CDPU|| Kelakuan Mertua

8.1K 645 94
                                    

"Sementara istrimu disini kayakya lebih baik dzan, biar bunda yang urus semua" ucap bunda
Apapaan ini Ahdzan tak terima. Jika istrinya diawasi oleh bundanya langsung yang adaa ia gagal bersemsraan dengan Zara.

"Nggak bisa bunda, Zara harus sama Ahdzan" cegah Ahdzan tak terima dengan pendapat bundanya.
"Dari pada sama kamu mending sama bunda biar keurus istrinya" bundanya masih tidak mau kalah dengan Ahdzan. Zara yang mendengar percakapan dua manusia itu hanya pusing sembari memegang kepala.
"Bunda ustadz zara mau minum susu dulu" ucap Zara yang kemudian pergi ke dapur.

"Tuhkan kamu sih" ucap bunda
Ahdzan hanya bisa diam menatap bundanya datar. Dasar mereka tidak bisa dilerai jika sudah berdebat.

Hari sudah sore Zara dan Ahdzan kini masih berada di rumah bunda. Mereka memutuskan untuk menginap dua hari disini. Sebelum fix untuk menginap Zara kelimpungan karena dia tidak membawa baju ke sini.
"Ustadz, Zara ga bawa baju loh" ucap Zara pada Ahdzan.
"Pake baju bunda juga ada ra" jawab Ahdzan dengan entengnya.
"Trus i-itu?" Tanya Zara terbata.
"Ck apa?" Tanya ahdzan kembali karena Zara tidak jelas ketika bertanya.
"Ish ituuuu daleman nya " ucap Zara frontal.
"Yaudah ga usah pake" jawaban langsung dari mulut Ahdzan langsung membuat Zara melotot tajam.
"Keenakan di ustadz dong" jawabnya memutar bola matanya malas. Ahdzan hanya mengedikan bahunya.

___________

Malam hari ini Zara memakai daster milik bunda ketika hamil Ahdzan dulu. Dasternya cukup pas di tubuhnya sehingga memperlihatkan perut buncit milih Zara.
"Perfect" ucapnya setelah memakaikan kerudung begro di kepalanya.

Tok
Tok
Tok

"Zara" panggil bunda dari luar kamarnya.
"Iya bunda, sebentar" jawabnya.

Ceklek

"Ada apa bun?"tanya Zara. Ia melihat wanita paruh baya di samping bunda dengan tas jinjing yang ia belum tau apa isinya.
"Ini Wa Suti dia yang mau mijetin kamu" ucap sembari tersenyum dan Zara kaget.

Pijat?
Pijat?

Zara sangat takut untuk di pijat rasanya seperti di cubit badannya.
Ia menggigit bibir bawahnya.
Ustadz zara gamau dipijat ucapnya dalam hati. Entah dimana Ahdzan saat ini.

"Zara?!"
"Iya bunda"

Wa Suti pun masuk ke dalam kamar milik Ahdzan yang tentunya kini menjadi kamarnya itu.
Beliau meletakan tas jinjingnya di nakas sebelah kanan.

Zara sedang mengatur napas saat ini. Ia benar benar gugup dan tidak mau di pijat. Ia ingin meminta bantuan kepada Ahdzan namun entah dimana dia.

Wa Suti mengeluarkan segala alat tempur nya mulai dari minyak zaitun, lotion, dan bumbu racikan yang berbau bawang merah entah apa itu dirinya tidak tau.
Setelah dirasa beres semua Wa Suti kemudian menyuruh Zara untuk melepas pakaiannya dan ia hanya memakai jarit bermotif batik.

"Monggo lepas dulu baju nya non" ucapnya.
Dan Zara menganggukan pasrah. Bundanya hanya senyum-senyum tidak jelas.

Zara kini berbaring di ranjang dengan hati-hati. Di samping nya ada Wa Suti dan Bunda yang menemaninya.

"Sampun siap non?" Tanya Wa Suti
Sudah siap non?

"I-iya wa" entah kenapa Zara sangat gugup saat ini.

Wa Suti mulai memijat bagian kaki Zara

Enak

Itulah yang ia rasakan saat ini. Kemudian ia terpejam menikmati sentuhan tangan handal milik Wa Suti di kakinya.

Setelah kaki mulai masuk ke arah perut. Bi wati mengelus pelan gerakannya seperti memijat dan agak sedikit menekan di pinggiran nya.
"Masyallah non, niki bayine sehat pisan kadose" ucapnya
"Masyallah non, ini bayinya sehat sekali sepertinya"

Cinta Diamku Pada Ustadz(After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang