Bab 39

54 6 0
                                    

Semua rencananya sudah dipersiapkan dengan matang. Alurnya pun sudah dipastikan berjalan sesuai dengan rencana. Bahagia sangat Zae melangkahkan kakinya di ruang CEO milik Ken membawa sebuah berkas penting yang sudah dinanti-nantikan oleh Ken.

Sudah menjadi kebiasaannya, Zae membuka pintu ruangan Ken tanpa mengetuk pintu. Sahabat ya tetaplah sahabat, embel-embel seorang atasan pun selalu terlupakan untuk Ken.

"Ceklek."

"Bugh."

Sebuah pena yang sejak tadi dimainkan oleh Ken melayang hampir mengenai wajah Zae. Tapi dengan sigap menangkapnya. Kalau saja bukan Ken yang dilempari pena berlapiskan emas tersebut, sudahlah pasti akan menancap di bola mata. Bagaimana pun juga Zae tidak hanya setahun dua tahun bersama Ken. Sudah sejak kecil mereka bersama, tak heran kalau tingkat kepekaan dan kemampuan bela diri Zae makin bertambah.

"Tidak bisakah kau masuk ke ruanganku dengan mengetuk pintu ?" Celetuk Ken. Tanpa menatap ke arah pintu pun, Ken tahu betul siapa yang masuk. Siapa lagi kalau bukan Zae, hanya dia yang tingkat keberaniannya di atas rata-rata setelah mamanya.

Zae mendengus kesal, ia meletakkan pena berlapiskan emas tersebut di atas daun telingannya dan segera duduk di hadapan Ken. "Jangan bertanya hal yang tidak penting," meletakkan map yang dibawanya di atas meja. "Ada yang lebih penting daripada persoalan mengetuk pintu," mengetuk map tersebut dengan telunjuknya.

Dengan raut wajah yang dingin dan kesal Ken membuka dan membaca berkas dalam map tersebut. Sementara Zae duduk santai, menyilangkan kakinya sambil menyandarkan kepalanya. Ia menatap Ken dnegan seksama. Raut wajah Ken sangat mudah di tebak, terkadang ia datar, kemudian mengerutkan dahinya karena bingung dan terakhir dia tersenyum licik.

"Apa bulan ini aku akan mendapatkan dua kali bonus ?" Sindir Zae melihat raut wajah Ken yang terlihat jelas sangat puas.

Ken memutar bola matanya malas. "Ck. Bahkan aku bisa memberikanmu bonus dua kali lipat dari gajimu sekarang." Jawabnya dengan angkuh."

"Ide yang bagus."

Mereka tergelak bersama. Mereka memang satu paket komplit. Zae selalu memlumpuhkan lawannya dengan cara yang licik dan cerdik. Sementara Ken tak kalah licik dan cerdiknya disamping itu dia juga mampu mengalahkan lawannya dengan kemampuan ototnya. Kemampuan bela dirinya memang tidak bisa diragukan lagi, selain itu dia juga pandai memanah dan menembak.

Tak hanya Zae dan Ken yang tengah berbahagia, Jony juga nampak berbinar. Ia duduk di dalam mobil yang ia kemudiakan, sambil menatap Lisa yang baru saja turun hendak berjalan ke arah restaurant.

"Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu, Lisa." Gumamnya sambil tersenyum.

"Tok.. Tok.. Tok.."

Seseorang berpakaian serba hitam lengkap dengan masker dan kacamata hitam mengetuk mobil Jony. Dia segera turun dari mobil, tak lupa meraih pistol yang ada di sampingnya.

Laki-laki berpakaian serba hitam tersebut melemparkan sebuah amplop cokelat ke hadapan Jony. Jony segera meraihnya, belum sempat Jony mencekal laki-laki tersebut tapi pria berpakaian serba hitam langsung berlari menaiki sepeda motor yang terparkir tak jauh dari mobil Jony.

Jony membiarkan mereka berlalu, merasa ada bahaya dan ancaman ia segera membuka amplop cokelat tersebut. Alangkah terkejutnya dirinya mendapati beberapa foto ibunya. Padahal setahunya ibunya telah tiada. "Ibu," lirihnya.

Ia kembali terduduk lemas di bangku kemudinya. Setelah beberapa saat ia mencerna isi dari foto dan berkas tersebut, memang benar ibunya masih hidup dan berita perihal kematian ibunya hanyalah sebuah berita palsu belaka.

Cinta Berawal Dari TerpaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang