CDPU|| Ingin Kembali Ke Pondok

6.6K 574 17
                                    

Tok
Tok
Tok

"Assalamualaikum" salam mereka serempak.
Mereka sudah salam berkali-kali namun belum ada sahutan dari dalam.

"Ada orangnya gak si yu?" Tanya Diah kesal.
"Sabar" ucap Ayu memeringatkan.

Namunn setelah itu ada sahutan dari dalam rumah.
"Waalaikumussalam wr wb" jawabnya agak sedikit berteriak.

Ceklek

"Eh cari siapa ya?" Tanya bi wati.
"Hmm apa benar ini Rumahnya Zara?. Kami mencari Zara" tanya Ayu.
"Iya benar, mari masuk"

Kemudian mereka masuk dan melihat ke kanan kiri. Ternyata Zara anak orang kaya mereka pikir demikian.
Ayu dan diah duduk di kursi detelah dipersilahkan oleh bi wati.
"Sebentar saya panggilkan non Zara dulu ya mba" ucap Bi wati yang kemudian naik ke atas ke kamar Zara.

Tok
Tok
Tok

"Non"panggil bi wati.
"Iya bi" jawab Zara kemudian membuka pintu

"Ada siapa bi?" Tanya Zara.
"Ada mbak santri non di bawah" ucap Bi wati membuat zara menyernyitkan alisnya. Siapa yang datang ke rumahnya?

"Ustadz zara mau nemuin tamu dulu" ucapnya Pada Ahdzan yang sedang melakukan  sholat Dhuha.

Ia melangkah kebawah sembari memegangi perutnya.
Saat melihat ke ruang tamu ia kaget dengan apa yang dilihat.
Ayu dan diah kerumahnya?
Ada apa?
Semua pertanyaan masih berputar putar di benaknya.

"Khemm" dehem Zara. Lantas mereka berdua menengok ke arah sumber suara.
Dengan sigap mereka langsung memeluk Zara yang hampir terjungkal.
"Zaraaaaaaaa" pekik Diah.
Terjadilah adegan saling peluk di ruang tamu.
"Ihh udahh ga bisa napas ini" gerutu Zara.
Mereka tertawa pelan menanggapi rengekan  Zara.

Mereka pun duduk di tempat masing-masing.
"Ada apa kalian kesini?" Tanya Zara
"Ehmm sebentar-" Diah mengamati perubahan Zara.
"Kok kamu makin berisi si ra?" Tanyanya. Zara kemudian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Mereka belum tau kalau dirinya sedang hamil.
Zara bingung ia ingin sekali memberitahukan kepada mereka kalau dirinya sudah menikah dengan Ahdzan.

Namun tiba-tiba terdapat suara dari tangga.
"Siapa yang datang ra?" Suara bariton menggema.
Mereka menoleh kecuali Zara ia tau siapa pemilik suara itu. Ia memegang ujuang kerudung yang dipakainya hingga kusut.

Ayu dan diah menoleh. Mereka tercengang dengan apa yang mereka lihat.
Guru dihadapan mereka. Ayu dan diah lantas menunduk sebagai rasa hormat.

Setelah melihat siapa yang datang Ahdzan langsung memasang wajah datar khas miliknya ketika sedang mengajar.
"Assalamualaikum ustadz, afwan kami cuma main sebentar kok gak lama" ucap Ayu mendahului sebelum diintrogasi oleh Ahdzan.
Dan Ahdzan hanya berdehem.
Lantas ia kembali melanjutkan tujuannya yakni ke dapur.

"Ra, kok ustadz Ahdzan bisa ada disini raa?" Tanya Diah penasaran.
Zara gelagapan ia bingung harus jawab seperti apa.
Ia harus mengakui dirinya istri atau saudara?.

"Ehm-mm i-itu an-nu -" namun sebelum zara berucap Ahdzan dari arah dapur langsung menjawab
"Dia saudara saya" jawab nya datar.
Ayu dan Diah langsung ber oh ria . Zara menghembuskan napasnya lega.
Keringat dingin membasahinya kali ini.

"Jadi, apa tujuan kalian kemari ?" Tanya Zara penasaran
Setelah mengingat sesuatu Ayu langsung mengambil ponsel milik mbaknya.
"Nih liat Ra" ujar Ayu.
Zara kemudian melihat apa yang ditunjukkan ayu kepadanya. Terpampanglah disana  Bila yang sedang menangis sambil menunduk. Melihat hati itu hati Zara teriris. Ia pernah bersedih tapi ia tak pernah sesedih itu.
"B-bila kenapa yu?" Tanya Zara sedikit menekankan.
Ia tau Bila dalam kondisi tidak baik-baik saja. Ia sepertinya butuh seseorang disampingnya.

"Kita juga nggak tau ra, kita kesini mau ngajak kamu balik ke pondok" ucap Ayu sedih.

Balik ke pondok? Siapa yang tidak mau balik ke tempat nyaman tersebut. Diamana kita dapat ketentraman ilmu dunia dan akhirat. Namun sayangnya ia harus minta persetujuan Ahdzan.
Mungkin Ahdzan akan melarang Zara untuk kembali ke pesantren dengan kondisi Zara yang hamil muda itu. Ahdzan pasti tidak akan mengijinkannya. Zara bingung saat ini.

"Sebaiknya kalian kembali ke pondok. Nanti kena takdziran lagi" ucap Zara.
"Akan ku kabari lagi" ucapnya sembari memegang pundak ayu dan Diah.

____________

Kini Zara sedang makan malam bersama Ahdzan. Hanya ada dentingan suara yang terdengar. Setelah makan Zara tak lupa meminum susu hamil rasa stroberi kesukannya.
Perutnya sudah agak terlihat. Jika ia mengenakan pakaian yang pas di tubuhnya pasti perutnya sudah tidak rata lagi.
"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Ahdzan.
Zara terlonjak.
"Eh-mm tidak ustadz" jawab Zara yang masih sibuk mengelus-elus perutnya.

"Zara mau tanya" ucap Zara sedikit ragu.
"Kapan Zara balik ke pondok ustadz?" Tanya nya . Ahdzan langsung menghentikan makanya lalu menatap Zara seolah menyiratkan sesuatu.
"Kandungan kamu sudah mau 2 bulan bukan?" Tanya Ahdzan dan Zara mengangguk antusias.
"Kalo kamu ingin ke pondok, beritahukan semuanya kalau kamu istri saya dan sedang mengandung anak saya Zara" lanjutnya yang membuat Zara susah payang menelan slavianya. Bagaiamana katanya? Mengatakan semuanya? Zara benar-benar belum siap.
Ia masih bergelut dengan egonya. Ia ingin kembali ke pondok tapi juga tidak ingin memberitahukan rahasia ini pada teman-teman di pondok.

"Bagaimana?" Ucap Ahdzan memastikan.
"Akan Zara pikirkan" ucapnya sembari kembali memasukan makanannya ke mulut dengan perasaan tidak enak.

Di dalam kamar Ahdzan masih mendapati Zara duduk di sofa dengan televisi yang menyala yang diam berpikir.
Dengan manjanya Ahdzan tidur di pangkuan Zara dan berhadap ke perutnya. Ia sedikit membuka piyama tidur Zara dan menciumi anaknya yang masih di dalam kandungan itu.

Cup
Cup
Cup

"Nanti kalo anak kita ada sebelas kayaknya rumah ini bakalan ramai ra" ucap Ahdzan memulai pembicaraan yang absurd.
Zara hanya memutar bola matanya jengah. Emangnya mengandung ga capek apa? Ucap Zara dalam hati.
"Ih ustadz, jangan diciumi teruss" rengek Zara.
Yes
Akhirnya Zara kembali merengek padanya. Ahdzan pun mengalah setelah memberi kecupan terakhir dan menutup baju Zara.

Ahdzan mengganti posisinya menjadi duduk. Zara pun menyenderkan kepalanya di dada bidang milik ahdzan.
"Ustadz" panggilnya yang kemudian menatap ahdzan.
"Zara boleh ke pondok setelah wisuda sekolah?" Tanya Zara berhati-hati.
Ahdzan menghela napasnya. Sungguh ia tidak tega jika melihat wajah istrinya ketika meminta sesuatu.
"Baiklah asalkan kamu selalu dalam pengawasan saya" ucap Ahdzan. Kemudian menarik Zara ke dalam pelukannya.

Jari zara menari-nari di dada Ahdzan seperti menulis sesuatu.
"Ustadz tau?" Tanya Zara.
"Apa" jawabnya.
"Ustadz kalo lagi sama temen-temen Zara wajahnya jutek" ucap nya sembari memanyunkan bibir.
Ahdzan hanya menatapnya datar.
"Harusnya kaya gini" Zara sembari menuntun mukut Ahdzan agar mau tersenyum.
"Nah gini kan ganteng kaya suami orang" ucap Zara
"Saya suamu kamu"protes Ahdzan.
"Iya iya Suami Zara yang  gantengg" ucapnya lalu tertawa terbahak.





Pageraji,14 Mei 2021

Jangan lupa Vote dan comment yaa. Thanks

Cinta Diamku Pada Ustadz(After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang