CDPU||Bimbang

7.7K 652 7
                                    

"Kamu hutang cerita kepada kami Zara" setelah Nilna mengatakan itu. Ia lngsung pergi bahkan tanpa salampun.

Deg

"Jangan kau biarkan persahabatan kami hancur ya Allah" batin Zara.

_______________________________________________

Zara masih di sini menunduk dan tak mau melihat Ahdzan yang berda di sampingnya.
"Zara?" Tanya Ahdzan pelan. Pasalnya dari tadi dia hanya diam tak berkutik saat Zara menunduk.

Grep

Zara memeluk Ahdzan, ia menangis sejadi jadinya.
"U-uztadz hiks Zara ta-takut" ucapnya sesenggukan di pelukan Ahdzan. Mungkin jika Zara sadar ia akan malu. Bisa bisanya ia memeluk Ahdzan.

"Suuutt,tenang. Saya bersamamu" kata Ahdzan

Saat sadar Zara langsung melepaskan pelukannya. Dan pipinya bersemu merah.
Ahdzan tau jika kini istrinya sedang menahan rasa malu.

"Khem" dehem Ahdzan memecahkan susana tegang ini.

Namun terdengar pintu terbuka dari arah depan. Ternyata seorang dokter paruh baya masuk untuk memeriksa keadan Zara.
"Bagaimana keadaan istri saya dok?" Tanya Ahdzan.
Sang dokter hanya menyernyitkan dahinya. Pasalnya Zara yang masih menggunakan seragam sekolah.
"keadaan nya tidak apa-apa mas, boleh langsung di bawa pulang. asalkan tidak lupa meminum obatnya" perkataan domter langsung dibalas anggukan mantap oleh Ahdzan.
"Kalau begitu saya permisi" ijin dokter keluar
"Terimakasik dok" ucap Ahdzan.

Kini mereka berada di dalam mobil. Hanya kecanggungan yang ada.
Ahdzan bingung mau memulai topik dari mana. sedangkan Zara masih sibuk bergelut dengan pikiran bahwa nilna dan salsa tau Zara dan Ahdzan adalah suami istri.
Saat sibuk berpikir bagaimana cara meluruskan pada nilna dan salsa.
Tiba tiba Zara melihat kang siomay di pinggir jalan kelihatannya enak.

"Ustadz, berhentii ustadz!!" Panggil Zara tanpa menatap yang punya nama. Dan masih melihat gerobak sioamay tersebut.
"Ck ada apaa?" Tanya Ahdzan.
"Zara pengen siomay ustadz" pinta Zara pada Ahdzan.
Kemudian ahdzan pun melihat ke arah tatapan Zara. Lalu ia mengerti apa yang diinginkan istri kecilya ini. Duh menggemaskan sekali.

"Boleh ustadz?"tanya Zara memastikan sebelum keluar mobil.
"Hemm" itu saja yang keluar dari mulut Ahdzan.
Kemudian Zara membuka pjntu mobil untuk turun membeli siomay.

"Siapa bilang kamu boleh turun?" Lanjut ahdzan.
Zara pun kebingungan.
Bagaimana bisa ia makan siomay tanpa membeli? Ia kan tidak bisa memasak.
"Biar saya yang beli" kata Ahdzan seolah itu adalah perintah.

"Yang pedas ustadz!" Ucap zara saat Ahdzan melepas selbelt nya. Kemudian Ahdzan menatap Zara tajam.
Dan zara hanya mengangkat jari peace sambil tersenyum

Ahdzan pun keluar mobil. Sembari melepas peci di rambutnya untuk membenarkan peci yang ia kenakan.
Adegan tersebut dilihat oleh banyak orang apalagi wanita. Dengan tatapn memuja.
"Ih sok kegantengan" gerutu Zara sebal.
"Awas embak embak suami orang tuh. Belum tau aja istrinya siapa" zara sangat sebal sekali.
Akhirnya ia keluar dan menyusul Ahdzan.

Langsung saja Zara memeluk tangan Ahdzan. Dan orang yang diperlakukan tersebut kaget seketika.
Sedangkan wanita-wanita tersebut iri dengan apa yang zara lakukan saat ini.
"Awas Zara saya mau bayar dulu" bisik Ahdzan pada telinga Zara.

Zara melepaskan tangannya dan Ahdzan langsung membayar pesanan siomay nya.

"Kenapa turun?, saya sudah bilang dimobil aja Zara" nasehat Ahdzan. Zara hanya menunduk malu pasalnya tadi ia memeluk Ahdzan.
Okelah bisa dikatakan Ahdzan posesif pada Zara. Karena ia tak mau kejadian tadi pagi terulang lagi.

"Nih" Ahdzan menyerahkan siomay nya pada Zara.
Mata Zara langsung berbinar.
"Terimakasih ustadz" ucap Zara dengan riang.
Ahdzan yang melihat senyum Zara hanya memesemkan bibirnya sedikit.

Zara memakan siomay dengan lahap.
"Ustadz tidak beli?" Tanya Zara pada Ahdzan.
"Untuk kamu saja" jawab ahdzan

"Aa ustadz" kata Zara. Ahdzan yang sedang menyetirpun hanya bisa membuka mulutnya.
Menguyah siomay tersebut
"Siomay hasil suapan istri memang enak" batin Ahdzan terkik

"Enak kn ustadz?"
"Hem enak" jawab Ahdzan.

Jam sudah menunjukan pukul 16.00 WIB. Kini jadwal ahdzan mengajar santri.
"Zara, saya ke pondok ada kelas sore ini. Kamu disini sendiri?" Ucap Ahdzan.
Pasalnya Bi wati ijin pulang kampung katanya ada acara keluarga. Sedangkan mang korib?ia tak akan berani ke rumah tuannya jika tidak ada Ahdzan atau orang lain di sana.

Dan zara hanya bisa menganggukan kepalanya.
Zara kembali sibuk memikirkan bagaimana mengenai Salsa dan Nilna.
"Apa aku chat mereka aja ya?" Gumam Zara.
"Apa mereka masih marah ?"
Zara hanya bisa guling guling dikamarnya. Menggigit bantal dan memeluk guling.
Ia menangis disana.

Sedang ditempat lain Ahdzan sedang bercengkrama bersama teman temanya. Namun bu nyai datang.
"Bagaimana keadaan Zara kang?" Tanya bu nyai pada Ahdzan.
"Alhamdulillah baik umi" jawab Ahdzan dengan senyum yang mengembang.
"Ingat nggih kang, Zara itu sudah jadi istri kamu. Jadikan ia istri seutuhnya. Bimbing ia menuju JannahNya. Semoga kalian tetap dalam lindungan Allah" nasehat Bu nyai. Dan Ahdzan mengaminkan doa beliau.

"Terimakasih banyak doanya mi"
"Oh ya satu lagi, ada pesan dari Fia katanya besok mau kesini, sekalian kamu beritahu istrimu pasti dia senang sekali" ucap Bunyai Umi Fatimah.
"Nggih umi, insyallah Ahdzan sampaikan" jawab Ahdzan.

Setelah Umi Fatimah pergi. Ahdzan kembali bercengkrama bersama temannya.

Ahdzan telah sampai di rumah dengan peci yang sudah terlepas dari tempatnya. Ia memasuki rumah setelah mengucap salam pada penghuni rumah. Namun ternyata tidak ada yang menyahut.

"Zara?" Panggil Ahdzan.
"Zara?" Panggilnya lagi dengan melihat lihat seisi rumah dari mulai dapur, ruang tamu, ruang keluarga, mushola. Dan berakhir di kamarnya.
"Assalamualaikum zara" salam ahdzan dari luar. Namun tak ada sahuta  dari Zara. Padahal ini sudah menujukan pukul 17.30 WIB.
Dibuka pintu kamar zara. Dan ahdzan memastikan apakah Zara baik-baik saja atau tidak.

Saat Ahdzan duduk di sisi kasur Zara langsung bergarak untuk duduk. Ternyata Zara tidak tidur ia hanya memejamkan mata saja.
Ahdzan melihat mata Zara yang sembab.
"Kamu tidak apa apa?" Tanya Ahdzan penasarann.
Zara hanya menggelengkan kepalanya. Namun Ahdzan yakin terjadi sesuatu pada Zara.
"Katakanlah zara" perintah Ahdzan namun dengan bmnada yang lembut bahkan sangat lembut.

"Zara bo-oleh peluk ustadz?" Tanya Zara.
Dan Ahdzan hanya menganggukan kepalanya.

Grep

"Zara bingung ustadz hiks, za-ara bingung gimana bi-bilang ke mereka" curhat Zara.
Ahdzan yang mengerti pun langsung memeluk erat istrinya seolah olah ia tak mau kehilangan Zara.

Pageraji, 3 Maret 2021

Cinta Diamku Pada Ustadz(After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang