CDPU|| Perkara Panggilan

8.5K 593 3
                                    

Saai ini Zara sedang istirahat  di kantin bersama teman-temannya. Zara sangat senang sekali akhirnya persahabatannya kembali seperti semula.

"Em, Ra maafin aku ya soal aku marah ke kamu gara-gara Kang Ahdzan" ucap Nilna.
"Iya gapapa kok sebenarnya aku mau ngejelasin ke kalian tapi kalian yang manggil aku dulu. Jadi yaudah Alhamdulillah deh" jawab Zara dengan senyum yang sumringah.

Mereka memakan makanan denga  lahap. Termasuk Zara dia sangat lapar sekali. Saat berjalan Salsa memperhatikan cara berjalan Zara.
"Ra, kok kamu jalannya kaya kesusahan gitu sih?" Tanya Salsa. Zara yang kaget langsung melihat sekitar. Untungnya koridor sekolah ini sepi jadi tidak ada yang mendengar perkataan Salsa.

Husssh

Hembus Zara. "Apa jangan-jangann??" Ucap Salsa yang kanget. Dan Zara hanya menutup kepalanya dengan kedua telapak tangannya.
"Astaga ra, kamu beneran?" Tanya Sala sekali lagi.
"Wah gercep juga tuh Kang Ahdzan" jawab Nilna.
Mereka semua tertawa.
"Eh tapi kamu gapapa ra, kalau semisal hamil di usia ini?. Kamu juga belum lulus sekolah ra. Ujian masih lima bulan lagi" celetuk Salsa.
Mendengar itu hati Zara tertegun. Benar juga ia hamil diusia muda nantinya apa tidak masalah?

"Aku nggak tau, menatap Ustadz rasanya aku mempunyai ketenangan di sana. Aku jadi merasa yakin Ustadz itu masa depanku. Dunia Akhiratku" jawab Zara berkhayal.
Nilna dan Salsa hanya memutar bola matanya  jengah. Bisa-bisanya Sahabatnya yang cuek perihal cinta apalagi sampai di titik ini menjadi bucin seketika?.

_________

Zara pulang sekolah dengan perasaan bimbang. Ia bingung jika nanti hamil apakah dirinya siap?.
"Ah kok aku jadi mikirin gini si" ucap Zara menepuk nepuk kepalanya.

Saat ini ia sedang menunggu Ahdzan. Karena nanti sore rencanya ia akan ke rumah tante nya menjenguk Lisya.
"Ih kok ustadz lama bangett sih" gerutu Zara.
"Awass yah kalo udah pulangg" ucap Zara garang.

Tok
Tok
Tok

"Assaalmualaikum" salam seseorang dari luar.
"Waalaikumussalam".
Zara membukakan pintu dan ia berkacak pinggang. Meniti dari atas sampai bawah yang hanya mendapati sarung motif koko maroon serta  peci hitam yang khas akan ketampanana Ahdzan.

Setelah melihat itu dia langsung menyalami Ahdzan.
Ia sangat badmood dengan Ahdzan bisa-bisa janji jam 3 sore pulang dan dia pulang jam setengah 5. Apa tidak memikirkan kalau bedak istrinya sudah luntur?.

"Masa suami pulang cemberut gitu" ucap Ahdzan memualai topik pembicaraan.
Zara masih diam.
"Yaudah saya minta maaf" kata Ahdzan lagi.
Apa apain ini suaminya minta maaf ke diringa dengan sembari melihat televisi. Sebenarnya istrinya dia apa televisi sih?. Zara semakin sebal.
"Tadi saya ada rapat dadakan dengan Mbak Dina" lanjut Ahdzan.

Mendengar itu Zara melotot. "Sebentar, mbak dina itu siapa?" Tanya zara penasaran. Sedangkan Ahdzan tersenyum samar zara mulai kepo dengan kehidupannya.
"Mbak dina itu yang kemaren bicara sama saya waktu kamu nunggu di bawah pohon pinang"

Dan Zara hanya ber oh ria. Dan Ahzan bingung kok bisa istrinya tidak cemburu?.

_______

Selepas maghrib ia jadi ke rumah tantenya menjenguk adek kesyangannya. Sebenarnya ia tidak tega jika harus menitipkan Lisya ke tantenya. Tapi mau bagaimana lagi disana Lisya banhak teman dan lagi pula dulu aku juga masih single. Jadi sibuk sekolah dan jarang pulang.

"Ustadz pake jaket dong" celetuk Zara yang tidak berhenti memakan snacknya.
"Iya" jawab Ahdzan.

Setelah menempuh beberapa menit perjalanan. Mereka telah sampai di rumah tante Zara.

"Assalamualaikum" salam mereka.
"Waalaikumussalam" jawab orang rumah dan Lisya berlari memeluk kakaknya.

"Kakakkkk" teriak Lisya.
" hai dek"
"Kangennn kak" rengek Lisya.
"Iyaa kakak juga, tapi kamu disini banyak teman kan?"
"Iya kak banyakk banget" jawab Lisya kegirangan.

Mereka duduk di ruang tamu.
Seorang wanita seumuran 40 tahun menuruni tangga. Yah dia tante nya Zara.
"Sudah lama Zara?" Tanya tante.
"Belum tante baru aja nih" jawab Zara dengan senang.
" kok mainnya malam-malam sih, ga siang aja biar bisa seharian" tanya tante.

Dan Zara melirik ke Ahdzan. Dan ahdzan hanya cuek biasa saja.
"Iya nih, nungguin ustadz lama bangettt tan" jawab Zara.
Tante yang tadi sedang minum pun tersedak.

Uhukk

"Apa kamu bilang? Us-tadz?" Tanya Tante kaget.
Dan Zara hanya mengangguk polos.

Tante pun membenarkan duduknya dan mulai berbicara.
"Zara kalian tuh suami istri, bukan guru dengan muridnya. Kamu juga harus menghormati Ahdzan sebagai suami kau dong." Nasehat tante yang membuat hati Zara teriris.

"Iya tante, nanti Zara perbaiki lagi" jawab Zara lesu. Dan Ahdzan mangsung menggenggam tangannya. Menguatkan.

Pageraji,3 April 2021

Maap guys pendek. Jgn lupa vote dan commnet.

Cinta Diamku Pada Ustadz(After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang