Bab 16

2.7K 68 0
                                    

Lisa yang tadinya menunduk sedikit menatap Wily dengan kedua sudut bibirnya yang ditarik lebar. "Benarkah Tuan?" tanya Lisa.

Wily mengangguk dan tersenyum." Tentu. Dan ingat jangan sampai telat," ucap Wily lagi.

"Tentu Tuan, saya tidak akan pernah mengecewakan Tuan." Lisa meraih tangan kanan Wily dan menundukkan kepalanya. Punggung tangan Wily ia letakkan ke dahinya, "terimakasih Tuan Muda, sungguh Tuan sangat baik."

Wily mengelus rambut Lisa dengan pelan-pelan tanpa sepengetahuan Lisa. "Sudah lepaskan, sekarang pulanglah dan lekas beristirahat. Aku tidak ingin kau besok datang kemari dengan keadaan yang kurang sehat karena sungguh aku tidak menyukainya."

Lisa segera berpamitan kepada Wily meninggalkan tempat tersebut. Senyumnya terus ia tunjukkan kepada Wily, sementara Wily yang dari tadi hanya menunjukkan senyum tipisnya yang cool.

"Sampai sekarangpun kamu belum mengenalku Lis," batin Wily sambil mengelengkan kepalanya.

Flashback On

Wily adalah manager di restaurant X, pemilik restaurant X tersebut yang tak lain tak bukan adalah orang tuannya sendiri. Dia di beri tanggung jawab sepenuhnya untuk mengelola dan mengembangkan restaurant tersebut.

Wily sedang bercakap dengan salah satu karyawannya yang di out dor area. Berbincang – bincang mengenai tata letak baru bangku – bangku di area tersebut.

Tanpa ia sadari ia melihat perempuan seperti sedang beradu mulut dengan salah security-nya. Matanya kemudian lebih fokus ke arah pemandangan tersebut.

Semakin ia lihat semakin ia mengenali sosok perempuan tersebut. Dengan dandanan yang sederhana, kaos oblong, celana panjang dan sandal jepit. Rambut di ikat ke atas namun tak rapih. Tapi sungguh Wily sangat menyukai pemandangan itu.

"Lisa," lirih Wily sambil tersenyum tipis.

Tanpa berpikir panjang Wily langsung meninggalkan karyawannya dan mendekati sosok perempuan yang tak lain tak bukan adalah Lisa.

Wily memang mengenal Lisa, tapi Lisa tidak mengenalnya. Dia adalah kakak kelas Lisa yang dulu mengospek.

Dari dulu Wily sudah tertarik pada Lisa, namun Wily tidak berani mendekatinya. Ego dan gengsi lah yang membuatnya tidak berani mendekati Lisa.

Ternyata rasa itu tidak pernah main – main, karena sampai sekarang Wily masih sempat memikirkan Lisa. Hanya saja Wily belum bisa menemukan keberadaan Lisa. Sempat beberapa kali mencari ke kampus namun tidak ada, tidak satu pun orang yang mengetahui Lisa jika ia membolos kuliah. Sebab Lisa tidak memiliki teman baik karena dia hanya seorang gadis miskin.

Hati Wily sangat bahagia berbunga-bunga bertemu dengan Lisa kembali. Untuk itu dia kali ini tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mendekati Lisa.

Flashback Off

Lisa segera beranjak dari restaurant tersebut, dia sangat senang dan beruntung karena bisa mendapatkan pekerjaan pengganti.

Dengan langkah gontai Lisa tidak mengurunkan niatnya pulang ke rumah. Meskipun sama sekali dia tidak memiliki sepeserpun uang untuk diberikan kepadanya tapi dia sudah mempunyai jaminan mendapatkan pekerjaan.

Sesampainya di rumah suasana nampak hening. Tak ada tanda – tanda penghuni rumah tersebut ada di dalam rumah. Lisa menlanjutkan langkahnya masuk ke rumah dengan keadaan yang sangat lega.

Tapi langkahnya terhenti di pintu belakang, tepatnya di halaman belakang rumah.Hei Lis, jangan mengintip tidak baik. Memangnya kamu lupa kalau sampai ketahuan mereka kamu akan di marahi seperti apa.

Lisa kemudian mengurungkan niatnya untuk melihat Elga dan Rosa yang sedang bersendau gurau bersama. Ya sedikit ada iri dalam dirinya karena ia tidak pernah sekalipun mendapatkan perhatian dan berbicara dengan mereka.

"Prangggg..."

Tubuhnya menyenggol vas bunga imitasi samping pintu tersebut. Sontak membuat Elga dan Rosa mendekati ke arah sumber suara.

Wajah Elga sudah memerah kesal karena vas bunga tersebut pecah berkeping – keeping. Sementara Lisa hanya bisa mengigit bibir bagian bawahnya menahan rasa takut.

"Kurang ajar, lama – lama semua barang di rumah ini habis karenanya," ucap Elga lirih hanya terdengar oleh Rosa saja.

"M.. ma.. maaf kak," ucap Lisa lirih dan gugup.

"Ap..." ucapan Elga belum selesai namun sudah terpotong oleh Rosa. Rosa sengaja menahan tangan Elga yang hendak mendekati Lisa.

Rosa sebenarnya juga kesal. Wajahnya juga sudah memerah padam namun dia tetap berusaha tenang. "Jangan El," cegah Rosa.

"Apaan sih bu," ELga berusaha menyangkalnya namun Rosa mengandeng Elga masuk ke dalam rumah.

Lisa tertegun karena melihat Elga dan Risa yang hanya mendiamkan dirinya yang jelas – jelas berbuat salah. Bahkan mereka langsung pergi melewati dirinya tanpa melirik sedikit pun.

"Apa, kenapa mereka. Kenapa tidak memaki diriku, apa mereka sengaja akan memberikan hukuman yang berat. Tuhan tolong lindungi Lisa," batin Lisa sambil mengigit telunjuknya menahan rasa takut.

Dugaan Lisa salah besar, Rosa malah justru menyeret Elga masuk ke kamarnya. Dengan sengaja Rosa mendorong Elga yang sudah marah besar itu ke ranjang.

"Bruk..."

Elga terduduk di ranjang dengan perasaan yang sudah kesalnya bertubi – tubi. "Ibu, kenapa sih." Keluh kesal Elga. "Kenapa ibu melarang Elga memaki perempuan pembawa sial itu !!"

Rosa memutar mata malasnya. "Kamu itu bodoh ya," jari telunjuk Rosa menusuk – nusuk pelipis Elga. "Jangan maki – maki dia, baik – baiklah sama dia supaya kita mendapatkan separuh harta miliknya."

Elga mengerutkan dahinya, sedikit tidak paham namun lama – lama dia mengerti apa yang dimaksud oleh ibunya.

Kedua persetan itu memanglah licik, menghalalkan segala cara agar bisa mendapatkan harta. Ya benar, mereka memang gila harta dan serakah. Ingin mengambil yang bukan haknya.

Wajah Elga sudah sedikit tenang. "Tapi Elga mau setelah kita mendapatkan semuanya, ibu harus usir dia dari sini." Ucap Elga dengan mantapnya.

Rosa menaikkan salah satu sudut bibirnya. "Kamu tenang saja, itu hanyalah suatu hal yang sepele. Yang terpenting kamu sekarang harus mengikuti semua rencana ibu dan ingat jangan membuat Lisa kesal untuk beberapa hari ini."

Elga mengangguk paham dan mereka melanjutkan sendau gurau mereka yang terhenti tadi, ya meskipun sebenarnya sudah tidak seasyik tadi setidaknya melupakan sejenak rencana konyol dan menyebalkan tersebut.

Kamu kenapa masih di situ Lis ? Mereka tidak akan keluar memakimu lebih baik kamu sekarang masuk ke kamar. Bukankah seharusnya kamu besok bekerja dan bertemu dengan manger Wily yang tampan ?

Lisa yang berdiri di dekat pintu masih memandang pintu kamar Rosa akhirnya menyerah. Dia segera beranjak ke kamarnya untuk beristirahat.

Jalan – jalannya yang hampir separuh hari tadi untuk mencari lowongan pekerjaan cukup menguras tenaga dan pikiran. 

Bersambung...

Cinta Berawal Dari TerpaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang