Petikan gitar terdengar nyaring.
Sesekali ia bernyanyi. Dengan memejamkan mata ia tidak perlu repot-repot untuk melihat jarinya menari di fret gitar tersebut. Semua sudah di luar kepalanya. Sesekali bersantai seperti ini memang perlu.Jam dinding menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Pertanda bagi sang surya untuk berganti dengan sang bulan.
"Lights will guide you home
And ignite your bones"
Ia bernyanyi masih dengan mata yang tertutup dan punggung yang bersandar di sandaran sofa."And I will try to fix you," sahut seseorang yang kemudian duduk tepat di sebelahnya.
Mau tak mau ia membuka mata untuk melihat siapa gerangan.
Tampak Jisoo yang sedang membawa kantong plastik berisi beberapa cup kopi yang telah ia beli melalui pesan antar."Akhirnyaaa kopinya datang!" Seru Bobby yang sedari tadi asyik bermain game.
"Kopi?" Jisoo kemudian menawarkan satu cup ke Jinhwan.
"Hanya membeli kopi tapi kau keluar lama sekali?" Tanya Jinhwan sambil menerima minuman tersebut.
"Aah, aku juga membeli ini." Jisoo kemudian mengeluarkan kentang goreng.
"Emm dimana Hanbin?" Lanjutnya.
"Dia sedang keluar setelah menerima telpon dari seseorang. Entahlah mungkin dari Naeun," sahut Bobby yang terlihat tidak begitu memperdulikannya. Ia dan Jinhwan pun mulai menikmati makanan yang Jisoo beli.
Di sisi lain, Jisoo tampak sedikit kecewa dengan tidak adanya kehadiran Hanbin di ruangan tersebut. Sebelum Jisoo keluar rumah untuk mengambil pesanannya, Hanbin masih ada di sana. Mungkin saja ia keluar saat Jisoo sedang membeli kentang goreng di depan minimarket beberapa blok dari rumahnya.
Yap, mereka berempat (tadinya) sedang berkumpul di rumah Jisoo. Hal tersebut sudah sering dilakukan oleh mereka. Orang tua Jisoo pun tidak mempermasalahkan hal tersebut karena mereka telah mengenal Hanbin, Bobby, dan Jinhwan sebagai teman baik putrinya.
"Sepertinya untuk materi olahraga besuk adalah lari," ucap Bobby yang mau tak mau membuyarkan lamunan Jisoo.
"Aah aku sudah menduganya. Tadi di kelas Seulgi sudah memberitahuku. Benar-benar menyebalkan!" Keluhnya.
"Kau tidak berencana membolos lagi, kan?" Ucap Jinhwan tanpa menengok ke arah Jisoo.
"Hehee minggu lalu itu aku benar-benar malas ikut olahraga, Kak." Jawab Jisoo tak lupa dengan cengirannya.
"Kalian tidak mebocorkannya pada Ayahku kan?" Tambahnya tak lupa dengan death glare.
"Sebenarnya aku berniat melakukannya tapi Kak Jinhwan melarangku," jawab Bobby.
"Benarkah? Bobby, kau memang jahat sekali. Aku harus lebih berhati-hati karena rencanamu kedepan pasti sangat menyebalkan. Banyak-banyaklah kau mendengarkan Kak Jinhwan, dia benar-benar kakak yang baik tidak sepertimu," ucapnya dengan nada mengejek.
"Hei itu seharusnya jadi pembalasan karena kau membelikanku sikat dan pasta gigi warna pink kemarin," ucap Bobby membela diri.
"Ahahahaa kau benar-benar memakainya," tanya Jisoo diiringi dengan gelak tawa. Ia mengingat bagaimana ia membelikan kedua barang titipan Bobby tersebut di minimarket.
"Kau pikir itu lucu?" Balas Bobby.
Sedangkan Jinhwan yang sedari tadi ikut tertawa memperhatikan kedua adiknya sedang berdebat. Ia memang pribadi yang irit bicara. Namun bagaimana pun ia menyimak pembicaraan yang mereka lakukan sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Best Friend
Fanfiction"Kau sangat cantik. Tapi pada akhirnya kita hanya teman. Seperti yang selalu kau katakan." Ia tersadar betapa bodoh kata-katanya beberapa tahun silam sesaat setelah perasaan terhadap laki-laki itu memaksanya melanggar peraturan yang mereka buat unt...