Bab 15

2.8K 83 0
                                    

Lisa duduk termenung di sebuah halte. Meratapi nasibnya karena baru saja kehilangan pekerjaan yang selama ini sangat membantu hidupnya.

Dalam pikirannya sudah tidak karuan. Dia tidak berani pulang dengan tangan hampa apalagi langit masih cerah seperti ini. Yang ada dia bisa ditendang oleh ibu tirinya.

"Kenapa nasih tidak berpihak baik padaku. Apa Tuhan tidak sayang denganku. Oh Ayah dan Ibu tolong bawa Lisa saja. Lisa sudah tidak sanggup lagi hidup sendiri. Lisa mau ikut kalian." Batin Lisa.

Meskipun tatapan Lisa kosong, embun Kristal tetap keluar dari kedua matanya. Sungguh malang sekali nasibnya harus mengalami hal seperti ini.

Dia menyandarkan kepalanya ke belakang dan lama – lama mata makin menciut. Sekarang Lisa tertidur pulas, memejamkan matanya.

Sementara pengawal Jony masih setia di sekitar Lisa. Dia sudah menjalankan pekerjaannya dengan baik dan sekarang tugasnya adalah menjaga Lisa. Bagaimana mungkin Jony dan Ken akan membiarkan perempuan tertidur sendirian di tempat umum tanpa penjagaan.

Pengawal Jony sengaja melarang orang – orang agar tidak mendekati halte tersebut dengan mengatasnamakan Kendra. Dia tidak ingin satu pun yang menyentuh Lisa atau bahkan membangunkan dalam lelapnya.

Dering ponsel bergetar dalam saku Jony, dengan segera ia mengambilnya dan membaca sebuah isi pesan singkat yang dikirimkan oleh anak buahnya.

Ya, Jony sengaja menyuruh semua anak buahnya untuk berjaga di sekitar rumah Lisa. Mencari informasi pokok permasalah apa yang sedang dihadapi oleh keluarga Lisa. Dengan begitu mereka bisa menyusun rencana, bagaimana membawa Lisa ke hadapan Ken secara baik-baik.

Tidaklah mungkin seorang Lisa, mau ikut begitu saja dengan Ken dengan iming-iming menjadikan sebagai Nyonya Kendra.

"Nona Elga menginginkan mobil dan Nyonya Rosa menyuruh Elga untuk membuat surat warisan palsu agar bisa menguasai sertifikat rumah dan tanah Nona Lisa yang dititipkan kepada keluarga yang ada di luar kota." Sekilas pesan singkat yang dikirimkan oleh anak buah pengawal Jony.

"Bedebah siallan," Pengawal Jony hanya bisa bergumam mengumpat kesal.

"Malang sekali nasibmu Li," batin Jony sambil meratapi Lisa tertidur di bangku halte.

Ingin rasanya mengunci rapat-rapat semua tapi apalah daya Jony hanyalah seorang pengawal yang sama sekali tidak memiliki kekuasaan setinggi Ken.

Hampir satu jam Lisa tertidur, ia sekarang sudah terbangun dengan keadaan yang sedikit membaik. Seakan semua tenaganya telah pulih, kini dia beranjak dari tempat duduknya. Jony tetap setia mengawal Lisa sesuai dengan permintaan dari Ken.

Beberapa langkah Jony mengikuti Lisa, namun langkahnya terhenti karena ponsel yang berdering. Tak ada panggilan lain selain dari Ken, Zae ataupun anak buahnya disaat jam kerja. Dengan segera Ken mengangkatnya, namun matanya masih terus memandangi Lisa.

"Dimana?" tanya Ken dengan nada ketusnya.

"Saya sedang mengikuti Nona Lisa Tuan," jawab pengawal Jony.

"Tidak perlu, sekarang pulanglah dan beristirahat. Karena besok ada tugas penting yang harus kau kerjakan!" Perintah Ken dengan tegas.

Belum sempat Jony menjawab, namun sambungan telepon sudah terputus. Jony menghentikan langkahnya, hanya bisa menatap punggung Lisa melihat kepergiannya yang hampir hilang dari pandangan.

Rasanya tidak rela? Ya tentu Jony tidak rela meninggalkan Lisa dalam keadaan terpuruk ini sendirian. Tapi ingat Jony, kau hanyalah seorang pesuruh jadi lekas lah pulang dan jangan jadi pembangkang.

Dengan langkah gontai, Jony dengan sangat terpaksa meninggalkan Lisa. Begitulah prinsip dari Ken, tidak ada kata penolakan dalam kamus hidupnya.

Lisa berjalan tanpa arah, pikirannya dia harus mendapatkan pekerjaan untuk menyambung hidupnya dan bisa tetap memberi uang kepada ibu tirinya.

Sebuah restaurant X, letaknya tak jauh dari tempatnya dia berdiri sekarang. Restaurant yang cukup terkenal di kota tersebut. Otaknya terbelengu mendekati penjanga restaurant tersebut.

Meskipun sedikit cemas, ia tetap mendekati sang penjanga. "Permisi," tegur Lisa lirih.

Sang penjaga tidak langsung menjawab teguran dari Lisaa. Ia hanya menatap seluruh tubuh Lisa, dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Prinsip dugaan dari penjaga laki-laki paruh baya kepada Lisa tersebut memang benar. Tidaklah mungkin Lisa datang ke sebuah restaurant untuk makan.

"Di sini tidak ada lowongan pekerjaan, lebih baik sekarang pergi!" ucap laki-laki tersebut.

"Deg..."

"kenapa dia tahu kalau aku akan menanyakan lowongan pekerjaan. Apa sebegitu jeleknya penampilanku dihadapannya," batin Lisa sambil memperhatikan penampilannya sendiri yang mengenakan kaos oblong dengan sandal jepit dan rambut yang dibiarkan diikat ke atas.

Penjaga itu hanya memincingkan bibirnya, "tidak perlu terkejut. Di pandang dari kejauhan saya juga sudah tau maksud anda kemari untuk apa." Ucap sang penjaga dengan ketus.

Lisa tidak langsung tersinggung atau pergi begitu saja. "Apa benar-benar tidak ada lowongan di tempat ini Tuan?" tanya Lisa meyakinkan.

Sang penjaga menggerakkan tangannya, "silahkan pergi atau saya akan berbuat kasar kepada anda."

Dari kejauhan sana, tanpa sepengetahuan mereka berdua ada seorang pria tampan yang memperhatikan mereka. Dia adalah manager restaurant tersebut, tanpa berpikir panjang ia berlari mendekati Lisa.

"Tunggu!" cegah laki-laki tersebut kepada Lisa yang hendak beranjak.

Lisa dan sang penjaga langsung menoleh ke arah sumber suara. "Tuan," tegur sang penjaga sambil menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat.

Lisa juga ikut menundukkan kepalanya kepada laki – laki tersebut karena melihat sang penjaga begitu hormat padanya.

"Maaf Nona, perkenalkan saya Wily." Wily menyodorkan tangannya memberi jabat tangan. "Saya manager restaurant ini," sambung Wily lagi.

Lisa hanya tertegun melihat keramahan dari Wily, sangat jauh berbeda dengan sang penjaga alias security yang bersikap tidak baik kepadanya.

"Nona," tegur Wily kembali. Membangunkan Lisa dari lamunannya.

"Ah..." Lisa membalas jabat tangan dari Wily sambil sedikit menundukkan kepalanya. "Saya Lisa Tuan," Lisa sambil tersenyum.

"Maaf ada yang bisa saya bantu Nona? Apa penjaga kami kurang berkanan kepada Nona sehingga terjadi keributan?" tanya Wily.

Sang penjaga tidak bisa berkutik, dia hanya bisa menundukkan kepalanya. Ya bagaiama bisa berkutik, sekarang dirinya sudah hampir dipecat jika Lisa mengatakan kalau penjaga tersebut tidak sopan padanya.

Tidak ingin semua masalah menjadi panjang sang penjaga menyela. "Maaf Tuan, Nona ini sudah saya peringati bahwa di sini tidak ada lowongan pekerjaan tapi dia tetap memaksa," bela sang penjaga.

"Memangnya kamu sudah bertanya padaku? Belum kan?" pertanyaan dari Wily yang membuat sang penjaga makin terdiam.

"Maaf Tuan," balas sang penjaga dengan suara lirihnya. Bagaimana tidak, sekarang nyalinya sudah menciut.

"Sudah kembali bekerja, saya tidak ingin kejadian ini terulang kembali!" ucap Wily dengan tegas.

Wily kembali kepada Lisa yang hanya terdiam. "Apa kau butuh lowongan?" tanya Wily dan Lisa hanya mengangguk dengan wajah melasnya.

Sama – samar senyum tipis diperlihatkan di bibir Wily, "kalau begitu besok kamu boleh bekerja di sini sebagai pelayan. Saya mau kamu datang jam 7 pagi."

Bersambung....

Cinta Berawal Dari TerpaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang