CDPU|| Bahagia

9.3K 612 23
                                    


"ZARAAAA" teriak Ahdzan.
Ia mendekat ke arah Zara dan langsung menggendong Zara menuju mobil.
Ia tak menghiraukan tatapan santri putri ketika melihat nya menggendong Zara.

"Zaraa bertahan, saya akan membawamu ke rumah sakit" ucapnya ketika kepala zara berada di pangkuannya.
"Cepet kang!" ucapnya pada Kang Ilham.
"Ya Allah niki udah ngebut kang"jawabnya.

Setelah ia sampai di rumah sakit. Ia menunggu di kursi depan.
'Saya tidak akan memaafkan diri saya sendiri jika kamu kenapa-napa Zara' ucap Ahdzan menyesal. Ia sudah memberikan hukuman pada Zara. Ia meyesal sangat menyesal. Ia menjambak rambutnya sendiri frustasi.

Ceklek

Seorang wanita berpakain putih khas dokter pun keluar dari kamar Zara di rawat.
"Keluarga pasien?" Tanya dokter bername tag Fida
"Saya dok" jawabnya.
"Mari keruangan saya mas" kata dokter itu.

Ahdzan pun mengikuti jalan dokter tersebut.
"Begini , apa anda suaminya?" Tanya nya
"Iya saya suaminya, bagaimana keadaan istri saya dok?" Tanya ahdzan  penasaran.
"Selamat anda akan menjadi seorang ayah" jawab dokter paruh baya tersebut sembari tersenyum.

Senang

Terharu

Bahagia

Ahdzan bingung mengespresikan muka nya saat ini.
"Alhamdulillahh" gumamnya.
"Kandungannya masih 4 minggu Rentan terjadi kontraksi di tambah lagi usia ibunya yang sangat muda.  Anda sebagai suaminya harus bisa menjaganya" ucap Dokter tersebut menasehati.
"Baik dok saya usahakan, saya boleh menjenguk istri saya dok?"tanya nya yang tak bisa menyembunyikan ekspresi bahagianya.
"Silalahkan"

Ahdzan pun berlari menuju ruangan dimana Zara dirawat. Ia melihat zara yabg tertidur pulas. Di kecupnya dahi sang istri dengan penuh kasih sayang. Ahdzan mengeluarkan air matanya.
"Terimakasih dan Maaf saya telah Menghukum mu" ucapnya terharu sembari memeluk Zara.

Ia melirik ke perut zara yang tertutup selimut. Disingkapnya selimut tersebut. Ahdzan pun tidak menyadari jika Zara agak berisi. Ia mengelus calon buah hatinya.
Ia pun mencium perut Zara sembari mengucapkan
"Assalamualaikum anak abi" ia tak bisa berhenti bersyukur pada Allah saat ini.

Zara mengerjapkan mata menyesuaikan cahaya. Ia bingung kira-kira dimana dirinya. Yang ia dapati adalah kepala yang tertutup peci hitam. Yah dia tau siapa orang tersebut.
"Ustadz" panggilnya.

Ahdzan pun mendongak dan tersenyum melihat Zara bangun. "Kamu udah bangun, ada yang sakit? Apa saya perlu panggilkan dokter?" Ucap ahdzan beruntut runtut. Dasar Papa Muda!.

"Ih ustadz, Zara kenapa?, kok biaa ada disini?" Bukannya menjawab zara malah balik bertanya. Ia bingung kenapa ada selang oksigen di hidung nya dan ini tempatnya ia tahu.
Ahdzan justru malah tersenyum.
Dia mengelus perut Zara. Sedangkan Zara menyernyit bingung.
Ia masih menunggu Ahdzan berbicara.

"Disini, ada nyawa yang harus dijaga" ucap ahdzan dengan senyumannya.
Mendengar itu serasa waktu berhenti. Ia sudah cukup umur untuk mengerti apa yang di katakan Ahdzan.
Ia kembali menatap Ahdzan yang maish saja mengelus perutnya yang tertutup baju rumah sakit.

Tangis nya pecah "huwaaaaaa hiks hiks Z-zara j-jadi i-bu ustadz?" Tanya nya
Dan Ahdzan pun mengangguk. Dengan segera ia menubruk dada bidang Ahdzan. Menumpahkan tangis bahagianya disana.
"Terimakasih dan Maaf tadi saya menghukummu"maaf nya.
Dan Zara hanya mampu menganggukan kepalanya.

Dia mulai menatap perutnya. Ternayata begini rasanya menjadi wanita hamil. Bahagiaa sekali rasanya.
'Alhamdulillah 'ala  kulli hall' ucapnya dalam hati.

____________

Saat ini zara bersiap pulang ke pondok. Tapi dia masih bingung mau ke pondok atau ke rumahnya.
"Ustadz!" Panggillnya. Ahdza  yang sedang mengemas pakaian Zara pun menoleh.
"Hmm" dehemmnya.
"Zara pulang ke pondok ya" pintanya.
Ahdzan langsung berbalik menatap Zara. Matanya mengernyit seolah berkata 'apa'
"Eh-mm Zara pengen di pondok ustadz banyak temen-temen juga" jawabnya menunduk.

Ahdzan mendekat ke arah Zara.
"Baiklah, asal kamu bisa menjaga ini" jawabnya. Sembari menunjjuk perut Zara.
"Insyallah bisa ustadz" Zara senang Ahdzan mengijinkan dia ke pondok lagi.

Mereka pulang, mobil membelah ramainya jalanan kota di malam ini. Saat jalan ia melihat kedai martabak telor.
"Ustadz, Zara pengin martabak" pintanya pada Ahdan. Ahdzan lun menoleh dan tersenyum samar. Mungkin istrinya ngidam.
"Tunggu disini" perintahnya.
"Enggak mau, Zara mau ikut turun" rengek nya seperti anak kecil. Ahdzan hanya mengangguk pasrah dan Zara tersenyum lebar.

Ia menuntun Zara menyebrang jalan. Kali ini Zara dituntun oleh Ahdzan dengan perasaan senang.
"Mang martabak telor satu bungkus" kata Ahdzan
"Telornya empat ya mang" Zara menambahkan. Sedangkan Ahdzan hanya geleng-geleng kepala. Tak apa lah untuk istri apa yang tidak.

Setelah mendapatkan apa yang diinginkan Zara kembali ke mobil dan memulai memakan martabaknya.
"Emm enak" ucap Zara setelah memasukan satu potongan ke dalam mulutnya.
Ahdzan hanya bisa tersenyum samar padanya.

Zara sampai di gerbang pondok dan disambut oleh Umi Fatimah dan Kiyai Saefur.
"Assalamualaikum" salam Zara dan Ahdzan bebarengan
"Waalaikumussalam wr wb" jawab Umi
"Masyaallah nak, gimana kabarnya?" Tanya Umi
"Alhamdulillah Zara baik umi" jawab zara dengan senyuman yang menawan.
"Alhamdulillah, gimana kandunganmu?" Tanya nya lagi
"Alhamdullah sehat juga" bukan, bukan Zara yang menjawab namun Ahdzan.
Ahdzan  menyalami kyai Saefur takdzim

"Hebat kamu" ucap Kiyai Saefur membuat gelak tawa diantara mereka pecah. Sedangkan Zara tersipu malu.

Ahdzan berjalan membawa tas berisi pakaian Zara. Mengantarkan Zara ke dalam Asramanya.

____________

Setelah sholat isya ia persiapan untuk diniyah malam.
"Kamu engga apa-apa kan Ra?" Tanya ayu.
"Engga papa kok" jawabnya. Ia memilih merahasiakan status dan juga kehamilannya. Ia tidak mau di beda-bedakan dari yang lain. Perihal Ahdzan yang menggendongnya ia sudah menjelaskan mungkin reflek. Toh dalam keadan genting tidak mungkin dia membiarakannya pingsan tanpa ada bantuan.

Namun ada salah seorang santri yang benci padanya. Namanya Bila. Seperti yang kalian ketahui Ahdzan sangatlah tampan. Kealiman dan ke shalehan nya mampu membuat siapa saja terpikat. Termasuk si Bila ini.
"Oh, ini nih yang kegatelan sama ustadz Ahdzan" ucap bila sembari mendorong pundak Zara. Bila memutar bola matanya malas.
Namun denga sigap Diah membela Zara.
"Heh, dasar kamu aja yang sirik kan. Zara di tolongin sama ustadz Ahdzan" jawab Diah sembari tidak terima. Bagaimanapun zara temannya dia sudah menganggap zara seperti saudaranya sendiri.

"Heh mana ada"
"Ingat ya, ustadz Ahdzan cuma milikku kamu anak baru jangan sok-sok an mau adu denganku" lanjut Bila dengan senyum sinisnya. Kali ini Zara masih diam. Ia tak menghiraukan ucapan Bila. Toh Ahdzan suaminya mau bagaimanapun Ahdzan akan teteap kembali padanya.

Bila dan teman-temannya pun pergi begitu saja. Ayu dan Diah memeluk Zara memberikan ketenangan. Tiba-tiba Zara nangis.
"Hiks hikshiks" tangisnya pecah.
"Udah, gapapa kita ada disini kok.  Kamu amansama kita" ucap Ayu menenangkan.
"Bukan itu hiks, aku pengen mangga huwaaa" tangis Zara semakin pecah.

Ayu dan Diah hanya melongo. " hiks Kalian kenapa diem?" Tanya Zara.
"Yaudah, besok jumat kita ke pasar beli mangga ya" jawab Diah.

Zara hanya mengangguk patuh. Besok adalah hari jumat. Nah biasanya ada hari bebas bagi santri untuk membeli keperluan, makan, dan lain lain. Besok Zara akan membeli mangga sebanyak-banyaknya. Ia sangat menginginkan itu.

Pageraji,5 April 2021

Mau lanjut reades? Komen sebanyak banyak²nya yuk teror  author supaya mau nulis lagi wkwkw
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan commet😎
.
.
Jangan lupa baca Al Quran dan sholawat hri ini

Allahumma sholli 'ala Syayyidina Muhammad 100×

Cinta Diamku Pada Ustadz(After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang