Halo readers!
Terima kasih udah mampir ke ceritaku.
Hopefully enjoy ya.
Happy reading good people🥀🥀-----*****-----
"Satu, dua, tiga, ...."
"Jisoo, cepat sembunyi."
"Kakak, shhhh. Kau terlalu keras!" Ujar gadis kecil 8 tahun dengan mantel tebalnya. Pipinya memerah, pertanda ia sudah cukup lama berada di luar rumah.
Kala itu, Seoul sedang musim dingin. 3 bocah yang sedang bermain petak umpet ini sungguh tidak tertarik untuk berbaring di depan pemanas sambil menikmati secangkir teh hangat. Bagi mereka, bermain di taman bermain ini lebih menyenangkan.
Sedangkan seseorang yang ia panggil kakak, sesekali memperhatikan 'adiknya' yang entah mengapa sangat sulit sekali untuk mencari tempat persembunyian.
"Sembilan, sepuluh.... Siap atau tidak aku mulai." Kemudian bocah itu berbalik.
"Jisoo kena kau! Aku melihatmu," ujarnya.
"Hanbin kau harus mencariku dulu. Kau bahkan belum bergerak dari tempatmu," Jisoo tak kalah berteriak.
"Cepat keluar! Aku tau kau di balik pohon itu," sahut bocah laki-laki bernama Hanbin yang seumuran dengan Jisoo.
Mereka memang sangat dekat. Ya benar, mereka bertiga. Jisoo, Hanbin, dan Jinhwan. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di taman bermain yang berada beberapa blok dari rumah Hanbin.
Dengan sebal dan bibir mengerucut, Jisoo kemudian keluar dari tempat persembunyiannya. Sedetik kemudian dia merasa marah. Marah karena Hanbin tidak benar-benar mengetahui lokasi bersembunyinya karena dia berdiri membelakangi Jisoo.
"Kau curaaang! Kau bahkan tidak benar-benar mencariku," ujarnya dengan kedua tangan yang mengepal.
"Dan kau bodoh. Mudah sekali percaya kata-kataku," Hanbin hanya tertawa. Dia memang tahu kalau Jisoo mudah sekali dibodohi.
"Haaa uwaaaaa...." Jisoo pun langsung menangis kencang.
"Hei... hei... sudah. Kau curang sekali, Hanbin," ucap Jinhwan sesaat setelah keluar dari semak-semak. Dia memperhatikan Jisoo yang masih menangis kencang. Sedangkan Hanbin yang ada di depan Jisoo hanya melihatnya sambil tertawa kecil.
Tak lama setelah itu, Jinhwan menarik tangan Hanbin untuk meminta maaf kepada Jisoo. Karena Jisoo pun terus menangis, Jinhwan juga menarik tangan Jisoo untuk berjabatan bengan Hanbin.
"Iyaa... iya... aku minta maaf. Kau benar-benar lucu sekali." Setelah berjabat tangan, ia kemudian mencubit gemas kedua pipi Jisoo sambil tertawa.
"Sudah. Ayo pulang! Ibumu berpesan untuk tidak pulang terlalu larut bukan?" Sahut Jinhwan sambil melihat Jisoo yang mengusap matanya.
"I..Iyaa. Aku mau pulang."
-----*****-----
Mereka pun pulang. Hanbin berjalan paling depan sambil senendang-nendang tumpukkan salju yang menumpuk mentupi jalan, sedangkan Jisoo dan Jinhwan berada di belakangnya. Sudah seperti kebiasaan, Hanbin selalu bergumam ketika ia sedang berjalan. Entah apa yang diucapkannya. Ia seperti bernyanyi namum dengan tempo yang lebih cepat.
Sesampainya di depan rumah Hanbin, tampak mobil mewah di rumah seberang jalan. Hal tersebut tak luput dari perhatian mereka karena setahu mereka, rumah tersebut tidak ditempati atau rumah kosong yang sudah lama ditinggal pemiliknya. Barang-barang yang diangkut pun cukup banyak. Terlihat seperti orang pindahan.
"Waah... mewah sekali mobilnya," ucap Jisoo dengan polosnya ketika mereka menghampiri rumah tersebut karena penasaran.
"Hah, mobil ayahku pun juga mahal tahu!" Sahut Hanbin jengkel.
Kemudian Jisoo mendekati mobil itu sambil menunjuk pintunya yang dibuka ke atas.
"Tapi mobil ayahmu tidak bisa seperti ini kan?" Jawab Jisoo tak mau kalah.
"Waah... kalian pasti anak-anak yang tinggal di sekitar sini kan?" Ucap wanita paruh baya.
Jisoo yang terkejut lalu mendekati Jinhwan dan bersembunyi di balik badannya.
"Aah iya, Bi." Jawab Jinhwan.
"Oh sebentar." Wanita tersebut kemudian masuk ke rumahnya. Tak lama ia keluar menggandeng seorang bocah laki-laki yang tampak seumuran dengan mereka.
"Ini Bobby, ajak dia kalau bermain ya! Kami baru pindah dari Virginia, Amerika. Dia masih belum bisa berbahasa sama dengan disini. Jadi mohon bantunannya! Bibi tinggal ke dalam dulu ya."
"I'm Bobby, nice to meet you," ucapnya.
Kemudian Jinhwan hanya bisa membalas 'Hai' karena dia juga kurang mengerti dalam Bahasa Inggris.
Jika dilihat, kesan pertama Bobby yaitu giginya yang seperti kelinci.
Sesaat, Jisoo memberanikan diri untuk menyapa, "Hai bunny! Jisoo, Hanbin, Jinhwan." Dia memperkenalkan dirinya serta Hanbin dan Jinhwan menggunakan bahasa tubuh.
"Okay, nice to meet you. We're friends now."
Teman. Yap, sejak saat itu mereka menjadi teman.
Seiring berlalunya waktu, mereka menjadi semakin dekat. Sangat dekat. Mereka ada di sisi satu sama lain. Bahkan rahasia yang masing-masing punya tidak lagi menjadi rahasia.
Jauh di dalam hatinya, Jisoo sangat ingin waktu berlalu sangat lambat. Ia sangat menyukai kehidupan masa kecilnya. Memori berharganya tercipta tak luput dari campur tangan ke-3 temannya.
Sungguh, ia sangat bersyukur pada Tuhan telah dipertemukan dengan teman-teman yang berhati baik.
-----*****-----
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Best Friend
Fanfiction"Kau sangat cantik. Tapi pada akhirnya kita hanya teman. Seperti yang selalu kau katakan." Ia tersadar betapa bodoh kata-katanya beberapa tahun silam sesaat setelah perasaan terhadap laki-laki itu memaksanya melanggar peraturan yang mereka buat unt...