan hanyalah lirikan-lirikan singkat dari karyawan papinya. Papinya bahkan belum ada mengeluarkan sepatah katapun kepadanya selain "duduk".

Jaemin melirik tajam belakang kepala karyawan papinya saat pria itu akhirnya berjalan ke luar, dengan setumpuk kertas yang ia tidak tahu apa.

Saat mendengar helaan napas panjang dari arah belakangnya, Jaemin pun memutar kursinya dan menatap papinya dengan tatapan menantang. "Nana gak salah apapun."

Tuan Park memicingkan matanya. Melihat tingkah anaknya yang masih terlihat santai setelah membuat masalah di salah satu divisi perusahaannya, berhasil mengingatkannya pada seseorang yang saat ini sedang berada di Negeri Paman Sam.

"Terus? Kenapa kamu sampai diseret ke sini?" Alis Tuan Park naik sebelah.

Jaemin mendengus. "Nana gak diseret ke sini, pi. Nana yang maksa buat ke sini tapi mereka malah nyeret Nana buat pergi. Untung tadi ada Seulgi noona."

Sebelum Jaemin menerobos masuk ke ruangan Hyunbin yang berada di lantai 15, ia ditahan untuk tetap berada di lantai 7 untuk menyelesaikan masalah yang ia buat. Namun, Jaemin adalah Jaemin, dan ia hanya menulikan telinga terhadap caci maki yang ia dapat dari Mingyu. Ia bahkan tidak ada niat untuk berdamai. Demi apapun ia merasa dilecehkan. Dan hal tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja. Apalagi di perusahaan papinya.

Sayangnya, ia tidak bisa langsung menemui papinya karena ia dipanggil oleh manager divisi pemasaran, divisi tempat ia bernaung, untuk menghakiminya. Saat ia mendengar suara lift yang sampai di lantai 7, Jaemin langsung keluar dari ruangan itu dan lari secepat mungkin ke arah lift yang berada di seberang ruangan.

"Papi mau denger side story dari kamu."

Jaemin pun menyampaikan keluh kesahnya selama bekerja di divisi pemasaran 3 hari terakhir. Ia mengatakan semuanya, bahkan apa yang ada di benaknya saat Mingyu menyentuhnya pun ia beritahu kepada sang papi, membuat pria yang lebih tua tersedak liurnya sendiri. Tidak ada yang terlewatkan. Hanya ada beberapa tambahan di sana sini untuk membumbui ceritanya agar terdengar sedramatis mungkin.

Tuan Park memijit pangkal hidungnya. Selama Swan Holding berdiri, ia belum pernah mendapat laporan apapun terkait masalah pelecehan terhadap karyawannya. Dan pengalaman pertamanya harus pula Jaemin, anak kesayangannya, yang mengalaminya.

"Pi—"

Tok tok tok!

Jaemin mendengus karena omongannya harus terpotong. Ia pun menoleh ke arah pintu yang terbuka, menampilkan sosok sekretaris papinya yang cantik sekaligus kompeten. Kang Seulgi. "Permisi, Pak. General Manager Jung Jaehyun sudah sampai."

"Ah, ya. Suruh dia masuk."

Seulgi membungkuk sedikit sebelum mengundurkan diri. Tak lama kemudian, seorang pria tampan berwajah dingin memasuki ruangan tersebut. Jaemin hanya menatapnya sekilas, karena ia lebih tertarik dengan aroma tubuh yang tercium olehnya ketika pria itu berjalan melewatinya.

"Selamat siang, Pak. Saya membawakan rangkuman laporan bulan lalu."

Tuan Park bangkit dari duduknya dan menggiring Jaehyun untuk duduk di sofa.

Tuan Park membenarkan letak kacamata bacanya lalu menatap Jaemin. "Kamu kembali saja ke divisimu. Masalah ini akan papi selesaikan."

Jaemin hanya memutarkan matanya. Ia ingin agar Mingyu mendapatkan balasan yang setimpal. Jadi, ia pun berujar, "Aku mau dia dipecat."

annyeong || 2jae ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang