Halo readers!
Terima kasih udah mampir ke ceritaku.
Hopefully enjoy ya.
Happy reading good people🥀🥀-----*****-----
Ketika Jisoo menolehkan kepalanya ke kanan, terlihat laki-laki yang sangat tidak asing baginya tengah berdiri dan memandang tepat ke arahnya.
"Kak Jinhwan!"
Laki-laki yang dipanggil Jinhwan itupun mendekat ke arah Jisoo dan ikut duduk di sebelahnya.
"Kau... bagaiman bisa tiba-tiba disini?" Tanya Jisoo yang masih tidak percaya.
"Aku habis kerja. Shift pagi. Lalu tidak sengaja bertemu denganmu yang kelihatan marah-marah di sini." Jawab Jinhwan.
"Aahh begitu rupanya."
"Kau sedang ada masalah?"
Jisoo kemudian menghela nafas pelan lalu menatap lurus ke depan dimana air mancur itu berada. "Sedikit. Ngomong-ngomong Kakak tinggal di sekitar sini?"
"Hm, di perumahan belakang gedung itu." Ujar Jinhwan sambil menunjuk gedung di arah sebelah kirinya.
"Kalau begitu bolehkan aku mampir? Aku juga penasaran bagaimana tempatmu tinggal."
"Kau yakin?" Tanya Jinhwan.
"Memangnya kenapa? Aku hanya ingin mampir sebentar saja, boleh kan?"
"Ya sudah, ayo!" Jinhwan kemudian berdiri.
"Ah sebentar, aku habiskan dulu." Jawab Jisoo sambil menunjukkan cup kopinya yang belum juga habis.
"Dasar lama sekali." Mau tak mau Jinhwan kembali duduk sambil menunggu Jisoo menghabiskan minumannya.
-----*****-----
"Akhirnya sampai juga. Haaah lelah sekali. Rasanya kakiku ingin copot." Saat ini Jisoo telah sampai di tempat tinggal Jinhwan yang merupakan one room di suatu penyewaan rumah.Ketika membuka pintu, Jisoo melihat Jinhwan tidak menggunakan kunci. Namun ia tidak terlalu memikirkannya.
Saat pintu telah terbuka, betapa kagetnya Jisoo ketika ada seseorang di dalam kamar Jinhwan.
"Kau! Kenapa kau ada disini?" Jisoo lalu mencelocos masuk hingga ia berada di depan tempat tidur yang saat ini diduduki laki-laki itu.
"Apa? Harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau bisa ada disini?" Ucap laki-laki tersebut.
"Kakak, kenapa kau tidak bilang jika Hanbin disini?" Tanya Jisoo sambil menunjuk Hanbin yang tetap diam di atas kasur.
"Kau tidak bertanya, ku kira kau sudah tahu." Ucap Jinhwan sambil mendekat ke kedua adiknya.
Jisoo kemudian hanya mengamati Hanbin dengan seksama. Ternyata benar, luka lebam nampak di sudut pipi kirinya walaupun sudah terlihat sedikit memudar.
Sedangkan Hanbin yang tengah diamati merasa heran, "Apa?"
"Apa katamu? Kau tahu betapa lelahnya aku mencarimu, hah?" Jisoo dengan cepat mengambil bantal di samping Jisoo dan menghantamkannya ke arah Hanbin.
"Hei, hei, kau ini kenapa?" Hanbin dengan cepat merebut bantal itu dari tangan Jisoo.
"Aku tanya, itu luka karena apa? Apa kau sudah belajar untuk persiapan ujian?" Saat ini posisi mereka masih sama dimana Jisoo berdiri di samping tempat tidur dan Hanbin duduk bersender di tempat tidur tersebut, sedangkan Jinhwan masih mematung di depan kamar mandi, dekat pintu masuk.
"Apa itu penting?" Bukannya menjawab, Hanbin malah balik bertanya.
"Lupakan!" Jisoo kemudian berbalik badan dan mengambil ponsel miliknya. Ia kemudian menelpon seseorang.
"Halo Jennie. Aku sudah bertemu dengannya... Iya." Masih tersambung dengan Jennie, Jisoo kemudian keluar dari kamar tersebut yang diikuti dengan tatapan heran Jinhwan dan Hanbin.
Jisoo saat ini berada di luar kamar Jinhwan, tepatnya di lorong rumah yang sepi tersebut. "Dia baik-baik saja... Soal luka itu dia tidak menjawabnya... Sekarang kami ada di-"
Tiba-tiba ponsel dingenggamannya disahut paksa oleh Hanbin yang ternyata ikut membuntutinya keluar. Hanbin lalu mematikan sambungan telepon mereka. Kondisi lorong yang sepi membuat atmosfer di antara mereka semankin mencekam.
"Kau beritahu orang lain tentang masalahku?" Tanya Hanbin dengan nada dingin.
"Tidak. Dia hanya bertanya kabarmu. Kembalikan ponselku." Jisoo mencoba merebutnya namun usahanya sia-sia.
"Lama-lama kau ini benar-benar menyebalkan." Apa yang baru saja Hanbin lontarkan membuat Jisoo mebelalakkan matanya.
"Kau bertingkah seperti kau tahu segalanya, kau mencampuri urusan orang lain. Sebegitu tidak menarikkah hidupmu sampai-sampai masalah orang kau buntuti, hah?" Sambung Hanbin.
"Kau kira aku mau melakukannya! Mencarimu dari rumahmu sampai rumah nenekmu. Kau pikir aku mau membuang-buang waktuku seperti itu?" Nada bicara Jisoo tak kalah tinggi dari Hanbin. Nafasnya memburu, bisa jadi efek perdebatan itu atau Jisoo yang juga kelelahan.
"Lalu kenapa kau begitu ingin ikut campur urusanku?"
"Karena Jennie! Dia memberitahuku kalau ada luka lebam dan keadaanmu kacau. Lalu dia memintaku untuk memastikan keadaanmu."
"Apa susahnya menolak itu! Kau mencari-cariku sampai disini seakan kau paling bertanggung jawab terhadap keadaanku."
"Bagaimana bisa menolak permintaannya sedangkan yang dia tahu adalah aku cukup mengenalmu karena aku teman dekatmu?" Ujar Jisoo dengan nada frustasi.
Setelah itu keheningan terjadi di antar mereka.
"Jadi karena kau teman dekatku?" Tanya Hanbin dengan nada lirih.
Sedangkan yang ditanya hanya membuang muka. Jisoo masih terdiam.
Jinhwan kemudian ikut keluar untuk menengahi mereka berdua. "Sudah. Kalian berdua cepat masuk. Bukan hanya aku satu-satunya penghuni disini." Suara mereka tadi memang cukup keras, jadi Jinhwan juga merasa tidak enak jika sampai mengganggu tetangga-tetangganya.
Tanpa sepatah kata pun Hanbin kemudian masuk kembali disusul dengan Jinhwan. Baru beberapa langkah dari pintu, keduanya mendengar suara dentuman cukup keras di lantai.
Ketika Jinhwan berbalik, betapa terkejutnya dirinya mengetahui Jisoo yang tak sadarkan diri di lantai.
-----*****-----
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Best Friend
Fanfiction"Kau sangat cantik. Tapi pada akhirnya kita hanya teman. Seperti yang selalu kau katakan." Ia tersadar betapa bodoh kata-katanya beberapa tahun silam sesaat setelah perasaan terhadap laki-laki itu memaksanya melanggar peraturan yang mereka buat unt...