Baca catatan penulis di akhir paragraf ya, chingu. Ada informasi terbaru.
Zion melajukan kudanya dengan kecepatan penuh. Ia membawa gulungan surat di tangan kanannya, menggenggamnya seerat mungkin supaya tidak terlepas dan terjatuh.
Dirinya sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan sahabat sekaligus kekasih pujaannya dan memberitahukannya kabar baik.
"Seylla," panggil Zion tepat di jendela belakang kamar gadis tersebut.
Sebenarnya Seylla adalah anak dari seorang pemimpin wilayah atau sering disebut sebagai Duke. Jadi, Zion tak bisa bebas bertemu dengan sahabat tercintanya secara terbuka.
"Ah!" kaget Seylla yang kala itu itu sedang merajut sebuah mantel. "Zion?" panggilnya sembari membuka jendela kamarnya.
"Ya, ini aku. Bisakah aku masuk?" tanya Zion dengan senyum lebar yang jarang ia tunjukkan kepada siapapun.
"Tentu saja." Segera setelah itu, Seylla menepi, menunggu Zion untuk meloncat. Zion memang sering melakukan hal seperti ini saat ingin merenung. Jadi, tak begitu kaget saat melihat Zion meloncat setinggi itu.
"Jadi, ada apa? Tidak biasanya kau tersenyum lebar seperti itu," tanya Seylla sembari tertawa di akhir kalimat, merasa lucu sendiri.
Zion menyodorkan gulungan surat yang berada ditangannya.
"Apa ini?" tanya Seylla penasaran.
"Baca saja."
Seylla menurut saja, kemudian membuka gulungan kertas berwarna ungu tersebut dan mulai membacanya.
"Surat dari kerajaan?" kata Seylla ragu. Zion mengangguk sebagai jawabannya.
Mata Seylla bergerak seiring dengan tulisan yang ia baca. Matanya membulat sempurna tatkala melihat beberapa kata yang dicetak tebal oleh kerajaan.
"Apakah ini asli?" tanya Seylla yang masih tidak percaya. Zion mengangguk lagi sebagai balasan.
Tanpa aba aba, Seylla memeluk Zion dengan erat. Ia menangis sesegukan, membuat Zion keheranan. "Hei, ada apa?"
"Aku tidak percaya bahwa kau akan menjadi seorang pemimpin wilayah di usiamu yang masih dua puluh tahun ini! Itu benar hebat!" puji Seylla sembari mengeratkan pelukannya.
"Hei aku tidak bisa bernapas!" kata Zion terengah-engah, namun Seylla malah tertawa sembari berkata, "kita harus mengadakan pesta malam nanti!"
Zion tersenyum dalam pelukannya. 'Akhirnya aku bisa menyejajarkan diriku denganmu.'
*
*
'Flyra, ada apa dengan Zion sebenarnya?' tanya Lyra pada akhirnya.
"Dia itu Grand duke Derfn, mantan sahabat Zion," jawab Flyra dengan helaan napas panjang di akhir kalimat.
Tiba tiba terdengar suara tawa menggelegar. Lyra merasa merinding saat melirik duke Derfn yang tertawa lumayan keras di depannya saat ini.
"Oh? Bukankah kau duluan yang menghianatiku?"
Duke Derfn melangkah lebih dekat ke arah Zion, kemudian berbisik dengan nada suara lembut yang dibuat buat. "Dengan membunuh seluruh prajuritku yang membawakan sebuah undangan dariku untukmu, apakah itu tidak cukup jelas untuk menyimpulkan segalanya?"
Zion menatap derfn yang berada tepat di depannya dengan tatapan yang lebih tegas dari sebelumnya. "Bukankah aku sudah bilang bahwa itu adalah ulah bawahanku? Aku tidak pernah memerintahkan mereka untuk membunuh semua pasukan milikmu."
Tanpa semua orang sadari, tangan Zion sudah mengepal erat dibawah sana. Semakin ia memikirkan kembali memori tentang masa lalunya, ia semakin membenci mantan sahabat yang sedang berdiri dihadapannya saat ini.
"Kau merebut Seylla dariku, kau tahu!" ucap Zion semakin naik pitam.
Lain halnya dengan Zion yang semakin kalut, Derfn dengan tenang melirik Lyra yang kini sedang dilanda kebingungan dan keterkejutan.
"Dari pada memikirkan itu, lebih baik kau urusi dulu Istrimu," remeh Derfn. Dan bemar saya, Lyra tersentak saat Zion mulai mendekatinya dengan raut muka menyesal.
"Maafkan aku," akunya saat sudah sampai dihadapan Lyra yang kini menunduk kebingungan.
"Derf!"
Tiba tiba, suara imut dari seorang wanita terdengar dan tampak menggelegar di sebagian ruangan.
Mendengar suara itu, Lyra yang mulanya sedih menjadi terkejut. Tubuhnya semakin membeku di tempat.
"Aku mencarimu dari tadi, tahu!" ujar wanita tersebut sembari merangkul bahu Derfn dengan manja.
Perlahan, Lyra memberanikan dirinya untuk melihat wanita pemilik suara imut yang pernah dikenalinya.
"Unnie...," lirih Lyra yang mulai berkaca kaca.
Ia menatap wajah imut dari wanita di depannya dengan tak percaya. Ia tak menyangka akan bertemu wanita itu, apalagi disini, di jaman seperti ini.
Sedetik kemudian, Lyra berlari dan memeluk wanita itu dengan sangat erat. "Rasanya seperti mimpi saja dapat bertemu denganmu disini, Eunha unnie!"
"Seylla!" panggil Derfn panik. Pasalnya, Seylla–wanita yang sedang dipeluk oleh Lyra–terlihat sangat tertekan saat Lyra memeluk erat dirinya, ia jadi panik.
"T-tolong, aku tidak bisa bernapas!" pekik wanita itu meminta. Lyra tersadar akan hal tersebut, kemudian melepaskan pelukannya dengan senyuman lebar di wajah cantiknya.
"We need to talk!" ajak Lyra bersemangat. Jujur saja, ia tak pernah sesemangat ini sejak berada di jaman ini. (kita butuh bicara.)
Seylla melirik Derfn, yang merupakan suami sahnya, untuk meminta izin, apakah ia diperbolehkan pergi atau tidak.
Derfn tersenyum tipis sembari mengangguk. Dan akhirnya, mereka berdua pun pergi. Meninggalkan suami mereka dan pesta duke Kerwin yang masih berjalan lancar walaupun sempat terjadi masalah.
***
HALOOO!!!! mana suaranya😔😔
Kalian setuju aku rombak ulang cerita ini nggak? Aku nunggu jawaban kalian aja deh :) kalo nggak ya ngga papa😅😅
Anyway part yang dicetak miring di paling atas tadi flasback masa lalu zion yaa.
Kali ini, aku mau coba terapin sistem target ya, hehe. Chapter berikutnya akan aku update saat cerita ini mencapai 1k pembaca dan 295 vote ya....
Kalo kalian pengen cepet update, bolehlah bantu promosi ke temen atau sosial media kalian supaya aku cepet up, hehe. >_<
Sampai jumpa di part berikutnya, chinguuu ≥3≤.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINGERTIP✅
Fantasy【 Fantasy - Romance 】 Umji kira ia akan mati muda, namun ia malah bereinkarnasi di tubuh seorang Duchess yang sangat membutuhkan pertolongannya. "Jadi, apa kau siap?" "Oke, aku siap. Sangat siap! Hahahaha!" Umji memberikan senyum manis kepada wanita...