CDPU|| Ternyata Dingin

8.8K 753 10
                                    



Pukul 05.00 WIB
Pagi kali ini disambut dengan tetesan embun serta hawa dingin yang menusuk ke tulang.

Hari ini hari selasa tepatnya waktu pernikahan Ning Fia. Aku sudah diamanahi oleh dia sahabat kecilku supaya ikut menghadiri akad nikahnya. Dan kali ini aku sudah bangun pagi-pagi sekali untuk datang lebih awal ke rumah Kyai Saefur atau lebh tepatnya Ke Pesantrrn hihihi.

"Loh udah rapi aja" tanya umiku yang masih menggunakan mukena putih menuju dapur. Umi tanya seperti itu karena pasalnya masih pukul enam pagi dan aku sudah rapi.
"Iya mi, Zara disuruh datang lebih awal sama Fia mi" jawabku pada umi.
"Ohhh begituu yasudah hati" kata umi ku
"Iya mii Zara duluan ya assalamualaikum" salamku pada umi dengan mencium tangan kanannya.

Rumahku dengan pesantren cukup dekat. Jadi ,tidak jauh-jauh banget atau dekat sekali. Aku hanya berjalan kaki dengan flatshoes warna peach ku.
Oh ya kali ini aku pakai gamis simple warna mullbery dengan tas yang senada serta pashmina yang berwrna sama.

"Pagi bu" sapa ku pada ibu² yang sedang memilih sayuran di gerobak pak salim
"Pagi Neng Zara " sapa mereka kembali.

Tidak butuh waktu lama aku pun sampai di rumah ning Fia. Ku lihat banyak sekali santri putra yang membantu menata ruangan akad nikahnya. Ada yang menyapu,membersihkan meja,menyiapkan makanan dan lain sebagainya.
Tapi aku masih berdiri dan belum masuk kali ini aku sedang bingung mau masuk lewat mana.
"Kalau lewat depan ,nanti banyak kakang-kakang santri dong" gumamku dalam hati.
"Tapi kalau lewat belakang asrama putri sama aja muterin pondok ini dong" ucapku pelan miris

Kalian tau? Pondok ini sangat luas . Untuk bagian depan akan disuguhkan dengan pemandangan masjid pondok yang luas serta asrama putra di sebelah kanan kirinya. Dan untuk asrama putri ada di bagian belakang sendiri. Jadi kalau mau ke rumah Ning Fia lewat asrama putri sama aja muterin satu pondok.. yarabbii.

Mau tak mau akhirnya aku berbalik arah nasib nasib dari pada jalan nanti diliatin kakang santri dan tiba-tiba
"Afwan ukhti" ucap seorang di depanku, aku membelakankan mataku serta tangan ku taruh di dada kaget dan akhirnya aku menunduk
"Permisi ukhti, ada yang bisa saya bantu?" ucap kakang santri didepanku. Perkiraan ku dia ustadz muda sekitar 21-22 umurnya maybe .
"E-eh iya kang, ngapunten saya mau ke rumahnya ning Fia" ucapku yang masih menunduk
"Monggo ,silahkan masuk saja " ucapnya padaku mempersilahkan masuk ke rumah Kyai Saefur.
"Nggih, maturnuwun kang" jawabku dan aku langsung manuju ke rumah Ning Fia.

"Assalamualaikum" ucap salamku pada Kyai Saefur yang berada di teras depan rumah yang sedari tadi mengamati para santri menata ruangan.
"Waalaikumusaalam warrahmatullahi wabarakaatuh ,eh Neng Zahra" sapa kyai padamu
"Enggih yai" jawabku yang langsung membungkukakan badan. Walau bagaimana pun dia adalah guru ku orang yang ilmunya sedang aku tunuti

"Mangga-mangga masuk mawon " ucap kyai
"Nggih kyai, maturnuwun" ucapku yang langsung masuk ke rumah Ning Fia sambil mengucapkan salam kepada penghuni rumah.

"Assalamualaikum" salamku
"Waalaikumussalam, eh neng ada Zara" jawab bu nyai Fatimah ibunya Ning Fia.
"Enggih umi, Fia nya dimana ya umi?" Tanyaku pada umi Fatimah. Jangan tanyakan karena aku memanggil bu nyai tersebut dengan umi. Karena pasalnya beliau pak Yai dan bu nyai sudah menganggap santri-santri disini seperti anak sendiri agar lebih dekat dengan beliau.

Kali ini aku berjalan menuju kamar Ning Fia yang berada di lantai atas. Nuansa  rumah tradisional bercampur modern yang sudah ku tau sejak kecil. Serta ruangan-ruangan yang sudah ku hafal dari orok hihihi..
Rumah Kyai Saefur berada di samping kanan depan  masjid yang bersebelahan agak jauh sedikit dengan asrama putra.

Saat kaki ku ingin naik tangga tiba-tiba ada seseorang yang menabrakku dari belakang.

Brak

Cinta Diamku Pada Ustadz(After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang