twenty seven

4.9K 413 29
                                    

Hai.
Aku kembali membawa sesuatu.

Enjoy ♡♡

◇◇◇▪︎■♧■▪︎◇◇◇

"Pi, aku gak mau datang lagi ke kantor. Tempat itu membosankan! Aku harus berburu banyak rusa karena sebentar lagi akan turun salju. Kau tau, kan? Semuanya akan sia-sia kalau aku memburunya saat salju sudah turun. Sampaikan salamku untuk Jaehyun. Ah. . . katakan padanya untuk tidak merindukanku! Aku akan mengunjunginya, tentu saja! Tapi untuk saat ini, aku akan bermalam di igloo. Ternyata penghuninya sangat dingin! Tapi tenang saja! Aku yang hangat berhasil mencairkan suasana!"

Tuan Park menghelakan napas panjang setelah mendengar voice mail dari Jaemin. Tingkah anaknya itu benar-benar tak masuk di akalnya. Apa sekarang ia sedang berada di Kanada dan benar-benar berburu rusa?!

Tetapi, mengingat bahwa saat itu sedang musim panas, tidak mungkin Jaemin benar-benar di Kanada. Benar, kan?

Jaehyun berdeham canggung saat atasannya itu melirik ke arahnya. "Jadi, kau calon menantuku, ya?"

"Ne?! Ah. . . Eum. . ." Apa Jaehyun harus menjawab pertanyaan itu dengan 'iya'? Tapi, ia sendiri belum mendapatkan restu dari pria di hadapannya.

Ah. Jaehyun ingin kabur aja rasanya. Beberapa hari terakhir, ia sudah membuat skenario di otaknya bila suatu waktu ia berpapasan dengan papinya Jaemin, yang juga atasannya di kantor.

Tentu saja, dirinya di dalam imajinasinya melakukan segala sesuatunya dengan sangat baik dan terdengar yakin serta teguh pendirian. Tetapi nyatanya, ia merasa kecil saat ditatap datar oleh ekhem, calon papi mertuanya.

"Jangan canggung seperti itu." Ucap tuan Park yang menyadari gelagat Jaehyun yang terkesan kaku. Meskipun Jaehyun orang kepercayaannya di Swan Holding, namun saat ini topik pembicaraan mereka adalah putra semata wayangnya. Dan ia tidak mungkin asal mengiyakan setiap lamaran yang ditujukan untuk anaknya. Ia kemudian melanjutkan. "Apa kau serius dengan anakku, Jay? Kau tau karakternya seperti apa. He can be a handful sometimes."

Jaehyun berdeham. Setiap kali berjauhan dengan si manis, rasanya seperti ia kehilangan sesuatu. Sepertinya, ia memang sudah menganggap Jaemin sebagai separuh dari dirinya. Jika sudah seperti itu, apakah ia masih terbilang bermain-main dengan perasaannya? Tentu saja tidak. Meskipun pengalamannya dalam urusan asmara sangat sedikit mendekati hampir tidak ada, ia tidak bodoh untuk mengartikan apa yang ia rasakan terhadap Jaemin.

Jaehyun sedikit merilekskan tubuhnya. Ia menatap atasannya tanpa rasa gentar. "Saya serius, pak. Saya tau Nana masih memiliki hubungan dengan orang lain dan saya sedikit banyaknya tau hubungan mereka seperti apa. Bukan maksud saya datang untuk merusak hubungan itu, tetapi saya merasa bahwa Nana membutuhkan seseorang yang lebih reliable, seseorang yang bisa ia gunakan sebagai sandarannya, yang bisa ia percaya."

"Dan kamu berpikir kalau kekasihnya bukan orang yang seperti itu?"

Jaehyun menganggukkan kepalanya. "Nana memberitahu saya duri yang ada di hubungan mereka. Memang bukan hak saya untuk men-judge mereka. Tetapi dampaknya ke Nana, membuat saya sedikit khawatir."

Jaehyun takut Jaemin akan sangat terpengaruh oleh keinginannya untuk balas dendam. Bukan hanya pikiran, hatinya juga bisa terpengaruhi. Jaehyun takut Jaemin menjadi semakin keras hatinya karena keinginannya untuk balas dendam tersebut.

Alis tuan Park naik sebelah. Ia tidak tahu menahu perihal 'duri' yang disebutkan oleh Jaehyun. Apakah itu alasan bagi Jaemin yang akhir-akhir ini selalu menolak untuk menikah, terlebih lagi dengan Jeno?

annyeong || 2jae ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang