FINGERTIP 38

102 20 1
                                    

Zion membuka pintu kamar. Dirinya melihat Lyra yang berdiri di depan jendela kamar yang saat ini membelakanginya.

Dirinya memelankan langkahnya, kemudian menaruh pedangnya selembut mungkin di ranjang, kemudian berjalan dengan hati hati menuju tempat Lyra berada.

Lyra terperanjat ketika merasakan sebuah tangan yang melilit manja di perutnya. Dirinya menoleh ke belakang dan mendapati wajah tampan Zion yang hanya berjarak beberapa senti darinya.

"H-hei, apa yang kau lakukan?" tanya Lyra gugup. Dirinya sudah memerah sekarang, apalagi ketika merasakan hembusan napas hangat dari pria yang berada di belakangnya saat ini.

"Zion, lepaskan," lanjut Lyra saat menyadari bahwa Zion tidak mendengarkannya.

"Tidak mau," seru Zion menantang. Pria itu dapat merasakan kegelisahan istrinya saat ini.
Menjadi sedikit jahil sesekali tidak apa apa kan?

Untuk beberapa menit, mereka berdua berada di posisi tersebut tanpa mengatakan apa pun.

"Mau mendengar suatu rahasia?" Akhirnya, Lyra bersuara.

Zion membuka matanya karena penasaran dan menjawab, "Apa itu?"

Lyra tersenyum lebar, kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Zion. "Jika aku bilang bahwa aku bukan Flyra, apakah kau akan membenciku?" ucapnya sembari menunduk takut.

Sebenarnya Lyra tidak ingin Zion mengetahui hal tersebut, namun dirinya tak ingin Zion salah paham dan mengira bahwa dirinya adalah Flyra, perempuan yang dicintainya.

Dan jika Zion marah kepadanya setelah mengetahui semua ini, maka dirinya bisa menghentikan peperangan yang akan terjadi ini dan memilih untuk menikah saja dengan Raja Sean.

Alis Zion terangkat, namun senyum diwajahnya terbit dengan lebar, seolah dirinya merasa lega oleh sesuatu. "Aku sudah menunggumu untuk mengatakan kebenaran itu."

"Hah?"

Lyra mengangkat kepalanya tanpa sadar dan memandang Zion dengan kikuk karena pernyataan lugas tersebut.

"Jadi kau sudah tau ya...."

Zion mengangguk. "Begitulah."

Lyra tersenyum lagi mendengar jawaban Zion.

"Mulai saat ini kau bisa memanggilku Lyra."

Zion mengangguk lagi sebagai jawaban.

Terjadi keheningan diantara mereka untuk sesaat, sampai Lyra menghancurkan keheningan itu dengan sebuah pertanyaan.

"Jadi, apa kau menyukai Flyra? Ataukah Lyra?"

Zion tertohok atas pertanyaan yang tiba tiba itu. Sejujurnya, dirinya tidak tahu harus menjawab apa dan bagaimana. Namun, dirinya memberi pertanyaan balik kepada Lyra. "Lalu siapakah yang berada di sini saat ini?"

Lyra mendelik, tak percaya dengan serangan balasan dari Zion. "Menurutmu siapa?" ucapnya dengan nada kesal.

Zion terkekeh mendengarnya. Tiba tiba, dia memeluk Lyra lagi dengan erat. "Aku mencintaimu, Lyra."

Lyra terbelalak untuk yang kedua kalinya. Tanpa sadar, air mata keluar, membasahi wajah cantiknya. "Aku juga mencintaimu, Zion."

*

*

*

"Lyra."

"Lyra!"

Lyra merasa terganggu dengan suara yang memanggilnya beberapa kali. Suara itu terus berdengung di telinganya untuk beberapa waktu.

Merasa tak kuat lagi, Lyra membuka matanya perlahan. Setelah membuka matanya, dirinya disuguhi oleh pemandangan putih di seluruh area.

Seketika, dirinya merasa deja vu. Ingatan saat dirinya bertemu dengan Flyra pertama kali terputar kembali di kepalanya. (baca chapter 1)

"Loh, perasaan tadi aku lagi tidur deh."

"Lyra!" panggil seseorang lagi. Namun, Lyra tidak melihat siapa pun sampai sekarang.

"Wah, apakah aku berhalusinasi?" tanya Lyra kepada dirinya sendiri. Ia menguap sembari menggosok tangannya yang sedang kedinginan.

"Lyra!" panggil suara tersebut sekali lagi. Kali ini lebih seperti teriakan, membuat Lyra terkaget.

"Buset! Santai dikit napa!" teriak Lyra tidak mau kalah. Sepertinya, dia sudah sadar sepenuhnya.

Lyra memikirkan baik baik siapakah suara yang memanggilnya tersebut. Hanya ada satu nama yang terlintas di kepalanya saat ini. "Flyra? Apa itu Flyra?"

"Hoi! Cepatlah datang ke sini, Flyra bodoh!" maki Lyra, namun matanya sudah berkaca kaca.

"Siapa yang kau panggil bodoh, ha?"

Lyra membalikkan badannya. Dirinya tidak menyangka bahwa ia akan bisa bertemu dengan Flyra lagi. Lyra berusaha memeluk Flyra, walaupun hanya sia sia saja karena badan mereka yang menembus.

"Eitss... hati hati," ucap Flyra sedikit bercanda, lalu mereka berdua tertawa.

"Ah, kau membawaku ke tempat putih ini lagi. Ada apa sebenarnya?" tanya lyra tanpa basa basi.

Flyra mengulum senyum tulusnya. "Iya, aku memanggilmu ke sini. karena kau sudah bersatu dengan Zion, maka aku ingin mengatakan kebenarannya kepadamu."

Wajah Lyra memanas mengingat apa yang sudah mereka lakukan tadi.

"He-hei apa yang kau maksud dengan bersatu?!" tanya Lyra gelagapan, sementara Flyra tertawa terbahak bahak melihat reaksi Lyra.

"Well, aku tidak mengharapkan itu terjadi. Namun apa dayaku? Zion hanya mencintai Lyra, bukan Flyra."

Lyra merasa tidak enak saat kembarannya mengatakan hal tersebut dengan enteng.

"Oh iya. Kenapa kita tidak berganti tubuh dalam beberapa bulan ini? Kemana saja kau selama itu?" tanya Lyra penasaran, sekaligus mengalihkan perhatiannya.

"Baiklah, Lyra. Mau dengar suatu rahasia, tidak?" tanya Flyra berusaha menirukan ucapan Lyra kepada Zion.

TBC.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FINGERTIP✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang