CDPU || Seblak

5.7K 513 15
                                    

Ahdzan mengajar santri putra. Ia dengan tekun membagikan ilmu agamanya pada para santri tersebut.

Seperti yang sedang Ahdzan lakukan ia mengajar dengan menulis sebuah tulisan jawa pegon di papan tulis. Ia mengajar santri kelas satu Madrasah Tsanawiyah dengan berlandas kitab Safinnatunnajah.

Kelas kali ini dimulai pagi hari.

"Wallahu'alam bisshowab" ucap Ahdzan dan langsung disambut oleh santri yang mengantri salim padanya

Setelah mengajar Ahdzan kembali ke ndalem karena ia dipanggil oleh Ibu Nyai Fatimah.

Langkah Ahdzan tak luput dari mata mba-mba santri yang sedang berada di ndalem. Ahdzan memanglah tampan wajar jika ia banyak yang menyuaki.

Aduh Ahdzann ingatt istri lagi bunting!!

"Assalamuaalikum umi, ada apa gerangan?" Salam dan tanya Ahdzan sangat sopan.

"Waalaikumussalam wr wb, duduk dulu dzan. " ucap Umi fatimah.

Ahdza duduk setelah dipersilahkan oleh Umi Fatimah.

"Istri kamu jadi ke sini dzan?" Tanya beliau.

Langsung diangguki oleh Ahdzan.
"Enggih umi, Zara sudah di asrama sekarang"

Umi fatimah manggut-manggut mengerti dengan apa yang dikatakan Ahdzan. Padahal sebelumnya Ahdzan telah memberitahunya namun untuk kepastian nya Umi Fatimah bertanya langsung pada Ahdzan.

"Usia kandungan Zara berapa bulan?" Tanya beliau kembali.

"2 bulan mi" jawab Ahdzan.
Tak lama dari arah belakang muncul Kiyai Saefur langsung menyapa Ahdzan.

"Ahdzan" panggil kiyai saefur langsung di sambut salim oleh Ahdzan.
"Dalem yai"

Beliau duduk disamping istrinya dan memakan buah.
Lalu bertanya dengan pertanyaan yang sama seperti yang dikatakan umi fatimah.

"Kalau begitu nanti ruang kantor mu dibuat kamar saja Dzan" ucap Kiyai Saefur.
Mendengar itu sontak Ahdzan kaget.

"Mboten usah yai" jawabnya menolak halus pasalnya tak enak dengan teman kantor yang lain masa kantor Ahdzan lebih besar dari mereka.

"Yo tidak apa-apa. Kasian kamu pasti juga pengin ketenu Zara terus kan?" Kata Kyai Saefur yang langsung tertawa melihatnya.

"Hust, abi kasian Ahdzan" lerai Umi yang tak sanggup menahan tawa karena suaminya yang menanggu pasangan muda itu.

"Kita pernah muda dzan jadi mengerti" nasehat kyai saefur.

Setelah itu Ahdzan mengucap syukur dan berterimakasih karena kelembutan hati guru-guru nya.

*****

Setelah lalaran Zara langsung menuju kamar karena kelelahan. Hormon hamil sangat mempengaruhinya hingga ia bisa lelah sampai begininya.

Namun sebelum ia sampai di kamarnya. Ia mendapati seseorang di belakang pondok menatao ke arah sawah yang berada di belakang pondok putri.

Orang tersebut memaki kerudung warna lavender dengan sarung hitam motif ala santri. Dengan beraninya Zara mendekat ke arah dimana orang yang sedang duduk tersebut.

Ia memegangi perutnya dan berjalan ke depan.

Ia mendapati orang tersebut sedang terisak nangis.

"Bila!" Panggil Zara.

Bila yang mendengar itu langsung menoleh dan mengahapus air matanya lalu memasang wajah antagonis pada Zara.

Cinta Diamku Pada Ustadz(After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang