Makan malam di rumah itu nampak hangat. Tak lupa diselingi beberapa percakapan untuk mencairkan suasana. Selama itu pula Jisoo tengah berfikir.
'Mungkin setelah ini aku bertanya pada Ibu saja'
Setelah makan malam usai, Ayah Jisoo langsung meninggalkan meja makan untuk langsung beristirahat setelah seharian bekerja di kantor.
Sehingga hanya tertinggal Jisoo dan Ibunya.
"Ibu, aku mau bertanya. Dulu apa-"
"Ibu mau membereskan piring-piring ini dulu." Sebelum Jisoo menyelesaikan perkataannya, ibunya berdiri dari kursi makan untuk mengangkat tumpukkan piring ke wastafel.
Hal tersebut tak pelak membuat Jisoo mengerucutkan bibirnya. Kemudian ia meminum air putih di gelasnya.
"Sayang, kau tidak ada kerjaan kan? Kenapa tidak bantu ibu mencuci piring saja?" Tanya ibu Jisoo.
Tersadar akan panggilan ibunya, Jisoo pun terkejut apalagi posisinya saat itu sedang minum.
"Ah iya, baiklah." Ucap Jisoo dengan segera menuju wastafel.
-----*****-----
"Ibu!" Sapa Jisoo yang tiba-tiba duduk di sofa tepat sebelah ibunya duduk. Setelah makan malam ibunya memang biasa menonton drama kesukaannya.
"Ini aku buatkan ocha." Jisoo kemudian meletakkan gelas yang berisi teh panas tersebut di meja.
"Terima kasih, sayang." Balas Ibu Jisoo.
Berhubung saat ini sedang iklan, Jisoo berfikir ini kesempatan bagus untuk menanyakan hal yang sedari tadi ia pikirkan.
"Ibu, aku mau bertanya yang tadi."
Kemudian Jisoo lebih mendekatkan dirinya pada sang ibu.
"Dulu saat pacaran, Ibu atau Ayah yang mendekat duluan?" Tanya Jisoo.
"Oh putri Ibu sedang jatuh cinta?" Jawab Ibu Jisoo dengan nada meninggi.
"Siapa orang itu? Apa Ibu mengenalnya?" Timpanya sambil menggoyang-goyangkan lengan kiri Jisoo.
Nyonya Kim Hayoon terlihat penasaran saat ini. Bagaimana tidak, putrinya selama 18 tahun setelah ia dilahirkan belum pernah sekalipun didekati laki-laki lain selain teman laki-lakinya sendiri yaitu Hanbin, Bobby, dan Jinhwan.
Perlu digaris bawahi, orang tua mereka juga saling kenal satu sama lain, baik sesama orang tua ataupun anak-anaknya.
Jadi orang tua mereka masing-masing tahu bahwa anak-anak mereka bersahabat sangat dekat.
"Bukan. Tidak ada, Bu. Hanya... umm curhatan teman. Iya, curhatan teman. Teman perempuanku mau mendekati orang yang disukainya." Jawab Jisoo, terlihat jelas ia sedang gugup karena apa yang keluar dari mulutnya saat ini adalah kebohongan.
"Jadi dia suka saat bersama laki-laki ini, tapi anehnya dia malah mendukung temannya bersama laki-laki itu padahal dalam hatinya dia kesal." Sambung Jisoo.
"Dia menyukainya hanya karena itu?"
"Umm... aku rasa begitu." Ucap Jisoo.
Melihat sang anak yang terlihat bingung, Nyonya Kim kemudian berkata, "Dulu, sejujurnya Ibu lah yang pertama mendekati Ayahmu."
"Benarkah? Ibu tak tahu malu!" Jisoo benar-benar tidak percaya pada apa yang diucapkan Ibunya karena ayahnya terlihat lebih sering memberikan perhatian pada Ibunya, bahkan pada hal-hal kecil.
Ucapan Jisoo tersebut tentunya membuat dia mendapat cubitan di lengannya.
"Alasan Ibu mendekat duluan karena dulu Ayahmu sering sekali pergi ke Perpustakaan kampus. Kau tahu kan Ibu dulu kerja paruh waktu di Perpustakaan? Lalu ibu jadi sering mengajak ngobrol Ayahmu saat meminjam buku. Jadi dari situ Ibu dan Ayah mulai bersahabat."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Best Friend
Fanfiction"Kau sangat cantik. Tapi pada akhirnya kita hanya teman. Seperti yang selalu kau katakan." Ia tersadar betapa bodoh kata-katanya beberapa tahun silam sesaat setelah perasaan terhadap laki-laki itu memaksanya melanggar peraturan yang mereka buat unt...