11 | Pertandingan

336 242 12
                                    

Di kamar bernuansa putih itu, Jisoo tengah membaringkan tubuhnya di tempat tidur miliknya.

Raut mukanya tampak tidak senang. 

Ini kali ketiga ia memencet nomor yang sama berharap seseorang di seberang sana mengangkat panggilannya. Namun nyatanya panggilan ketiga itu tak kunjung diangkat.

Ia kemudian menghela nafas dan menurunkan ponselnya di sebelah bantal tempat ia berbaring. Beberapa hari terakhir sungguh tingkah Bobby tidak seperti biasanya. Ia biasanya selalu mengajaknya bicara namun sekarang bertemu dia saja sudah jarang.

Kemudian ia memejamkan matanya. Pikirannya kembali ke percakapan dirinya dengan Jennie di restoran kemarin. 

Flashback on

Saat ini Jisoo dan Jennie tengah merayakan hari terakhir Ujian Akhir Semester Ganjil dengan makan di restoran seusai ujian. Ini merupakan ide Jisoo. Ya, hitung-hitung untuk mengenalkan pada Jennie juga tempat-tempat yang menarik di Kota Seoul.

"Selamat makan." Kemudian keduanya mulai menyantap makanan yang tersaji.

Obrolan kecil mengiringi mereka makan. Hingga di tengah Jisoo memakan ramen pesanannya, Jennie bertanya sesuatu.

"Jisoo, kau riang sekali, pantas saja temanmu banyak." Ucap Jennie.

"Kau bukan yang pertama berkata begitu. Aku memang mudah bergaul tapi temanku tidak sebanyak yang kau kira. Yang paling dekat hanya Seulgi dan Sana, juga beberapa laki-laki seperti Bobby dan Hanbin. Kalau dipikir-pikir hanya sedikit." Jawabnya sambil berusaha mengabsen siapa saja teman baiknya. 

"Hanbin teman baikmu?" Tanya Jennie yang sedari tadi baru memakan sedikit steak miliknya.

"Heem, kami sudah kenal dari kecil. Asal kau tahu saja dia sudah menyebalkan dari dulu."

Jennie yang mendengar itu hanya tertawa kecil.

"Kau pasti menyukainya?" 

"Kenapa kau bertanya begitu?" Ujar Jisoo dengan sedikit terkekeh mendengar pertanyaan konyol Jennie.

"Asal kau tahu, kami punya peraturan untuk tidak boleh suka satu sama lain. Lagi pula aku sudah pernah tidur dengannya, mandi bersama pun pernah. Yah walaupun itu waktu kecil. Kami benar-benar tidak tahu malu waktu itu." Jawab Jisoo sambil tak kuasa menahan tawa.

"Benarkah?" Jennie pun ikut tertawa mendengar penuturan Jisoo.

"Tapi nyatanya sampai saat ini kami tetap berteman dan tidak ada yang berubah." Imbuhnya sambil menyeka air mata yang sedikit keluar dari matanya. Kemudian Jisoo kembali menyantap makanannya lagi. Ia menyimpit ramen tersebut dan memakannya, namun baru beberapa kunyahan, Jennie kembali bertanya pertanyaan yang membuatnya tersedak.

"Kalau begitu bagaimana jika aku berencana menyukai Hanbin?" Tanya Jennie setelah beberapa saat terdiam.

Flashback off

Entah mengapa kemarin ia menjawab akan membantu Jennie untuk mendekati Hanbin saat dia bertanya pada Jisoo apakah akan membantunya atau tidak.

Tapi kalau dipikir-pikir apa juga alasan untuknya tidak membantu Jennie? Apa juga haknya untuk melarang Jennie?

'Apa aku cemburu? Ah, tentu saja. Kalau mereka pacaran pasti waktu berkumpul Hanbin jadi berkurang, Hanbin kan teman baikku. Benar, aku hanya cemburu karena itu.' Batin Jisoo yang masih memejamkan mata.

Bukan sampai disitu saja, Jennie bilang dia akan ikut menonton pertandingan Basket besuk.

*Bunyi dering panggilan masuk*

You Are My Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang