twelve

8K 626 74
                                    

Aku baru sadar ternyata judul chapters nya pada gak sinkron ehe.

Aku freak out waktu lihat rank-nya work ini naik sampe ke-empat. Padahal baru semalam dia turun dari delapan ke sembilan.

Kok bisa sih? Cara kerjanya gimana? Overthinking much?

Anyway, makasi banyak buat yang udah shows support di semua work aku. I'm really grateful♡♡ kalo aku kenal kalian in person, mungkin uda aku traktirin makan nih di tempat fav aku ㅠㅠ tapi karena ini dunia maya, aku traktirnya lewat update-an new chap aja ya. Ahaha♡

Enjoy

1

2

3

Tuan Park menghelakan napasnya berulang kali, berusaha menenangkan dirinya yang tersulut emosi karena ulah Jaemin. Dan karena ulah anak tunggalnya yang menggemparkan satu perusahaan, ia pun terpaksa kembali ke Korea tiga hari lebih cepat dari jadwal awalnya.

Ia memandangi Jaehyun yang berdiri tegap dengan kepala sedikit menunduk di depannya.

"Kamu tahu maksud Saya manggil Kamu ke sini untuk apa?"

Jaehyun mengangguk mantap. "Saya mengerti, Pak. Tindakan Saya tempo hari sudah melewati batas dan melanggar peraturan perusahaan."

Tuan Park menghela lagi. "Harusnya kamu menyikapi Nana dengan lebih tegas, Jae. Lihat masalah yang dia buat. Imbasnya ke kamu."

Jaehyun mengangkat kepalanya. Ia tersenyum tipis. "Tak apa. Saya hanya berkorban sedikit demi pujaan hati, Pak."

Tuan Park sama sekali tidak terkejut dengan ucapan Jaehyun. Meskipun ia tidak akan ikut campur, namun ia tetap memantau apa saja yang dilakukan anaknya.

"Dia gak akan peduli. Percaya sama Saya." Jaehyun hanya tersenyum kecil mendengar penuturan sang atasan yang ia yakin juga benar adanya.

Tuan Park mengangkat tangannya di udara; ia pasrah. Ia benar-benar tidak ingin mencampuri masalah pribadi sang anak. Ntah itu hubungannya dengan Jeno ataupun Jaehyun, orang kepercayaannya di perusahaan. Ia hanya akan memantau, dan membiarkan Jaemin menyelesaikannya sendiri. Namun jika sudah tak terkendali, barulah ia akan turun tangan.

"Sehabis jam makan siang, datanglah ke ruang rapat. Jangan telat, Jae. Kamu tau prosedurnya. Saya akan bantu kamu semampu Saya. Untuk sementara, jangan mengulah. Abaikan saja si Nana. Stay low."

Jaehyun menganggukkan kepalanya mantap, lalu undur diri dari ruangan atasannya. Setiap aksi yang kita lakukan memang sudah seharusnya untuk dipertanggungjawabkan. Dan Jaehyun memantapkan diri untuk tidak menciut begitu saja, mengingat bahwa posisinya di perusahaan berkemungkinan terancam karena ulahnya sendiri.

"Kau pasti kapok." Ucap Jaemin.

Jaemin sudah berada di depan ruangan sang direktur, aka Tuan Park, sebelum Jaehyun datang. Ia berbincang-bincang dengan Seulgi mengenai hal tidak penting. Itu hanya pengalihan saja. Ia memang sengaja pergi ke lantai sang papi untuk menguping dan mengganggu Jaehyun.

"Tidak."

"Kau pasti menyesal." Jaemin menatap Jaehyun dengan alis terangkat sebelah, menunggu pria di hadapannya menjawabnya dengan kata 'iya'.

"Tidak."

Jaemin memutar matanya. Ia menyilangkan kedua lengannya kemudian mengikuti Jaehyun menghadap ke pintu lift yang masih tertutup. "Kau pasti merindukanku."

annyeong || 2jae ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang