CDPU || Terbongkar?

7.3K 565 33
                                    

"Sudah kamu temui teman kamu dulu" ucap Ahdzan.
"Kasih hadiah dong ustadz" pinta Zara sambil menyodorkan tangannya.
Ahdzan pun menaikan Alisnya. Zara seperti anak kecil saja meminta hadiah kepada ahdzan. Dengan senang hati Ahdzan mengabulkan permintaannya.

"Kamu tutup mata" kata Ahdzan.
Dengan malas Zara menutup mata  dan.

Cup

Sebuah kecupan mendarat di bibir Zara. Zara langsung membuka matanya menatap Ahdzan yang sedang tersenyum manis padanya.
Ia masih mematung walapun ia sudah melangkah lebih dari ini dan sedang hamil tapi ia tetap malu pada Ahdzan.
Zara lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Hey kenapa ditutupi?" Tanya Ahdzan sembari memegang tangan Zara yang berada di wajahnya.
"Maluuu ustadz" jawab Zara. Percayalah Zara sedang blushing saat ini.

___________

Zara turun menemui Nilna dan Salsa.
"Ya Allah ibu kenapa lama sekali"tanya Nilna.
Zara hanya tersenyum simpul.
Kemudian ia bergabung bersama mereka berdua.

Hari sudah larut malam Nilna dan Salsa pulang ke rumah masing-masing.
"Hati-hati yaa kalian" ucap Zara di depan pintu.
"Siap assalamualaikum" salam mereka berdua.
"Waalaikumussalam wr wb" jawab zara

Zara menutup pintu kembali. Dan di belakanngnya terdapat Ahdzan yang sedang membawa kopi panas miliknya yang ia buat sendiri di dapur.
"Sudah pulang?" Tanya Ahdzan.
Zara pun mengangguk. Kemudian menuju dapur.
Zara yang diam membuat Ahdzan bingung.

Kenapa?

Ahdzan pun memilih mengikuti Zara dari belakang. Saat menaiki tangga tiba-tiba Zara tersandung  tangga. Untung  saja Ahdzan di belakang nya.
"Hati-hati!" perintahnya.
Zara memegang dadanya detak jantungnya berjalan cepat. Lalu ia memegang perutnya bernafas lega.

Kemudian ia lanjut berjalan yang di ikuti Ahdzan.
Sesampainya di kasur ia membaringkan tubuhnya dengan selimut yang menutupi badannya.

Ahdzan menghembuskan napasnya

Hush sabarr

Hormon ibu hamil memang tidak stabil. Ahdzan harus memaklumi itu.
"Zara" panggil Ahdzan di sebrang ranjang.
Tidak ada sautan dari Zara ia malah mengeratkan selinut di tubuhnya.
"Zara Lubni" panggilnya lagi.
"Tidak baik seorang istri mendiamkan suami" perkataan Ahdzan langsung membuat Zara membelalakan matanya kemudian menyibakan selimut dan mengganti posisi menjadi duduk.
Zara menunduk masih merangkai kata-kata untuk bertanya pada Ahdzan.
Ia menghadap ke arah Ahdzan dan langsung memeluj suaminya itu.
"Katakanlah jangan hanya diam. Saya tidak kuat jika kamu mendiamkan saya" kata ahdzan sembari mengelus rambut hitam panjang milik Zara.

Dengan berani Zara mendongakan kepalanya menatap Ahdzan. "Ustadz janji tidak akan marah?" Tanya Zara sedikit ragu.
"Jika itu tidak merugikan saya" jawabnya sembari mengedikan bahunya.
"Ih seriuss ustadzz" rengek Zara. Ahdzan tersenyum karena Zara kembali manja padanya.

"Ck iya katakanlah"
"Ehmm.-"
"Setelah lulus sekolah Zara mau jadi apa ustadz?" Tanya Zara
"Ibu" dengan entengnya Ahdzan menjawab begitu.
"Bukan ituuu. Maksud Zara, setelah sekolah Zara mau jadi ibu rumah tangga atau lanjut kuliah?" Tanya Zara hati-hati pada Ahdzan takut Ahdzan marah padanya.

Ahdzan masiih menatap Zara tak berkedip.
"Ustadz?" Tangan Zara melambaikan di depan wajah Ahdzan. Setelah sadar Ahdzan tersenyum pada istrinya.
"Itu hak kamu. Terserah padamu" ucapnya langsung mengelus pucuk kepala Zara.
"Beneran?" Zara membelalakan matanya  senang 
Ahdzan pun mengangguk.
"Mau kamu S2 sekalipun insyallah saya sanggup asal-"
"Asal?" Zara was was
"Asal kamu mau mengandung 10 lagi anak kita" Kata Ahdzan yang langsung tertawa.

Cinta Diamku Pada Ustadz(After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang