Bab 23

2.2K 55 0
                                    

Lisa sudah duduk berdampingan dengan Ken. Penghulu juga sudah berjabat tangan dengan Ken. Dengan fasih dan lantang Ken mengucapkan ijab qabulnya.

Semua berjalan dengan lancar, meskipun Lisa berulang kali menyeka air matanya. Hening, tak ada satupun yang berani membuka mulutnya.

Para pelayan tidak ada yang mengangkat atau memandang Ken maupun Lisa melebihi lima detik. Hukuman Zae akan menanti jika mereka bersikap kurang ajar terhadap keluarga Wilson.

Sekarang giliran penyematan cincin kedua mempelai. Lisa mencium punggung tangan laki-laki yang sudah menjadi suami sahnya tersebut dan Ken mencium kening Lisa dengan senyuman kebahagiaan.

Bibir Ken mendekat ke telinga kanan Lisa. "Apa kau senang sayang?" tanya Ken.

"Biadab kau rentenir gila," umpat Lisa lirih pada Ken.

Ken terkekeh karena ucapan Lisa barusan. Dia mencubit pipi Lisa lirih, "oh ya?" bisik Ken. "Tapi aku malah justru gemas kau menyebutku sebagai rentenir."

Ken segera bangun dari duduknya. "Beri pak penghulu tua ini bonus," matanya mengarah ke Zae dan Zae hanya menjawab dengan "hem". "Dan kalian!" tunjuk Ken pada para pelayan. "Antar istriku ke kamar," perintah Ken pada para pelayannya.

"Baik Tuan," serentak para pelayan tersebut menjawab.

Ken berjalan setengah berlari karena saking bahagianya. Menaiki anak tangga sambil bibirnya terus bersiul. "Lisa, Lisa." Gumamnya lirih masih sambil tersenyum bahagia.

Segera ia menuju kamar mandi untuk mandi sambil menunggu kesayangannya masuk ke kamarnya. Apa yang ingin Ken lakukan? ya tentu saja menjalankan kewajibannya sebagai suami.

Ken, Ken. Bukankah kamu tadi pagi sudah mandi. Lihatlah sekarang masih siang kenapa mandi lagi. Apa karena ingin ......

Kedua pelayan yang membantu Lisa tadi kembali mengantarkan Lisa ke kamar Ken. Mereka adalah Maya dan Siska. Siska bertubuh lumayan berisi yang tingginya sebahu Lisa sementara Maya bertubuh gemuk namun tingginya hampir sama dengan Lisa.

"Nona, kami mengantarkan Nona sampai sini ya!" seru Maya setelah tiba di depan Ken. Ketika siska memegang handle pintu tersebut dan hendak membukanya, Lisa tiba-tiba saja menepisnya. "Nona ada apa ?" tanya Siska bingung.

"Apa kalian bisa menemaniku bertemu dengan Tuan Kendra?" tanya Lisa lirih.

Maya dan Siska saling bersitatap, tangan mereka tiba-tiba bergetar. "M.. Ma.. Maaf N.. Non tap..." ucapan Siska yang belum selesai langsung dipotong oleh Maya.

"Maaf Nona, kami tidak berani masuk kalau Tuan Ken tidak menyuruh kami masuk." Potong Maya.

Deg...

Jantung Lisa terasa teguncang hebat. "Lalu bagaimana dengan diriku?" tanya Lisa dengan wajah melasnya.

Siska menundukkan kepalanya. "Maaf Non kalau saya lancang," menarik nafasnya dan mengeluarkannya kembali. "Kalau Nona tidak ingin terjadi hal yang tidak-tidak, Nona harus mengiyakan setiap apa yang diperintahkan dan inginkan oleh Tuan Ken."

"Dan satu lagi Non," Maya sambil mengangkat telunjuknya. Lisa menatap Maya, namun segera Maya menundukkan kepalanya. "Tuan Muda tidak suka dibantah, apapun itu tidak ada pengecualian."

"Apa benar kalian tidak ingin membantuku?" tanya Lisa sekali lagi.

"Maaf Nona," Lirih Siska dan Maya. "Silahkan Non," kembali Siska membukakan pintu untuk Lisa. Dengan berat hati Lisa masuk ke kamar Ken, sementara mereka berdua pergi setelah Lisa benar-benar masuk ke kamar tersebut.

Lisa tertegun melihat kamar di lantai tiga tersebut. Luas dan sangat nyaman. Matanya berkeliling ke sudut ruangan, sampai lupa akan kesedihannya tadi.

"Kau menyukainya sayang?" tanya seseorang yang mengagetkan Lisa. Lisa segera menoleh ke sumber suara.

Siapa lagi kalau bukan Ken, muncul dari sebuah pintu ruangan yang tak lain tak bukan adalah walk in closet. Lisa pikir tadinya itu adalah lemari, tapi Lisa salah besar. Kamar ini luas tak hanya ada kamar tidur dan kamar ganti saja tapi juga lengkap dengan walk in closet.

"T.. Tuan.." balas Lisa lirih sambil menundukkan kepalanya. Sebab Ken hanya mengenakan handuk yang melilit dipinggangnya tanpa busana lainnya.

Ken tersenyum senang melihat kehadiran Lisa, segera ia mendekati Lisa. "Apa kau suka dengan kamar ini sayang?" lirih Ken . lagi - lagi aroma mint dari mulut Ken kembali membuat ketenangan dalam diberi Lisa.

Ken meraih dagu istrinya, sehingga mereka sekarang saling bersitatap. "Ini akan menjadi kamarmu juga Lisa." Tangan itu beralih membelai lembut wajah Lisa. "Apa kau menyukainya?" tanya Ken lagi.

Lisa hanya bisa terdiam, menahan tubuhnya yang bergetar ketakutan. Itu semua justru membuat Ken makin gemas, dia semakin mendekatkan dirinya ke wajah Lisa. Sementara Lisa tidak tinggal diam, dia melangkah mundur menghindari Kendra.

"Lindungi kesucianku dari laki-laki kotor ini Tuhan," dalam hatinya Lisa terus berdoa.

Ken terus mengejar langkah Lisa, maju, maju dan akhirnya Lisa terjatuh di ranjang. "Wah kamu sudah tidak sabar ya sayang?" tanya Ken menggoda. "Tenang saja aku akan melayanimu hari ini," sambung Ken lagi.

Ken segera menindih tubuh Lisa dan sekarang Lisa tidak bisa bergerak karena sudah dalam kungkungan Ken. Ken memang sengaja belum melepaskan lilitan handuknya karena masih ingin bermain-main dengan bibir Lisa.

Tangan Lisa diletakkan di atas dadanya untuk menghindari serangan dari Ken. "Jangan sentuh aku," pinta Lisa. "Aku tidak sudi melayanimu," sambungnya lagi.

Ken terkekeh, dia tetap melanjutkan apa yang sudah menjadi hasratnya. "Karena kamu belum merasakannya sayang. Pertama mungkin akan sakit tapi lama - lama kau pasti menikmatinya."

Lisa memukul-mukul dada Ken dan wajahnya berpaling. Tapi sayang pukulan Lisa tidak seberapa untuk Ken dan tak membuat Ken menyerah untuk menyerangnya.

"Aku tidak sudi melayanimu, kau menjijikan." Ucap Lisa lagi.

Tanpa berpikir panjang Ken segera membungkam bibir Lisa dengan bibirnya itu. Hendak memainkan lidahnya namun Lisa membungkam erat bibirnya.

"Brukkk...."

"Aw..." Keluh Ken karena punggungnya terbentur nakas. Lisa memang mendorong kuat tubuh Ken yang sudah terkecoh nafsunya tersebut sehingga dia tidak mempunyai kekuatan untuk menahan dorongan kuat dari Lisa.

Lisa sedikit terkejut melihat Ken yang memegang punggungnya kesakitan. "M.. Ma..af aku tidak sengaja." Lisa langsung membantu Ken untuk bangun tapi Ken menepis tangannya. "Aku tidak ada maksud untuk..."

Ucapan Lisa terhenti karena Ken langsung mencengkram kedua pipinya dengan satu tangan. "Kau pikir kau itu siapa?" Wajah Ken sudah merah. "Berani sekali menolak diriku, dasar perempuan tidak tahu diuntung." Wajah Lisa dilempar begitu saja dan di dorong ke atas ranjang.

Kemarahan sudah menyala-nyala. Ken mengambil pakaiannya di ruang ganti dan memakainya. Sikapnya yang manis kepada Lisa tiba-tiba berubah seketika menjadi pria arrogant.

"Drrrr..."

Pintu kamar ia banting sekeras mungkin. Ken pergi meninggalkan Lisa yang menangis di atas ranjang. Ada sedikit penyesalan dalam diri Lisa karena telah membuat Ken marah. Namun di sisi lain dia juga lega karena bisa menyelamatkan kesuciannya tersebut.

Bersambung....

Cinta Berawal Dari TerpaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang