【 Fantasy - Romance 】
Umji kira ia akan mati muda, namun ia malah bereinkarnasi di tubuh seorang Duchess yang sangat membutuhkan pertolongannya.
"Jadi, apa kau siap?"
"Oke, aku siap. Sangat siap! Hahahaha!"
Umji memberikan senyum manis kepada wanita...
Abis ini ending, next mau cerita yang seperti apa? Sok atuh request💁♀
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~ SELAMAT MEMBACA ~
Setelah melewati beberapa prajurit, akhirnya Lyra dan Zion dapat keluar dari Istana melalui pintu belakang.
Zion masih menggandeng tangan Lyra dengan erat dan tak mau melepasnya. Seolah olah Lyra akan menghilang kapan saja jika dirinya melepaskan ikatan tangan mereka saat ini.
Akhirnya mereka berdua bisa berjalan santai bersama. Dengan pedang yang dibawanya, Zion memotong setiap ranting pohon yang menghalangi jalan mereka.
Di sampingnya, Lyra tersenyum lega. Namun masih ada jejak kekhawatiran di wajahnya.
"Zion," panggil Lyra dengan nada rendah.
"Hm?"
"Kau tahu? Mungkin sebentar lagi kita akan menjadi seorang buronan," ujar Lyra menjelaskan.
Zion mengangguk, menyetujui ucapan Lyra. Beberapa detik kemudian, dirinya menghela napas panjang.
"Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu? Kenapa kau berurusan dengan Yang Mulia sean?" tanya Zion yang ternyata juga khawatir.
Lyra pun menceritakan apa yang sudah dialaminya beberapa hari ini. Di sampingnya, Zion mendengarkan dalam diam tanpa memberikan komentar apapun.
"Ngomong ngomong, kemana kita akan pergi?"
Zion terdiam sebentar sebelum menjawab, "Kita akan ke Pirate untuk menemui Ayah mertua."
* * *
"Selamat malam duke Kerwin."
Kerwin yang kala itu sedang merenggangkan tangannya setelah bekerja seharian, merasa heran karena penjaga gerbang datang menemuinya selarut ini.
"Ada apa?" tanyanya keheranan.
"Maaf, duke Kerwin. Duke dan Duchess zion meminta untuk menemui anda," jawab penjaga yang masih menunduk itu.
"Kenapa mereka berdua datang selarut ini? Di mana mereka sekarang?"
"Mereka berada di gerbang, menunggu konfirmasi dari anda."
Kerwin segera meletakkan pena yang dia pegang, kemudian mengikuti penjaga tersebut ke gerbang depan untuk menemui anaknya.
"Flyra?" panggil Kerwin yang masih ragu.
Mendengar suara Kerwin, zioqn dan Lyra segera memberikan salam mereka. "Maaf mengganggu anda malam malam begini, hehehe," tutur Lyra cengengesan.
"Omong kosong." Kerwin segera memeluk keduanya setelah mengatakan hal tersebut. Mereka bertiga bertukar kabar untuk sesaat, sampai pada akhirnya Kerwin menyadari ada sesuatu yang tidak beres.
"Tunggu. Kalian ke sini tanpa pengawal?" tanya Kerwin kaget, sementara Zion dan Lyra saling bertatapan.
* * *
Lyra menyesap teh yang baru saja diberikan oleh pelayan kepadanya. "Tehnya enak sekali," pujinya.
"Jadi?" tanya Kerwin yang berada di depan Lyra. Pria tua itu masih menunggu penjelasan dari mereka.
"Aku saja yang jelaskan," pinta Lyra saat Zion ingin membuka mulutnya. Awalnya Zion merasa ragu, namun Lyra memegang tangannya untuk meyakinkan Zion.
Lyra pun mulai menceritakan kejadian yang dialaminya dalam beberapa hari ini. Tentang bagaimana ia tersesat, bagaimana ia ditahan di Istana, dan bagaimana ia akan dijadikan mempelai wanita secara paksa.
Ternyata, tidak mudah menjelaskan semua itu kepada Kerwin. Dia sering memotong ucapan Lyra saking marahnya. Dirinya tak terima dengan perlakuan Sean yang semena mena kepada anak kesayangannya ini.
Setelah mendengarkan cerita Lyra, Kerwin memutuskan untuk menenangkan diri terlebih dahulu sebelum memberikan keputusan yang tepat.
"Kalian istirahat saja dulu untuk malam ini. Aku akan memutuskan apa yang akan kita lakukan terhadap Raja sialan itu besok," kata Kerwin berusaha untuk mengontrol emosinya.
Lyra menatapnya dengan tatapan lembut. "Ayah jangan khawatir. Ayo sini, aku antar ke kamar Ayah," tawar Lyra yang langsung di setujui oleh Kerwin dengan perasaan bahagia karena merasa diperhatikan oleh anaknya.
Sebelum pergi, Lyra memberi kode kepada Zion untuk masuk lebih dulu ke kamar mereka. "Aku akan menyusul," bisik Lyra yang diangguki oleh Zion.
Keesokan paginya, Kerwin langsung mengumpulkan para pemimpin yang mempunyai masalah yang sama, yaitu mempunyai dendam dan permusuhan kepada Sean.
Tak butuh waktu lama untuk mengumpulkan semua orang itu, karena siangnya, kediaman Pirate sudah dipenuhi oleh orang-orang yang ingin memberontak. Bahkan perwakilan dari negara lain yang mempunyai dendam tersendiri pun datang karena undangan Kerwin.
"Aku tidak tahu duke Kerwin mempunyai banyak koneksi seluas ini," puji Zion yang takjub melihat setiap orang yang sedang berkumpul di lapangan.
"Yah, aku juga tidak menyangkanya sih," ujar lyra menambahi.
Saat ini mereka berdua berada di lantai dua. Kerwin melarang mereka berdua untuk ikut dalam diskusi ini dan menyuruh mereka berdua untuk beristirahat saja.
Setelah berunding selama hampir lima jam, akhirnya mereka mengambil kesepakatan. Intinya, mereka semua yang hadir di sana tidak menyukai perilaku Raja Sean yang semena-mena dan memutuskan untuk mengibarkan bendera perang. Rata rata, pemimpin yang hadir di pertemuan itu adalah sekelompok golongan tua. Namun ada juga golongan muda yang mempunyai dendam karena Istri mereka yang telah diambil oleh Raja Sean.
Dengan bantuan dari musuh-musuh Raja dan juga Duke Kerwin yang tidak menyukai kepemimpinan raja Sean, Zion langsung membuat surat deklarasi perang dengan kerajaan.
Setelah memastikan surat tersebut sampai ke kerajaan, Kerwin menyuruh Zion untuk kembali ke kamarnya karena hari yang sudah malam.
TBC.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.