Lyra dan Seylla semakin terlarut dalam pembicaraan mereka.
Sampai terdengarlah suara langkah kaki yang mendekati mereka saat ini.Awalnya, mereka berdua tak tertarik dan tetap melanjutkan pembicaraan seru mereka. Namun, dua buah tangan berhasil menarik kedua tangan wanita yang sedang asyik berbincang tersebut.
"Zion!"
"Derf," panggil Lyra dan Seylla hampir bersamaan.
"Hei, ada apa?" tanya Seylla. Ia melihat semburat penuh kebencian dari mata suaminya saat ini.
"Kita pulang sekarang," ujar Derfn dingin dan penuh penekanan. Ia melirik Zion yang kini tengah memegang tangan Lyra sembari tersenyum penuh kemenangan.
Lyra menyengritkan dahinya tak suka. "Entah apa yang kalian lakukan tadi, tapi tolong jangan libatkan kami dalam perkelahian kalian deh!" protes Lyra, yang diangguki Seylla tanpa ragu.
"Kita akan kembali ke aula sekarang, Flyra," ucap Zion sembari berusaha tersenyum selembut mungkin. Seylla saja sampai terkejut melihat senyuman Zion yang dulu hanya ditunjukkan olehnya saja. Sepertinya memang benar bahwa Zion sangat mencintai istrinya saat ini.
"Kalau aku tidak mau?" tantang Lyra yang membuat Zion seketika melunturkan senyumannya.
"Tidak ada cara lain. Aku akan memaksamu."
Tanpa memberikan Flyra waktu untuk menjawab, Zion menggendong Flyra dan pergi ke aula, meninggalkan Derfn yang masih menatap penuh kebencian kepadanya dan Seylla yang masih takjub dengan senyuman Zion yang sudah lama dirindukannya.
"Seylla unnie, see u laterr! Aku akan rajin mengirimkanmu surat mulai sekarang!" (sampai jumpa lagi.)
*
*
*Waktu berlalu begitu cepat dan hari pun sudah berganti dengan cepat. Begitu pula dengan Flyra dan Lyra yang sekarang telah berganti tubuh.
Flyra yang saat ini sedang berganti tubuh dengan Lyra, menyuruh para pelayannya untuk menyiapkan air hangat untuknya mandi.
"Tidak biasanya nyonya Flyra meminta air hangat untuk mandi," ucap salah satu pelayan kepada Flyra.
Mendengar ucapan pelayan tersebut membuat Flyra mendelik. "Kau?! Berani sekali kau membalas ucapanku? Memangnya kau pikir kau sedang berbicara dengan siapa saat ini?" bentak Flyra yang emosi mendengar perkataan pelayan tersebut.
Lyra yang berdiri diam di sebelahnya merasa ngeri sendiri.
"Hei, jangan terlalu galak dong! Nanti Zion tidak suka kepadamu, lho!" ancam Lyra tegas, walaupun ia juga takut kena semprot Flyra. Namun dia harus mencobanya terlebih dahulu, siapa tau Flyra tidak sepintar itu dan mudah tertipu, hehehe.
Dan agaknya ucapan itu berhasil. Flyra merendahkan nada bicaranya kepada para pelayan dan meninggalkan emosinya yang tadi sudah melonjak.
Setelah mandi, Flyra berniat untuk merias diri. Saat ini dirinya sedang sibuk bercermin. Ia melihat Lyra yang sedang berteriak heboh ketika rohnya dapat bergerak sesuka hatinya.
Ya, kemarin, bulan purnama datang. Dan mereka berganti tubuh sejak kemarin, mungkin hari ini yang terakhir.
"Berhentilah bertindak seperti hantu sungguhan, Ji!" singgung Flyra yang mulai risih melihat Lyra yang terbang kesana kemari dengan eloknya.
"Habisnya, ini terlalu menyenangkan untuk dianggap sebagai kenyataan," jawab Lyra sembari membolak balikan tubuhnya.
Flyra terkekeh sembari menggelengkan kepalanya, pasrah dengan kelakuan Lyra di atas sana. Ia pun melanjutkan aktivitas meriasnya yang sempat tertunda.
Sementara para pelayannya pergi untuk membuatkannya makanan, Flyra menggunakan kesempatan waktu itu untuk merias diri. Ia ingin memberikan makanan istimewa kepada Zion.
Rencananya setelah ia merias diri, dirinya akan pergi ke dapur dan membantu para pelayannya menyiapkan makanan. Dirinya akan membawakannya kepada Zion untuk dimakan bersama.
Setelah mandi, Flyra memutuskan jalan pagi ditemani oleh para pelayannya dan juga Lyra di sampingnya.
"Flyra!" seru Duke Kerwin dari kejauhan.
Flyra menatapnya dengan pandangan berkaca kaca. Air matanya tak bisa ia bendung lagi. Segera, Flyra berlari ke pelukan duke Kerwin yang saat itu sedang berkeringat karena sedang berlatih.
"Maafkan aku, Ayah," ucapnya tulus. Duke Kerwin membiarkannya menangis di pelukannya. Ia mengelus rambut Flyra dengan sayang. Entah kenapa, ia sangat merindukan wanita yang berada di dekapannya saat ini.
Meskipun kemarin ia sudah memeluknya, namun kali ini berbeda. Ia merasakan kehangatan yang dulu ia rindukan.
Setelah bercakap cakap ringan dengan Ayahnya, Flyra melanjutkan perjalanan reuninya. Ia merasa sudah lama sekali tidak melewati tempat tinggal masa kecilnya ini.
Jadi, ia akan menikmati waktu sebaik mungkin untuk mulai menghapal kembali setiap sudut dari rumahnya ini.
Mereka pun melewati dapur mansion. Mata dengan sorot yang penuh makna itu menatap seisi dapur dengan tatapan cantiknya.
Tiba tiba, Flyra masuk ke dalam dapur. Para pelayan yang berada di dalam segera menunduk untuk memberi hormat.
"Apa yang anda perlukan disini, nyonya Flyra?" tanya kepala pelayan yang kebetulan berada di dapur.
Flyra menyatukan kedua tangannya di depan dada sembari berkata, "Well, aku ingin membantu kalian memasak."
Flyra membutuhkan waktu sekitar empat jam untuk menyiapkan dua macam makanan. Ia menyuruh para pelayan untuk mencobanya.
Namun sebelum itu, Zion tiba tiba datang dan mengagetkan Flyra. Flyra terbatuk kecil, kemudian segera meletakkan hasil masakan terakhirnya tersebut di meja makan.
Ia menatap Zion dengan pandangan lembut. "K-kau datang?" tanya Flyra tergagap. Dirinya sangat terkejut saat Zion berada sangat dekat dengannya. Rasanya seperti mimpi saja bagi Flyra untuk sedekat ini dengan suaminya.
Flyra melirik ke seluruh ruangan. Dirinya heran saat tidak melihat Lyra dimana pun. "Bagaimana ini? Kemana dia pergi?" gumamnya sepelan mungkin.
"Barusan kau bilang apa?" tanya Zion yang semakin mengagetkan Flyra.
"Ah! Tidak tidak! A-aku hanya emm... ituu... ayo kita keluar dulu dari sini, hahaha!"
Flyra segera menarik lengan Zion keluar dari dapur dan mengajaknya ke taman. Zion yang diseret seperti itu hanya pasrah mengikuti di belakang flyra dengan santai.
TBC.
👉✨
Halo, hehehehe. Apa kabar😅
Maaf saya ngilang hampir 2 bulan. Saya bulan kemarin fokus ke pts dan pts soalnya. Tapi mulai hari ini saya akan mulai update lagi kok, tenang saja. Ditunggu update selanjutnya ya.Sebelum membaca bab selanjutnya, vote dulu yuk untuk mendukung saya. 😀✨
KAMU SEDANG MEMBACA
FINGERTIP✅
Fantasy【 Fantasy - Romance 】 Umji kira ia akan mati muda, namun ia malah bereinkarnasi di tubuh seorang Duchess yang sangat membutuhkan pertolongannya. "Jadi, apa kau siap?" "Oke, aku siap. Sangat siap! Hahahaha!" Umji memberikan senyum manis kepada wanita...