Fingertip 26

105 21 8
                                    

Konflik semakin dekat, abis itu ending deh. Kalian tim happy ending atau sad ending?

Aku sih sad ending🤣🙏

~ SELAMAT MEMBACA ~

Lyra terperanjat di tempatnya. Pasalnya, suara itu terdengar sangat dekat di telinganya. Dan ketika ia berbalik, dirinya sudah mendapati Zion yang berdiri dengan aura dingin di belakangnya.

"Lyra," panggil wanita di belakangnya. Lyra yang tadinya ingin marah kepada Zion, segera berpaling ke belakang dan menerima sebuah pelukan hangat dari wanita yang memanggilnya itu.

"Seylla!" jawab Lyra dengan senang. Mereka berdua berbagi kehangatan untuk sementara waktu, kemudian pergi meninggalkan kedua pria yang kini saling bertatapan dengan tajam.

Lain halnya dengan Lyra dan Seylla yang berbagi kehangatan, kedua lelaki ini masih saling pandang dengan tatapan permusuhan yang kental.

Lyra mengajak Seylla ke ruang latihan khususnya. Sebenarnya tidak banyak yang tahu mengenai ruangan ini, karena letaknya yang berada lumayan jauh dari kediaman utama.

Hanya dirinya, Zion, dan Nora yang tahu mengenai kediaman ini. Jika dirinya ingin melarikan diri dari pertemuan pertemuan dari jadwalnya, ia akan langsung datang ke ruangan ini, mengurung diri dan melampiaskan kekesalannya dengan berlatih menari lebih keras dari pada biasanya.

Hari ini dan sebentar lagi, Lyra akan membiarkan Seylla untuk melihat ruangan pribadinya itu dengan sukacita.

"Maaf kalau ruangan ini berantakan dan agak berdebu. Belakangan ini aku tidak merasa kesal. Jadi aku tidak kemari, hehehe," ujar Lyra sembari membuka kunci pintu di depannya.

Seylla tersenyum hangat setelah mendengar cerita panjang dari sahabatnya. "Tidak apa apa. Justru kau harus senang karena kau sudah berhasil melaksanakan tugasmu sebagai Duchess dengan baik. Aku turut senang," jawab Seylla memberi dukungan.

"Silakan masuk." Lyra membukakan pintu sembari tertawa canggung, tak akan berharap jika Seylla akan bahagia setelah melihat ruang latihannya.

Disisi lain, Seylla benar benar terpana melihat berbagai barang yang telah diceritakan oleh Lyra melalui suratnya. Dirinya tak menduga bahwa wanita yang kini sedang bersamanya ini akan mampu membuat ruangan indah seperti ini.

Mereka berdua berjalan masuk ke dalam ruangan yang telah di cat warna ungu oleh tangan Lyra sendiri. Serta berbagai hiasan yang terdapat di dinding ruangan.

Terdapat beberapa lukisan yang dilukis oleh Lyra sendiri. Ia melukis dirinya bersama teman temannya di kehidupannya dulu. Walaupun sedikit tidak mirip dengan aslinya, lukisan tersebut ttetap terlihat sangat bagus di mata Seylla yang kini sedang menatapnya.

"Ah, yang satu ini mirip denganku," pekik Seylla kaget. Ia menunjuk satu dari enam orang yang berada di lukisan.

Lyra tertawa canggung melihat ekspresi Seylla yang bersemangat. "Ahahaha... bagaimana aku bisa menjelaskannya, ya?" jawab Lyra dengan suara kerasnya.

Seylla hanya terkekeh pelan menanggapi.

Matanya tertuju pada sebuah benda yang tampak familiar baginya. "Apakah itu benda yang kau sebut gitar itu?" tanya Seylla dengan penuh keraguan.

Lyra mengikuti arah pandang wanita tersebut, kemudian mengangguk senang. "Iya, itu adalah gitar. Buatanku sendiri loh!" ucapnya memamerkan diri.

"Ya, aku senang setelah sekitar tiga puluh kali kau gagal, namun kau tidak menyerah."

Lyra terkekeh malu mendengar pujian Seylla barusan.

"Kenapa kau mengingat hal memalukan yang selalu aku tulis di surat sih?" tanya Lyra setengah bercanda. Karena setengahnya lagi dirinya memang bertanya serius karena malu.

"Baiklah sesuai permintaanmu, aku tidak akan mengungkit hal memalukan apapun lagi mulai saat ini. Tapi...," kata Seylla sembari mengambil gitar di depannya dengan hati hati.

"Kau harus memainkan ini untuk membujukku," lanjut Seylla dengan senyuman khasnya.

Tanpa banyak bicara lagi, Lyra mengambil gitar tersebut dari tangan seylla. "Baiklah."

Mereka berdua duduk di lantai tanpa keraguan. Lyra mengambil napas sebentar, kemudian mulai memainkan alat musik tersebut dengan mata tertutup.

Lima lagu telah di mainkan olehnya. Semuanya ia mainkan dengan versi gitar. Dirinya memainkan berbagai genre lagu di kehidupannya yang dulu. Lagu pertama, ia memainkan lagu rock sebagai pembuka.

Lagu kedua, ia memainkan lagu ballad. Lagu ketiga dan keempat ia memakai lagu pop yang terdengar santai di telinga Seylla, dan terakhir, ia memainkan lagu time for the moon night milik grupnya sendiri versi gitar yang sudah dilatihnya selama beberapa bulan ini.

Disebelahnya, Seylla bertepuk tangan dengan antusias. Dirinya terlihat sangat menikmati pertunjukan yang diberikan oleh Lyra barusan.

"Kau sangat hebat, Lyra! Jantungku sampai berdegup kencang karena petikan gitarmu itu!" puji Seylla.

"Ah, aku belum menunjukkan satu lagi keahlianku kepadamu."

Lyra memberikan gitarnya kepada Seylla, kemudian berdiri dan merenggangkan badannya sebentar.

"Apa yang akan kau lakukan kali ini?" tanya Seylla tertarik.

Lyra tertawa sebentar, kemudian menjawab, "Akan aku tunjukkan sebuah tarian modern kepadamu."

Beberapa menit berlalu, Seylla sangat menikmati pertunjukan Lyra yang ditampilkan dengan anggun di depannya.

"ITU SANGAT SANGAT LUAR BIASA!" teriak Seylla setelah Lyra selesai dengan tariannya.

Dirinya langsung memeluk Lyra saking bahagianya. "Aku tidak menyangka aku akan berteman dengan seorang Duchess yang mempunyai banyak bakat sepertimu, Lyra!" puji Seylla entah untuk yang keberapa kalinya.

Sementara itu, Lyra meneguk habis air minum yang sudah disediakan di ruangannya. "Terima kasih. Aku bisa mengajarimu jika kau menginginkannya," tawar Lyra.

"Kau bercanda? Tentu saja aku mau!"

Mereka pun berlatih dengan penuh semangat. Dalam waktu singkat, Seylla sudah dapat mengimbangi tariannya.

Malam harinya, Lyra mengundang Seylla dan Derfn untuk makan malam bersamanya dan Zion. Di meja makan hanya Seylla dan Lyra yang berceloteh sembari bercanda ria. Sementara dua orang kaku di sebelah mereka hanya saling tatap dengan pandangan tajam mereka.

Yang satu melipat tangannya di depan dada sembari mengamati pergelakan pria di depannya, sementara yang satunya lagi berusaha untuk menikmati makanannya dengan damai, tanpa memedulikan tatapan pria di depannya.

Seylla merasa tak enak merasakan tatapan Zion kepada suaminya yang sedang makan. Dirinya segera mengode Lyra. Namun Lyra hanya bergidik, tak ikut ambil pusing.

TBC.

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FINGERTIP✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang