FINGERTIP 9

265 42 5
                                    

Pagi harinya, Lyra berjalan dengan langkah anggun menuju toko butik yang ia datangi beberapa hari yang lalu. Tujuannya datang kesini adalah untuk mempercepat proses pembuatan, agar ia dapat mengenakan gaun itu di pesta ulang tahun ayahnya nanti.

"Selamat datang, duchess Lyra," sapa wanita paruh baya yang pernah menyambutnya dulu.

"Well, aku belum tahu namamu Nyonya," jawab Lyra sembari tersenyum semanis mungkin, berusaha untuk ramah.

Wanita paruh baya tersebut tertawa anggun, membuat Lyra ingin menonjok wajah sok anggun yang sedari kemarin menganggunya. Canda.

"Saya adalah pemilik butik ini. Olivie Octaves, panggil saja madam Olive," katanya sambil mengangkat roknya sedikit dan menundukkan kepalanya, memperkenalkan secara resmi.

Walau sedikit canggung, Lyra mencoba melakukan hal sama seperti yang dilakukan madam Olive tadi, yaitu menundukkan kepalanya dan mengangkat roknya sedikit.

"Ah baiklah Madam, apa gaun yang saya pesan sudah jadi?" tanya Lyra ramah.

"Ah, gaun Duchess itu."

"Waktu saya pertama kali mencoba untuk memodifikasi gaun anda, saya kira itu sangat mudah jika melihat desain anda. Tapi setelah saya mencobanya, saya merasa sangat pusing dan hampir menyerah, hohoho."

Lyra cengengesan mendengar ocehan madam Olive tentang desain yang ia buat.

"Hehe, maaf dan terima kasih atas pujiannya," kata Lyra merendah, membuat madam Olive tersenyum canggung.

"Sampai mana kalian berhasil memodifikasi gaun itu?" lanjutnya.

"Ah, untuk sekarang mungkin masih setengah dari total pengerjaan. Apakah Duchess ingin memakai gaun itu dalam waktu dekat?" tanya madam Olive sembari mengangkat alisnya anggun.

Lyra mengerutkan bibirnya sebentar, kemudian menjawab dengan suara yang dibuat halus. "Aku akan memakainya lusa, apa kalian bisa mengusahakannya?"

Diam diam, madam Olive tersenyum licik, namun Lyra tak dapat menangkap artian senyumnya itu. "Kami bisa saja mengusahakannya dengan menyewa pekerja kelas atas. Namun, dana yang dibutuhkan lebih mahal," kata madam Ovile sembari berbisik. Sementara itu, Lyra mengerti arti dari perkataan wanita parah baya di depannya ini. Ia mengerti niatnya sekarang.

Lyra mengangguk singkat, kemudian menyuruh Nora untuk memberikan sejumlah uang kepada madam Olive.

"Aku mau besok pagi gaun yang aku pesan sudah jadi," ucap Lyra sembari tersenyum ramah kepada madam Olive yang mengantarnya sampai ke depan pintu toko.

Madam Olive mengangguk kecil menanggapi ucapan Lyra. Setelah berpamitan, Lyra dan Nora kembali ke kediaman Zion.

***

Keesokan paginya, di kediaman duke Zion.

Lyra sedang lari pagi ketika ia melihat seorang pria sedang berdiri sembari membawa bingkisan. Pria tersebut sedang berbicara dengan kedua penjaga gerbang.

"aku suka keributan," ujar Lyra sembari tertawa sendiri.

Karena rasa penasaran, Lyra menghampiri mereka bertiga dengan langkah mantap.

"Ada masalah apa disini?" tanya Lyra sambil membersihkan keringat yang menetes di wajah mulusnya.

Kedua penjaga yang melihat Lyra langsung membungkuk memberi hormat. "Selamat pagi, Duchess. Pria ini bilang, ia ingin mengantar sebuah gaun pesanan untuk Nyonya," kata salah satu penjaga di depan Lyra.

Mendengar kata gaun, Lyra langsung mengambil bingkisan yang dibawa oleh pria di depannya. "Hehe, terima kasih!"

Lyra berlari meninggalkan ketiganya yang sedang melongo di tempat.

Sesampainya di kamar, Lyra membuka pintu kamarnya. Tak jauh di depannya, Flyra mendekat ke arahnya sembari tersenyum manis. "Pagi, Umji!" sapanya kepada Lyra.

"Pagi." Lyra menoleh sebentar, kemudian melanjutkan kegiatannya untuk membuka bingkisan.

Setelah puas melihat hasil gaun tersebut, Lyra mencoba untuk mengenakannya.

"Waw, itu gaun terkeren yang pernah aku lihat. Dimana kau membelinya?" tanya Flyra takjub. Lyra menepuk dadanya bangga. "Ini hasil rancanganku sendiri, lho!"

"Cepat bersiap, kita akan berang–"
Flyra dan Lyra mengalihkan pandangannya kepada seorang pria yang baru saja membuka pintu kamarnya.

Di depan pintu, berdirilah sosok Zion yang sedang terpana. Zion menatap Lyra dari ujung kepala sampai ujung kaki, melihat gaun yang dikenakan oleh Lyra saat ini.

Lyra yang merasa agak risih oleh pandangan Zion, melambaikan tangan sembari berjalan menghampiri suaminya tersebut.

"Ayo," kata Lyra singkat, kemudian meninggalkan Zion yang masih memandangnya tanpa berkedip.

======

Gaun yang dikenakan Lyra di mulmed ya... dilihat dulu sabilah ya🤭👍

Sejauh ini, ada pertanyaan yang ingin kalian tanyain seputar cerita ini nggak sih?

Atau kalian ada saran tentang part selanjutnya?

Sampaikan sadja di komentar, siapa tau bisa menginspirasi saya yekann :"

Baiklah kalau begitu, sampai jumpa minggu depann~☺

FINGERTIP✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang