Bab 47

58 6 0
                                    

Ken menarik paksa Lisa ke ruangan VIP yang sudah dipesannya tadi. Mereka menjadi tontonan orang-orang yang berada di restaurant tersebut. Termasuk Wily, ia nampak cemas. Berusaha meminta agar tidak menghukum Lisa namun apalah daya, kini ia tidak bisa apa-apa.

Ken menyuruh Lisa duduk di hadapannya. Lisa hanya diam, mengerucutkan bibirnya dan melipat kedua tangannya di atas perut. Pandangannya ia lempar ke arah samping, sementara Zae hanya diam berdiri di dekat pintu.

Ken berdecak kesal pada Lisa yang sedang merajuk. "Kenapa kau merajuk?" Ken dengan suara dinginnya.

"Pikir saja sendiri," jawab Lisa tanpa menatap Ken sedikit pun.

"Drama apalagi ini," batin sosok manusia yang berdiri di dekat pintu.

"Diam atau keluar!" Bentak Ken pada Zae. Seakan bisa membaca pikiran Zae. Zae memilih diam menyaksikan drama tersebut meskipun dalam hatinya sudah amat muak.

Ken menarik kursi mendekati Lisa, mengambil dagu Lisa agar menghadap ke arahnya. "Harusnya aku yang marah. Kenapa kau meninggalkan ku tadi pagi?" Ken menatap lekat Lisa. "Apa kau mau dihukum, huh?"

Lisa sebenarnya takut, karena wajah Ken berubah menjadi dingin kembali. Berulang kali ia menetralkan nafasnya dan mengumpulkan keberaniannya untuk membalas tatapan Ken. "Mengapa begitu?" Lisa kembali mengerucutkan bibirnya dan membuang wajah untuk menutupi ketakutannya.

Ken mendekatkan wajahnya ke telinga Lisa. Hembusan nafas beraroma mint kembali membuat Lisa lebih tenang. "Masih mau merajuk?" Lisa masih diam. "Ya kalau kau masih diam artinya iya dan bersiap lah mendapatkan hukuman dariku." Seringai nakal muncul dari bibir manis Ken.

Ken semakin mendekatkan dirinya ke bibir Lisa.  Tanpa aba-aba Ken langsung menikmati bibir Lisa. Melumatnya secara perlahan membuat kedua bola mata Lisa membulat sempurna.

Zae sudah tidak tahan dengan adegan panas ini, ia segera keluar dari ruangan privat tersebut dengan wajah memerah dan rambut yang sudah acak-acakan karena ulahnya sendiri.

Kedua pengawal yang berjaga di depan pintu melihat Tuannya yang berantakan menjadi sedikit cemas. "Ada masalah Tuan?" Tanya salah satu pengawal tersebut.

Zae bergidik ngeri. "Mataku sudah tidak suci lagi, berjaga lah di sini. Aku akan ke mobil." Ucap Zae lirih. Ia segera berlalu.

Teman-teman Lisa yang melihat Zae keluar dengan keadaan berantakan menangkap asumsi sendiri tentang keadaan Lisa sekarang. Ada yang senang, karena musuhnya disiksa oleh Ken. Ada yang kasihan dengan Lisa karena mendapat kemarahan dari Ken dan ada pula yang ketakutan mereka pikir sekarang Lisa tinggal nama.

Kembali pada Ken dan Lisa. Ken semakin memperdalam ciumannya, bahkan tengkuk leher Lisa di pegang erat agar Ken leluasa menjajah bibir manis Lisa. Bibir yang manis sejak pertama kalinya dan akan selalu manis selamanya.

Lisa mendorong dada Ken memberi tanda bahwa ia kehabisan nafas. Itu bukan kali pertamanya Lisa berciuman dengan Ken, namun ia tetap belum pandai mengatur nafasnya. Ken segera melepaskan ciuman tersebut. "Kau menyebalkan," kesal Lisa dan membuang wajahnya.

Ken meraih wajah Lisa dengan kedua tangannya, mendekatkan wajahnya dengan wajah Lisa. Sekarang kedua dahi dan hidung mereka saling menempel. "Katakan sekali lagi, aku ingin mendengar." Hembusan nafas beraroma mint membuat wajah Lisa bersemu. Kedua manik yang tadinya saling bertemu kini berpindah, Lisa menundukkan pandangannya. Jantungnya berdetak kencang tak beraturan, seakan nafasnya hampir habis karena berdekatan dengan Ken.

"Ayo katakan," Ken mengulangi permintaanya. Nyali Lisa menciut, dia hanya bisa diam. Aroma mint yang keluar dari mulut Ken seakan membius Lisa, Lisa membenamkan wajahnya di dada bidang Ken.

Detak jantung mereka yang tak beraturan saling beradu. Lisa bisa dengan jelas mendengarkan detak jantung Ken yang tak kalah kencang dengan miliknya. Hanya saja Ken masih bisa mengontrol dirinya.

"Kenapa jantungku berdetak kencang sekali. Apa ini? Apa karena aku mulai cinta? Aku menyukainya? Kenapa bisa? Ah. Astaga apa yang ku pikirkan." Lisa dalam hatinya.

"Jangan pernah membantah karena aku akan menghukum mu," bisik Ken yang membuat Lisa bergidik ngeri. Dengan buru-buru Lisa melepaskan pelukan dari Ken.

"Apa kau tahu apa tujuanku kemari?" Senyum seringai kembali terukir di bibir manis Lisa. "Aku hanya ingin menghukum mu sayang, jadi jangan takut." Membelai lembut rambut Lisa.

Lisa mengerutkan dahinya. "Apa dia gila? Mana ada orang yang tidak takut kalau sedang menjalani hukuman."

Ia buru-buru bangun dari duduknya, ia melangkah mundur menjauhkan diri dari Ken, tapi dengan cepat Ken meraih tangannya. "Maafkan aku suamiku." Lirih Lisa sambil menundukkan kepalanya. "Aku janji tak akan mengulanginya lagi, aku tidak akan meninggalkanmu lagi." Lanjutnya.

"Janji tak akan mengulanginya lagi?" Ken mengulang pernyataan Lisa dan Lisa pun mengangguk, berharap mendapat ampun dari sang Tuan suami. "Tapi sudah terlambat sayang," Ken tergelak membuat Lisa semakin bergidik ngeri.

Ia mengangkat tubuh Lisa dan mendudukkannya di meja. "Apa kau siap mendapat hukuman dariku sayang?" Seringai nakal kembali terukir pada bibir Ken.

"Apa maksudmu Ken, kau mau menghukum ku dengan apa?"

"Memang kau maunya hukuman yang bagaimana?" Goda Ken. "Mau yang ringan dan enak atau yang berat dan enak?"

Dengan susah payah Lisa menelan salivanya. "Berhenti lah Ken, aku masih ingin hidup." Lisa merengek. Ia pikir Ken akan menghabisinya, sebab pakaian yang digunakan Ken adalah koleksi pakaian mahal miliknya dan ia salah satu pakaian favoritnya.

Ken tersenyum. "Kau tidak akan mati hanya karena hukumanku sayang." Goda Ken. "Aku hanya ingin kau membayarnya."

"Baik!" Jawab Lisa dengan mantap. "Berapa aku harus menggantinya?"

Ken kembali tergelak. Lisa benar-benar polos tidak paham dengan wajah-wajah mesum Ken. "Aku tidak ingin uang, aku hanya ingin kau membayarnya dengan....."

"Apa?"

"Ini," mata Ken menatap ke daerah inti milik Lisa namun Lisa masih tidak sadar. Ken membenamkan wajahnya ke daerah inti milik Lisa.

"Aaaaaa." Lisa terpekik karena ulah Ken. Ia mendorong wajah Ken, namun wajahnya malah justru bergerak ke kanan-kiri bermain-main di daerah terlarang tersebut. "Hentikan Ken, ini sangat geli. Aku bisa ngompol." Lisa merengek mengeser-geser kepala Ken namun belum berhasil.

"Aku ingin kau membayarnya dengan ini." Ken menatap Lisa yang langsung bersemu karena permintaannya. "Mari kita lakukan sekarang."

Lisa mendorong tubuh Ken dengan sekuat tenaga dan berhasil turun dari meja. "Apa kau gila?" Menaikkan intonasinya. "Ini di tempat umum, apa kau tidak malu huh?"

"Tidak. Kau kan sudah berjanji akan melayaniku." Jawab Ken dengan santai.

Lisa kembali terpekik. "Tapi tidak sekarang dan tidak di sini," kesal Lisa.

"Baik lah kita ke hotel," ajak Ken segera mengandeng tangan Lisa.

Buru-buru Lisa melepaskannya. "Kau benar-benar gila Ken."

Bersambung.

Cinta Berawal Dari TerpaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang