thirty eight

5K 462 71
                                    

sumpah ini panjang banget kayanya. 
anggap aja sebagai utangku dalam seminggu.
jangan muntah plis...


><

Pagi itu, Jaemin bangun dengan senyuman cerah di wajahnya. Ia merasa sangat excited dan tidak sabar dengan apa yang menunggunya di beberapa jam kedepan. Ia sudah melakukan rutinitas paginya. Mandi, sarapan, dan berdandan, dan semua itu menghabiskan waktunya selama dua jam.

Ia kini sedang membantu bunda Minah untuk bersiap-siap di kamar hotel ayah dan bunda Lee. Wanita itu terlihat sedikit kaku, dan wajahnya pun tidak berseri seperti biasanya. Jaemin tidak peduli dan tidak memperhatikannya. Yang ada di pikirannya saat itu adalah kemungkinan-kemungkinan bagaimana harinya akan ia lewati.

"Bunda!" Bunda Minah tersentak, dan Jaemin berdecih. "Aku udah manggil bunda berulang kali, tau?!"

Bunda Minah terkekeh pelan melihat bibir Jaemin yang mengerucut. "Mian. Ada apa?"

Dengan kesal, Jaemin menunjukkan dua pasang sepatu yang masih berada di dalam kotaknya. "Bunda mau pake yang mana?"

"Yang putih saja."

"Oke. Kalau begitu, bunda harus pake yang biru. Aku gak mau bunda terlihat biasa aja. Ini acara penting, tau? Kalau bunda muncul dan terlihat biasa-biasa aja, Jeno pasti akan kecewa!"

Bunda Minah hanya menyahuti dengan gumaman kecil. Pikirannya kembali ke ucapan Jaemin yang tidak sengaja ia dengar di atas kapal. Terkejut, tentu saja. Ia juga tidak percaya dengan apa yang didengar oleh kedua indera pendengarnya. Ia lalu melirik punggung pemuda manis di depannya, sibuk mengoceh ini itu, dan tidak menunjukkan tanda-tanda kesedihan.

Jika diingat-ingat, ia sendiri tidak pernah melihat Jaemin menunjukkan emosi lain selain marah, jengkel, sinis, dan senang. Sepertinya pernah sekali atau dua kali. Tetapi itu sudah lama sekali.

Ia takut kalau sikap yang diambil Jeno, membuat pemuda manis tersayangnya menjadi mati rasa.

"Kamu kelihatan cantik."

Jaemin menghentikan kegiatannya memoles liptint di bibirnya, lalu melihat interaksi suami istri di belakangnya yang saling bertatap. Ia menyunggingkan senyuman kecil. Ayah dan bunda sesungguhnya sangat baik kepadanya. Mereka bahkan memperlakukannya sama seperti yang mereka lakukan kepada Jeno. Tetapi ia lebih menyukai gaya parenting kedua orang tuanya. Papinya yang memanjakannya, dan maminya yang membantunya menguatkan mentalnya.

"Masih ada aku di sini, omong-omong."

--

Acara pernikahan Jeno dan Aeri sudah berlangsung selama tiga jam. Banyak tamu yang berdatangan silih berganti, semuanya mengucapkan selamat kepada pasutri baru tersebut.

Dengan suasana hati yang sedikit pundung, Jaehyun memaksakan senyumannya kepada setiap tamu yang juga menghampirinya. Kepalanya masih lumayan berat karena malam sebelumnya ia habiskan untuk meneguk habis tiga botol wine. Pengarnya belum sepenuhnya hilang.

"Kau terlihat seperti orang yang baru dipecat."

Jaehyun menoleh ke kanan. Seorang pria dengan balutan jas dan mullet berdiri di sebelahnya. Matanya menyusuri lantai ballroom, terlihat santai namun tidak bersahabat.

Karena mood-nya yang sedikit turun, dan ia juga tidak mengenal siapa pria itu, Jaehyun pun mengabaikannya.

"Kemana ponakanku?"

annyeong || 2jae ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang