Bab 55

118 6 0
                                    

Lisa mengendap-endap masuk ke kamarnya. Ia mengganti pakaiannya dengan dress rumahan. Warna hitam selutut dengan lengan panjang dan rambut yang diurai.

Ia menatap suaminya yang masih terlelap memunggungi pintu kamar. Ia akhirnya bernafas lega, akhirnya Ken belum bangun. Dia akan selamat karena tidak akan mendapatkan hukuman dari Ken nantinya.

Karena hari sudah siang dan tubuhnya juga sudah merasa lumayan lelah, akhirnya Lisa membaringkan tubuhnya di samping Ken. Ia membenamkan wajah cantiknya di dada bidang milik Ken.

"Tempat ternyaman,"  batin Lisa tersenyum tipis. Ia memejamkan kedua bola matanya dan tak lama kemudian terdengar dengkuran halus.

Sebegitu lelahnya hingga ia mudah tertidur. Ken yang berpura-pura tidur membuka matanya, menghujani kecupan di pucuk kepala istrinya yang kini menjadi tempat bersandarnya yang mendamaikan.

Tadinya Ken ingin marah dan menghukum Lisa karena diam-diam pergi dari mansion dan pergi ke restaurant. Ia pikir Lisa tidak akan menurut dengannya karena ia melarang bekerja. Namun ia salah besar.

Setelah melihat tayangan melalui kamera pengintainya, Ken tersenyum. Rupanya Lisa pergi ke restaurant untuk mengakhiri pekerjaanya secara baik-baik. Ada rasa kesal pada Wily yang berani mengungkapkan perasaannya pada Lisa, namun rasa kesal tersebut perlahan menghilang karena sudah jelas Lisa menolaknya.

Ken mendekap istrinya dan mengusap punggung istrinya agar tidur Lisa semakin lelap. Kedua sudut bibir Ken menyungging mengingat kejadian semalam dan kejadian tadi di restaurant yang dengan jelas Lisa menolak perasaan Wily dan bahkan sama sekali tak meresponnya. Dari raut wajahnya pun terlihat jelas jika Lisa tak memiliki rasa sedikit pun.

Yang jelas, Ken sekarang hanya akan fokus dengan hubungan rumah tangganya. Berharap agar benih yang ia tanam akan hidup di dalam rahim istrinya. Kalau pun belum, Ken sekarang akan lebih sering melakukannya mengingat semalam Lisa memberi akses untuk Ken.

Semakin lama menatap wajah cantik istrinya ia baru tersadar akan apa yang di lakukan Elga pada istrinya di wajah Lisa tadi. Kedua tangan Ken mengepal erat, ia bangun dari ranjang dan segera pergi ke ruang kerjanya. Membuat perhitungan kepada Elga adalah keputusan yang tepat, ia harus segera bertindak untuk membalas perlakuan buruk Elga pada Lisa.

Di ruang kerja Ken, ia duduk di bangku kebesaraannya. Mengambil gawai dan menempelkannya ke daun telinga. Namun ia meletakkannya kembali, mengurungkan niatnya untuk menghubungi para anak buah.

Mengingat Lisa tadi saja tak melawan Elga, karena Elga adalah kakaknya. Lisa akan menangis jika melihat Ken membalas dendam pada Elga. Ken memutar balikkan pikirannya, ia  harus memikirkan bagaimana caranya membalas perbuatan Lisa tanpa sepengetahuan Lisa dan tanpa Lisa ketahui semua itu adalah ulah Ken.

Masalah Elga bisa ia pikirkan sambil berjalan. Ken memilih membuka iPadnya mengecek email yang masuk dari perusahaan. Pekerjaannya sudah menumpuk karena dari pagi hanya mengurusi Lisa.

Hari cepat berlalu. Sorenya Lisa mengeliat dari tidur siangnya yang sangat lelap, sudah beberapa kali Ken keluar masuk ruang kerja-kamarnya namun Lisa tak kunjung bangun. Tadinya Ken ingin mengajak Lisa makan siang, namun wajahnya yang tenang dan damai Ken jadi tidak tega kalau harus membangunkan Lisa .

Lisa mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Ken. Namun ranjang sebelahnya tak ada siapapun, hanya ada sebuah kotak hadiah berwarna pink dengan hiasan pita. Lisa mengucek matanya dan segera mengambil kotak tersebut.

Tidak perlu bertanya itu milik siapa, yang jelas jika ada di kamar tersebut berarti itu adalah milik Lisa dan Ken. Kalau pun itu milik Ken berarti itu milik Lisa juga bukan?

Lisa membukanya. Sebuah dress cantik berwarna putih membuat Lisa takjub. Terdapat sebuah memo di dalamnya. "Istriku akan cantik jika mengenakan pakaian ini."

Kedua sudut bibir Lisa menyungging. Tanpa berpikir panjang Lisa segera turun dari ranjang untuk membersihkan diri dan mengenakan dress yang sudah di siapkan khusus oleh Ken.

Ia nampak bersemangat meski tidak tahu maksud dari Ken memberi dress tersebut. Yang jelas itu adalah pertanda bahwa Ken tidak marah lagi dengannya dan mungkin Ken tidak tahu kepergiannya tadi pagi. Itu lah yang ada di pikirannya sekarang.

Lisa mempersiapkan dirinya dengan baik. Menggunakan dress yang diberikan oleh Ken dan memoleskan make up di wajahnya. Tak lupa menggunakan kacamata sebagai pemanis, tidak tahu hanya ingin saja. Mungkin karena kacamata itu ada di depan meja riasnya.

"Hm!"

Sebuah deheman Lisa menoleh ke belakang. Lisa sampai tidak sadar bahwa Ken sudah berada di belakangnya sejak tadi, menggunakan tuxedo lengkap dan tubuhnya sudah wangi bak di siram parfum.

"Selamat sore Nona?" Ken sedikit merendahkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya untuk Lisa.

Lisa nampak merona menutup mulutnya dengan telapak tangan. Namun hanya sesaat, ia membalas uluran tangan yang diberikan oleh Ken.

Ken meraih pinggang istrinya dengan tangan kirinya. Kini mereka saling berdekatan, mata juga saling bertemu. Keduanya saling balas membalas senyuman. Mata Lisa  memancarkan cinta, begitupun dengan Ken.

Adegan saling tatap itu hanya berlangsung beberapa saat karena magnet bibir di antara keduanya saling mendekatkan. Hingga kedua bibir insan itu saling bertautan. Memperdalam permainan mereka hingga beberapa saat.

Lisa sudah pandai membalas dan mengatur nafas saat melakukannya dengan Ken. Membuat Ken makin bersemangat dan menjadi. Lebih agresif dari biasanya.

Huft. Sudah lah kenapa malah memainkan permainan ini, bukan kah kalian sudah berpakaian rapih. Tidak kah kau ingat Ken, apa rencanamu malam ini. Mengajak Lisa jalan-jalan dan makan malam bukan. Tidak lucu jika rencana tersebut gagal karena hanya akan berakhir di atas ranjang.

Karena sindiran dan bisikan dari author, akhirnya Ken melepaskan tautannya. Ia mengakhirinya dengan mengecup pucuk kepala Lisa. Mengembangkan senyumnya dan membisikan lirih kata cinta. "Aku mencintaimu sangat." Bisik Ken.

Lisa menghambur peluk pada Ken dan membalas bisikan cinta tersebut. "Aku juga mencintaimu sangat."

"Kau sangat cantik sayang," puji Ken.

Lisa merona mendengar pujian tersebut. "Sungguh?" Tanyanya antusias. "Kau juga sangat tampan, aku sampai iri jika ketampananmu di lihat oleh orang lain." Ah, Lisa kenapa kau pandai merayu.

Ken mencubit gemas hidung bangir Lisa. "Sejak kapan istriku yang cantik ini pandai merayu."

"Aku hanya belajar darimu, bukan kah kau selalu melarangku memakai pakaian yang ini itu." Gerutu Lisa sambil mengusap bekas cubitan yang dibuat oleh Ken.

Ken terkekeh. "Kau memang sangat cantik Lisa, bahkan menggunakan pakaian tertutup seperti ini saja kau terlihat cantik. Aku jadi merasa tidak rela kau di lihat oleh laki-laki lain. Sepertinya aku malam ini tidak jadi mengajakmu pergi."

Bersambung.

Cinta Berawal Dari TerpaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang