Ruang makan di rumah tersebut memperlihatkan wanita paruh baya yang tengah menyiapkan sarapan. Jam dinding baru menunjukan pukul 6 pagi, masih ada banyak waktu untuk sekedar memakan roti guna mengganjal perut anaknya agar tidak kelaparan serta buah hati kecilnya yang berumur 5 tahun.
"Hanbyul... Bagaimana serealnya? Enak?" Ucap wanita tersebut sambil membersihkan sisa makanan di mulut gadis kecilnya. Pembawaan wanita tersebut sangat hangat.
Sedangkan anak kecil tersebut hanya memandang ibunya sambil mengangguk. Tak berniat berhenti dari kegiatannya.
Suara langkah kaki menuruni tangga terdengar semakin jelas di dapur tersebut.
"Selamat pagi Hanbyul!" Ucapnya tak lupa dengan elusan lembut di kepala adik kecilnya. Usia mereka memang terpaut 13 tahun.
Kemudian laki-laki bernama Hanbin menundukkan dirinya di kursi tepat di depan ibunya.
"Bagaimana Jisoo? Apa dia akan berangkat hari ini?" Tanya ibu Hanbin seraya mengulurkan piring berisi sandwich yang sebelumnya telah ia buat.
"Dia baik-baik saja, aku baru saja menelponnya." Jawab Hanbin.
Sebelumnya ia menelpon Jisoo untuk memastikan dia berangkat atau absen hari ini. Mereka memang terbiasa berangkat bersama bersama-sama dengan Jinhwan. Rumah Hanbin-lah yang berada paling jauh dari halte. Dan kebelutan ia selalu melewati rumah Jisoo ketika berangkat sekolah.
Sedangkan Bobby terkadang lebih memilih untuk membawa kendaraan roda dua miliknya sendiri.
Ia cukup lega ketika mendapati Jisoo masih memiliki cukup tenaga untuk berjalan ke rumah kemarin setelah turun di halte. Bahkan dia sempat memarahi Hanbin saat mengetahui rambutnya tidak terikat dengan rapi.
Mengingat hal tersebut mau tidak mau membuat Hanbin terkekeh.
"Ada hal yang lucu apa?" Tanya ibu Hanbin heran melihat tingkah anaknya yang tertawa kecil saat menyantap makanannya.
Hanbin hanya menggeleng pelan. Senyum dari bibirnya pun belum hilang. Setelah itu ia menenggak habis susu yang ada di depannya kemudian bersiap untuk pergi.
"Jangan lupa untuk pulang lebih awal." Ucap ibu Hanbin yang seketika menghantikan kegiatan anaknya yang tengah memakai jas almamaternya.
Memorinya kembali pada kejadian semalam dimana sang Ibu memberi tahunya bahwa ayahnya akan pulang. Dan ia tahu persis bahwa ayahnya tak akan berlama-lama di rumah.
Ayah Hanbin memang jarang sekali menghabiskan waktu bersama keluarga semenjak Hanbyul lahir. Karena sejak 5 tahun terakhir, perusahaan rintisan ayahnya yang bergerak di bidang game tengah menuai laba yang tinggi setelah sebelumnya jatuh bangun dalam perilisannya.
Hal tersebut mendorong Ayah Hanbin selaku CEO harus memastikan saham perusahaannya stabil. Sehingga membuatnya beberapa kali melakukan perjalanan bisnis ke luar kota.
Waktu ayahnya banyak dihabiskan untuk menghadiri acara penting lain dengan koleganya. Bahkan di rumah sekalipun ayahnya juga banyak menghabiskan waktu dengan dokumen-dokumen di meja kerjanya.
Hal tersebut membuat Hanbin merasa sangat kasihan kepada Hanbyul. Berbeda dengan masa kecilnya yang masih diisi dengan momen kebersamaan kedua orang tuanya.
"Hmm aku berangkat dulu." Nada bicaranya terdengar malas. Hanbin kemudian beranjak dari tempat duduknya. Tak lupa ia mendarakan kecupan kecil di kepala adiknya.
-----*****-----
Jam pelajaran kedua di Seoul High School telah usai.
Jisoo memanfaatkan waktunya untuk menuangkan imajinasinya di halaman belakang bukunya. Ia sengaja membeli buku dengan halaman polos supaya bisa ia gunakan untuk menggambar, di samping karakternya yang tidak suka 'dibatasi.'
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Best Friend
Fanfiction"Kau sangat cantik. Tapi pada akhirnya kita hanya teman. Seperti yang selalu kau katakan." Ia tersadar betapa bodoh kata-katanya beberapa tahun silam sesaat setelah perasaan terhadap laki-laki itu memaksanya melanggar peraturan yang mereka buat unt...