Lyra kembali ke dunia nyatanya. Ia mengamati para pelayan yang menunduk ketakutan, membuatnya tak tega. Ia pun beranjak dari duduknya, kemudian kembali berjalan diikuti para pelayan setianya.
Lyra berjalan dengan bersenandung dan berjoget ria. Ia memutuskan untuk mengelilingi halaman depan dengan menyanyikan lagunya yang ia nyanyikan bersama kelima temannya dulu.
Diantaranya adalah ave maria, glass bead, one half, gone with the wind, dan tentu saja lagu kesayangannya, fingertip.
"Ah, aku jadi rindu mereka," gumam Lyra pelan, namun Nora yang berada dibelakangnya masih bisa mendengar gumamannya.
"Nyonya Lyra, jangan sedih seperti itu. Apa kami bisa membantu sesuatu untuk anda?" tawar Nora kepada Lyra. Lyra berpikir sebentar, kemudian mengangguk cepat.
"Ada." Lyra pun mengangkat roknya dan berlari menuju kediamannya.
Sesampainya di dalam kamarnya, Lyra menyuruh Nora untuk membawakannya baju santai. "Ini, nyonya."
Lyra menerima baju tersebut. Ia pun bergegas untuk mengganti bajunya.
Kemudian, ia membawa baju yang sebelumnya ia gunakan dan meminta sebuah gunting kepada Nora.Nora dengan cepat memberikannya gunting, yang diterima Lyra dengan senang hati. Perlahan, Lyra menggunting bagian bawah gaun hingga selutut, membuat para pelayan heboh setengah mati.
"Nyonya, apa yang anda lakukan? Gaun itu satu satunya pemberian duke Zion saat pernikahan anda," ujar Nora histeris.
Sementara itu di dalam jiwanya, Flyra tidak berhenti memaki Lyra yang sedang menggunting santai gaun pemberian suaminya. Yang bisa Flyra lakukan saat ini adalah berdoa mengenai kewarasan Lrya di dalam jiwa.
Sementara semua orang menjadi heboh, lain halnya dengan Lyra yang masih santai memotong bajunya. Setelah selesai memotong, ia memperhatikan potongan gaunnya dengan serius.
"Fly, kau bisa menjahit?" tanya Lyra dalam jiwanya.
"Ya, tapi kita tak bisa berganti jiwa sebelum bulan purnama."
"Sebaiknya kau membawa baju kesayanganku itu ke penjahit ternama supaya dapat diperbaiki kembali. Oh sialan, kenapa aku memanggilmu-"
"Oke! Antarkan aku ke penjahit terkenal di wilayah ini! Lets go!" teriak Lrya keras, tanpa memedulikan ucapan Flyra yang masih bergema di dalam jiwanya.
Lyra bersama Nora pun pergi ke salah satu penjahit kota, dengan membawa gaun yang telah Lyra potong. Tak sampai satu jam mereka menaiki kereta, kereta berhenti didepan sebuah bangunan yang megah namun klasik.
Lyra bergegas turun, diikuti Nora dibelakangnya sambil membawa gaun di tangannya.
Setelah mengecek Nora turun, Lyra pun masuk kedalam toko. Di dalam toko, bermacam gaun dan baju tertata rapi di setiap tempat.
Lyra juga dapat mendengar suara mesin jahit di sebelah ruangan yang masih tertutup sebuah pintu.
'Klek.'
Pintu dibuka, tampaklah seorang wanita paruh baya yang tersenyum melihat kedatangan Lyra di depan pintu.
Wanita itu mendekat kearah Lyra, mempersilakannya masuk."Selamat siang Duchess Lyra, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah, sementara Lyra tertegun mendengar julukan barunya.
"Err... well, aku membutuhkan jasamu untuk gaunku, Nyonya," jawab Lyra sedikit canggung.
Wanita tersebut tertawa mendengar balasan Lyra. Kemudian, ia memanggil salah satu pekerjanya untuk menerima gaun Lyra.
"Baiklah, anda ingin gaun seperti apa?" tanyanya.
"Bisakah aku mendapat pena dan kertas disini?" tanya Lyra balik.
Wanita tersebut mengangguk anggun. Ia mengambil sebuah pena dan kertas dari laci meja kerjanya.
"Silakan," ujarnya sembari memberikan kedua benda tersebut kepada Lyra. Lyra menerimanya dengan senang hati, kemudian mulai menggambar.
Beberapa menit pun berlalu.
"Bisakah anda membuat gaunku menjadi seperti ini? Dan tentu saja dengan penambahan beberapa kain untuk menghiasnya," kata Lyra sembari nyengir.
Sementara wanita di depannya tampak kagum melihat sketsa buatan Lyra. "Oh my God, saya tidak menyangka bahwa Istri dari duke Zion sangat berbakat dalam seni menggambar," ujarnya bersemangat, membuat Lyra merasa malu sendiri.
"Jadi, apa kalian bisa membuat model seperti itu? Aku sudah tuliskan warna kain di balik gambarku, kalian hanya perlu mengeceknya saja," kata Lyra.
Wanita paruh baya tersebut mengangguk anggun. "Baiklah, mungkin ini membutuhkan waktu sekitar tiga sampai lima hari. Apa anda keberatan, Duchess?"
"Ah, tidak tidak. Silakan berkarya, aku pulang dulu."
Lyra bergegas kembali ke kediamannya saat menyadari bahwa langit sudah berubah warna dan perutnya yang belum terisi sejak tadi pagi.
=========
Baju yang dikenakan oleh Lyra on mulmed🙆♀Annyeong kawand >_<
Aku mau bikin jadwal update yang baru.
Fingertip akan up setiap jumat, sabtu dan minggu.
Kenapa cuma 3 kali dalam seminggu? Karena aku tidak bisa selalu buka wattpad, dan sibuk nugas juga karena jujur saja aku
masih pelajar T_TAku harap kalian bisa sabar dan menunggu update cerita Fingertip ini~
o(╥﹏╥)oTerima kasih sudah membaca, sampai jumpa di chapter selanjutnya~
KAMU SEDANG MEMBACA
FINGERTIP✅
Fantasy【 Fantasy - Romance 】 Umji kira ia akan mati muda, namun ia malah bereinkarnasi di tubuh seorang Duchess yang sangat membutuhkan pertolongannya. "Jadi, apa kau siap?" "Oke, aku siap. Sangat siap! Hahahaha!" Umji memberikan senyum manis kepada wanita...