FINGERTIP 7

289 44 6
                                    

Haloo :)
Selamat membaca~

"Kau gila? Aku tidak mau!" teriak Lyra kepada Flyra yang saat ini masih bersemayam di dalam jiwanya.

"Ini adalah kesempatanmu, Ji. Dan kau harus menolongku sebagai imbalan karena aku sudah berbaik hati menarikmu ke duniaku," ujar Flyra ngotot, sementara Lyra mendelik sendiri di tempatnya.

Para pelayan yang berjaga di depan kamarnya sampai bergidik saat Lyra sesekali berteriak karena berdebat dengan dirimya sendiri.

"Aku lelah! Jika saja kau bisa keluar dari dalam jiwaku, maka aku akan mencabik jiwamu sampai habis!" gumam lyqra penuh penekanan.

"Aku bisa saja keluar dari dalam hatimu, tapi aku tidak akan keluar jika kau mencabik jiwaku!" ledek Flyra sembari tertawa puas, sementara Lyra membeku di tempatnya.

"Kau bisa? Lalu kenapa kau tidak muncul saja di hadapanku, hah?" teriak Lyra sehingga mengejutkan para pelayan yang berjaga di luar kamarnya, lagi.

"Keluar kau sekarang!" lanjut Lyra.

"Tidak mau! Nanti kau mencabik cabik rohku!" teriak Flyra membalas.

"Flyra sayang, aku tidak akan mencabik jiwamu, tenang saja. Lagian, roh mana bisa dicabik, haa?"

Terdengar suara kekehan dari dalam benak Lyra, yang semakin membuatnya ingin memakan apapun yang berada di sekitarnya.

"Hehe, baiklah. Aku akan keluar sekarang."

Setelah itu, beberapa saat kemudian Flyra muncul tepat dihadapan Lyra yang masih terbengong melihatnya.

"Nah, begini lebih baik 'kan?" kata Lyra yang seketika melupakan emosinya. Flyra pun duduk di sebelah Lyra dengan anggun dan tenang.

"Ngomong ngomong, berjanjilah kepadaku kau akan datang ke kamar suamiku nanti malam," ujar Flyra memaksa, membuat Lyra yang berada di sebelahnya memutar bola matanya, malas.

"Nggak mau! Wajahnya menyeramkan sih!" kata Lyra sambil mengelus lengannya, merasa ketakutan.

"Ayolah, sebentar lagi bulan purnama tiba dan aku akan menggantikan posisimu," paksa Flyra lagi.

"Memangnya kapan?"

"Mungkin tiga atau empat hari lagi?"

*

*

*

Pada akhirnya, Lyra menuruti ucapan Flyra untuk datang ke kamar Zion.

Udara dingin yang menusuk kulit tak mungkin membuat Lyra mengubah keputusannya.

Dikarenakan roh Flyra yang selalu menyemangatinya dalam setiap langkah yang ia ambil, lebih tepatnya memaksa.

"Ayo! Semangat, Umji! Hanya tinggal tiga puluh satu langkah lagi menuju kamar suamiku!" pekik Flyra bersemangat, dan yang pasti hanya didengar oleh Lyra seorang saja.

Sementara Lyra yang sudah bosan mendengar teriakannya hanya bisa mempercepat jalannya, tak ingin berteriak balik kepada Flyra.

Dikarenakan Flyra yang tidak berada pada tubuhnya, Lyra tak bisa mengirim telepati kepada Flyra, jadi ia hanya bisa diam saja sambil merutuki Flyra dalam hatinya.

'Sring!'

Tiba tiba, dua buah tombak disatukan di depan Lyra, membentuk tanda silang.

"Apa?" kata Lyra cengo, masih tak memahami keadaan.

"Dia menghalangi jalanmu, bodoh!" maki Flyra di sampingnya, sementara Lyra hanya mengangkat satu alisnya, pertanda bahwa ia tak paham.

"Kenapa kalian menghalangi jalanku?" tanya Lyra lugu, sembari mengamati kedua prajurit di depannya yang masih menyilangkan tombak mereka.

"Anda tidak diizinkan masuk, Nyonya."
Salah satu prajurit tersebut menjawab pertanyaan Lyra dengan tegas.

"Aiyo~ bagaimana ini?" ucap Lyra pura pura bingung.

"Ah, kedua prajurit tampan ini memang selalu taat kepada tugas mereka, bukan?" tanya Lyra yang ditunjukkan kepada Nora, sementara semua orang yang berada di sana masih linglung. Termasuk seorang pria yang baru saja sampai di ujung koridor, dengan pandangan ingin tahu.

"I-iya, Nyonya," balas Nora sedikit takut.

"Aiyo~ prajurit tampan, aku ini majikanmu sekaligus istri dari duke Zion yang terkenal sangat pintar itu, apa kau tidak mengenalnya? Ah, tidak. Kau kan prajuritnya, haha!" ucap Lyra semakin melantur.

"Dan sekarang, apa aku bisa masuk?" ucap Lyra dengan aegyonya, membuat kedua prajurit di depannya terdiam sambil melongo takjub.

Tiba tiba, seorang pria yang sedang mengamati Lyra dari ujung koridor berdehem tak santai, kemudian berjalan tegas menuju Lyra.

"Ayo masuk," ucapnya singkat, kemudian menarik Lyra yang masih ber-aegyo kepada kedua prajuritnya.

Mereka berdua pun masuk. Setelah keduanya masuk, pria tersebut segera menutup pintu kamarnya rapat dan menguncinya dari dalam.

"Ada apa dengan nyonya Lyra sebenarnya? Dia tak pernah melakukan hal seperti itu selama ini!" kata salah satu prajurit tadi.

Para pelayan pun mendekat, kemudian diadakanlah sesi gibah antara pelayan dan prajurit secara dadakan.

FINGERTIP✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang