Fingertip 22

158 21 2
                                    

SELAMAT MEMBACA.

Beberapa hari setelah Flyra mengatakan ingin menikah, Duke Kerwin segera memanggil Zion ke ruangannya dan mendiskusikan rencana pernikahan mereka.

"Aku menghargai keputusanmu, duke Kerwin. Tapi maaf, aku tidak bisa menerimanya," jawab Zion tegas.

Walaupun begitu, Duke Kerwin tetap tersenyum seolah menunggu Zion yang bisa saja berubah pikiran.

"Kenapa? Apakah ada yang kurang dari anakku?" tanya Duke Kerwin tanpa keraguan. Namun, Zion malah terkekeh pelan menanggapi.

"Tentu saja putri Flyra sangat sempurna. Namun saat ini, aku mempunyai seorang gadis yang aku sukai," jawab Zion tenang.

Dan kini, giliran Duke Kerwin yang terkekeh pelan. "Putri Seylla, bukan? Jangan lupakan bahwa wilayah Gouse berada dibawah kekuasaanku."

Zion tampak terkejut sesaat, namun ia menyembunyikan ekspresinya dengan baik. Ia telah melupakan satu hal yang begitu penting dari hal itu.

Sementara itu, Duke Kerwin masih tersenyum, menunggu jawaban dari Zion.

"Bagaimana? Apakah kau berubah pikiran?" tanya Duke Kerwin sekali lagi.

Tangan Zion mengepal kuat dibawah sana. Walaupun begitu, ia masih tetap bisa mengontrol emosi di wajahnya dengan baik. "Aku mempunyai syarat."

*

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Setelah melakukan perjalanan yang hampir memakan waktu satu hari penuh, akhirnya kami berdua sampai di kediaman suamiku, eh suami Flyra deh. Hehehe maap lidahku kepleset tadi.

Oh iya, mengenai Flyra... aku masih tidak dapat menghubunginya sampai sekarang. Hiks, mau nangis aja rasanya.

Ada apa sih dengan dirinya sebenarnya? Aku tidak paham sama sekali dengan jalan pikirannya itu. Flyra sebenarnya adalah orang yang baik, namun bisa dikatakan jahat juga dalam waktu yang bersamaan.

Hmm... yasudahlah, nanti juga ngomong sendiri kalau sudah bosan sendirian.

Saat ini kami berdua sedang berjalan bersama. Dan akhirnya kami harus berpisah di tengah jalan. Zion pergi ke ruang kerja, dimana setumpuk berkas telah menunggunya untuk ditangani. Kasihan sekali suamiku itu, bahkan dia belum sempat mandi dan beristirahat. Tapi tidak apa apa lah, toh itu memang kewajibannya.

Sementara aku, aku pergi ke kamarku untuk berganti pakaian dan mandi. Hiks, tidak sabar sekali rasanya untuk mandi. Sudah lebih dari dua belas jam aku tidak mandi. Dikarenakan perjalanan kemarin yang memang tidak berhenti sama sekali dan hanya berhenti saat waktu makan saja.

Setelah mandi, diriku memutuskan untuk beristirahat sebentar. Aku berbaring sembari menatap langit langit kamar, memikirkan apa yang seharusnya aku lakukan setelah ini.

FINGERTIP✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang