CDPU|| Tamu Pagi Hari

8.9K 739 11
                                    

Dear Pemilik hati,

Mengagumimu dalam diam sungguh ujian yang sangat berat
Dimana aku harus bergelut dengan egoku untuk menyembunyikannya
Mengagumimu dalam diam adalah cara terindahku dalam mencintai ciptaanNya
Mengejarmu setelah Mengejar KeridhaanNya
Aku mencintaimu karena Allah
Aku akan terus mencari RidhaNya
berusaha perbaiki akhlak serta keimananku
Mengagumimu dalam diam memendam rasa dalam hati dengan segenp jiwa.

Pengagum Rahasia

Aku pun tertidur dengan baju yang masih sama ,dengan keadaan masih memegang buku da n pena.

___________________________________________________

Hari ini hari minggu, waktu libur bagi orang-orang yang yang beraktifitas di luar ruangan. Tapi tidak dengan pondok pesantren Al Awwal di dekat rumahku.
Seperti yang kita tahu kalu pesantren liburnya pada Hari Jumat . Jadi santriwan santriwati disana sedang belajar dan beraktifitas seperti biasa.

Jika kalian tanya aku pernah kunjung ke pesantren tersebut atau tidak jawabannya ,iya.
Kebetulan jika aku ingin aku bisa ke sana ke asrama putri. Bertemu dengan mba-mba santri dan mereka pastinya sudah tau siapa diriku.

Hari minggu rasanya malas bagi diriku unruk beraktfitas apalagi sedang ada 'tamu bulanan' . Duh makin males aja aku.

"Sayang ,anak perawan tuh harusnya bangun pagi sekali. Nanti jodohnya dipatok ayam loh" ucap umiku yang tiba-tiba datang dengan daster yang lengannya digulung sampai siku ,lagian mana ada jodoh dipatok ayam Huh dasar ibu-ibu.
Umi langsung menyibak gorden dikamarku.
Yang cahayanya langsung mengenai permukaan wajahku.

Aku hanya bisa pasrah . Berdiri dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi aku langsung menggunakan baju warna maroon dengan celana kulot warna abu-abu serta kerudung yang senada dengan bajuku.

Aku turun kebawah untuk membantu umi memasak. Jangan tanyakan diriku bisa masak atau tidakk... ohh tentu sajaa....
..tidak hihihi.
Ya walaupun tidak bisa memasak aku jago loh dalam mengiris-iris hihi

"Sayang ,tolong itu iris bawang putih, bawang merah ,sama cabainya" pinta umi ku.
"Iya umi" jawabku dengan langsung menggukung lengan panjangku sampai siku.

"Wihh anak abi pinter ya udah bisa masak" ucap abiku yang datang secara tiba-tiba
"Ya bisa lah bii ,walaupun cuma ngiris-iris doang hihi" jawabku
Sedangkan abiku hanya bisa tertawa.

Jangan tanyakan mengapa umiku tidak memperkejakan orang untuk mengurusi semua pekerjaan rumah ini. Bahkan abi menyuruh umi untuk minta orang saja yang mengurusi rumah tapi umi menolak dengan halus .
Katanya "selagi umi mampu kenapa minta bantuan orang lain, umi juga ingin mencari pahala dengan mengurusi suami dan anak umi" begitu kata umi. Sungguh aku bangga dan bahagia bisa memiliki umi seperti umi

Saat aku dan umi sedang asik memasak tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.
"Siapa sih yang bertamu pagi-pagi gini" gerutu ku sebal, bagaimana tidak kesal masa masih pagi-pagi gini sudah ada yang bertamu
"Hust gak boleh begitu,siapa tau penting" ucap umiku memperingatkan
"Biar umi yang buakin" lanjut umiku
"Ehh biar Zara aja umi, Zara penasaran siapa sih yang bertamu pagi-pagi begini" ucapku dengan nada sebal.
Sedangkan umiku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat perilaku anaknya.

"Huh awas ya" ucapku dalam hati pada tamu itu
Aku mulai berjalan kearah pintu . Saat ini aku sampai ke didepan pintu dan aku sedang membuka kunci pintunya.
Kunci sudah terlepas ku buka pintunya

"Assalamulaikum" ucap orang di depanku dengan senyumanya
"Waalaikumussalam" jawabku kaget dan aku langung menundukkan pandangnku.
Seketika jantungku mulai berdetak tidak normal . Kalian pasti tau siapa orang yang di depanku ini. Yah dia Kang Ahdzan dia orang yang bertamu pagi-pagi ini. Dan dia orang yang ku sumpah serapahi tadi.

"Duh Gusti, Zara tarik aja deh ucapannya" ucapku dalam hati

"Permisi de" ucap kang Ahdzan,yang seketika membuyarkan lamunanku tadi.
"Eh iya kang, ada apa?" Jawabku yang masih menunduk dan hanya melihatnya sekilas.
"Pak Salman ada di rumah de" tanya kang Ahdzan padaku
"I-iya kang ada" jawabku
"Monggo kang masuk saja saya panggilkan abi" lanjutku yang langsung di respon anggukan oleh Kang Ahdzan dan temannya satu lagi entah siapa aku tidak tau.

Kang Ahdzan dan temannya pun masuk ke rumah,dan lansgung ku persilahkan duduk di ruang tamu sembari aku memanggil abiku.

Aku berjalan ke arah dimana abiku berada yakni di dapur sedang bersama umi.
"Abi, itu ada kakang pondok yang nyariin abi" ucapku pada abiku yang di balas anggukan oleh abi
"Sekarang mereka dimana sayang?" Tanya abi
"Udah Zara suruh duduk di ruang tamu bi" jawabku
"Yaudah ambilin minum buat mereka ya" ucap abi padaku.
Well, aku maluu gimana mau anterin minum ke mereka.
Aku hanya menoleh ke umi sambil senyum semanis mungkin bermaksud umi tau apa maksud ku .
Dan umi hanya mengembuskan napas dan memutar bola matanya mal as.
Akhirnya umi yang membawa nampan berisi 3 cangkir kopi dan kue kering.

Di ruang tamu

"Eh ada Ustadz Ahdzan, apa yang membuat ustadz pagi-pagi ini kerumah kami?" Sapa abiku
Dan Kang Ahdzan serta temannya langsung mencium pungung tangan abiku.

"Eh nggih niki pak, saya kesini mau menyampaikan amanah dari Kyai Saefur, bapak sekeluarga diundang untuk ikut menghormati acara walimahnya Ning Fia pak"ucap Kang Ahdzan panjang lebar.
Nah perlu kalian tau. Kang Ahdzan atau Ustadz Ahdzan adalah tangan kanan dari Kiyai Saefur. Dia orang kepercayaannya kyai jadi kyai menyerahkan seluruh urusan yang tidak bisa di kerjakan nya kepada Kang Ahdzan.

Kalian tau? Sekarang aku hanya sedang mengintip dibalik tembok dapur dan tak berani keluar. Dalam kata lain aku sedang menguping hihihi.
Kulihat umiku jalan membawa minumman serta cemilan untuk tamu itu.

"Monggo kang, diminum kopinya" pinta umiku pada Kang Ahdzan dan temannya
"Nggih bu maturnuwn sangat jadi merepotkan" ucap mereka
"Tidak apa-apa cuma kopi sama kue kering kok gak bakal jadi rugi" ucap umiku
Dan aku hanya melotot melihat tingkah kekonyolan umiku

"Pantas saja aku bar-bar ternyata keturunan dari umi" ucapku dalam hati sambil cengengesan

"Oh iya kapan acara walimahnya tadz?"tanya abi
"Acaranya lusa pak, di aula pesantren hanya orang-orang terdekat dan keluarga pondok saja yang menghadiri" jawab Kang Ahdzan.
"Begitu baik nanti saya sekeluarga kesana"
"Alhamdulillah, maturnuwun" kata Kang ahdzan dengan senyumannya

"Monggo diminum kopinya tadz, kang" ucap abi
"Enggih niki" ucap mereka

Kulihat mereka sedang meminum kopi dan sekali-kali sambil bercanda gurau
"Ya Allah ,sadarkanlah hati Zara, Zara gak pantes buat kang Ahdzan" ucapku bermonolog dalam hati sedih.

Tak selang beberapa menit kulihat Kang Ahdzan dan temannya berdiri. Itu artinya mereka mau kembali ke pondok

"Loh ,sudahan tadz?"tanya abi
"Iya pak, soalnya saya ada kelas mengajar santri pagi ini" jawab kang Ahdzan
"Oh begitu,yowes monggo ustadz "
"Mari pak,bu. Assalamualaikum" salam mereka
"Waalaikumussalam wr wb" jawab umi dan abi

Setelah meraka pulang akupun keluar dari tempat persembunyianku.
Dan berjalan menuju tempat umi dan abi yang sedang berdiri
"Mereka bilang apa bi" tayaku pura-pura tidak tahu, dasar aku
"Mereka menyuruh kita datang ke acara walimahnya ning fia lusa sayang" jawab abi yang dibalas anggukan olehku

"Loh bukannya ning Fia umurnya masih 19 tahun ya bi, sama Zara berarti selisih 2 tahun dong. Kok udah nikah aja" tanyaku. Pasalnya dulu waktu aku kecil aku sering bermain dengan ning fia dan sekarang sudah mau menikah saja.

"Yang namanya jodoh nak,apalagi ning fia seorang ning pasti nanti suaminya juga seorang yang sholeh,jadi buat apa ditunda-tunda" jawab aku hanya bisa manggut-manggut
"Kenapa ? Kamu mau menikah juga ?" Tanya umiku tiba-tiba

Seketika mataku membulat 'menikah' ? Makanan macam apakah itu?










Pageraji, 14 Oktober 2020
21.38 WIB




Cinta Diamku Pada Ustadz(After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang