Bab 51

62 5 0
                                    

Lisa menggeliat dari tidur panjangnya. Merasakan sakit di sekujur tubuh terutama bagian intimnya. Perlahan Lisa membuka kedua bola matanya, mengedarkan pandangannya. Ternyata Tuan suami masih terlelap dengan tangan yang melingkar di pinggang ramping Lisa. Tidak sesuai dengan yang oleh Ken. Rencananya untuk membuat Lisa tidak berangkat bekerja sepertinya akan gagal. Seperti biasanya Lisa bangun jam 6 pagi.

Memandangi dan mengagumi sejenak tubuh suaminya, wajahnya nampak damai dan meneduhkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memandangi dan mengagumi sejenak tubuh suaminya, wajahnya nampak damai dan meneduhkan. "Kau memang tampan, tapi sayang kau sangat menyebalkan Ken." Gumam Lisa.

Lisa dengan cepat menepisnya, terlalu lama memandangi Ken hanya akan membuatnya terbangun dan dia pasti akan terlambat untuk pergi bekerja.

Ia segera turun dari ranjang. Langkah kaki pertamanya membuatnya meringis kesakitan di bagian intimnya. Perih karena semalaman Ken menggempurnya, begitu pun dengan mata yang masih sangat merasakan kantuk.

"Dasar tukang mesum," gerutu Lisa dan segera beranjak ke kamar mandi.

Dia harus bersiap-siap secepat kilat, karena kalau dia harus selesai sebelum Ken bangun. Apa jadinya jika ia belum selesai bersiap Ken sudah terbangun, sudah pasti Ken akan melarangnya pergi. Mungkin Ken akan mengurungnya di rumah, mengingat dia sangat kesal perihal kemarin.

Itu sebenarnya salah kau sendiri Ken, kenapa kau sangat menyebalkan. Hanya karena Lisa pergi duluan kau marah-marah. Padahal Lisa hanya tidak mau mendengar mu yang kekanak-kanakan berdebat dengan Zae karena masalah sepele. Jangan kau tanyakan, siapa pun yang ada dalam posisi Lisa pasti akan malas mendengarkan perdebatan mu yang tak bermutu tersebut.

Setengah jam berlalu, Lisa telah siap dengan pakaian kerjanya. Namun Ken masih tertidur lelap. Wajar saja dia masih mengantuk, semalaman ia lembur. Dan kelelahan karena marah-marah.  Lisa membiarkan suaminya tidur, ia segera turun ke lantai dasar untuk menyantap sarapannya.

"Kemana suamimu ?" Tegur Zae yang berpapasan dengan Lisa di lantai dua.

"Masih tidur," jawab Lisa santai.

Zae mengerutkan dahinya. Hampir dibuat tidak percaya dengan pasangan yang satu ini. Padahal hari sudah siang tapi Ken belum bangun, sementara Lisa bersikap santai dan acuh dan malah justru sudah siap dengan pakaian kerjanya. "Memangnya dia lupa apa dengan tanggung jawabnya," gerutu Zae dalam hatinya.

"Sudah tidak perlu kau pikirkan, mari kita sarapan." Ajak Lisa. Zae pun ikut berjalan di belakang Lisa sambil memikirkan sebenarnya apa yang sedang mereka rencanakan.

Para pelayan sudah membentuk formasi barisan untuk menyambut para Tuan-Tuannya. Tapi ada satu yang membuat mereka merasa bingung, ada sesuatu yang kurang. Tapi apa, mereka juga nampak bingung sendiri.

"Selamat pagi Tuan Zae, Nona Lisa." Tegur para maid.

Zae hanya bersikap acuh sementara Lisa membalas dengan anggukan sambil tersenyum. Paman Li masih mencari-cari sosok Tuan rumahnya namun belum juga terlihat batang hidungnya, sementara istrinya sendiri bersikap tenang dan acuh.

"Apa suamimu tidak akan berangkat kerja?" Zae mulai buka suara ketika Lisa mengoleskan rotinya dengan selai cokelat.

Lisa hanya menaikkan kedua bahunya, benar-benar luar biasa. Kau menguji kesabaran Zae. Kalau saja kau bukan istri Ken, pasti Zae sudah akan mematahkan kedua bahu mu itu. "Kau ini bagaimana, kenapa tidak tahu. Kan kan istrinya." Zae mulai menaikkan intonasi bicaranya.

Lisa masih santai dan mengigit rotinya. "Oke. Aku akan memanggilnya." Zae sudah geram dan bangun dari duduknya.

Lisa dengan cepat meneguk habis segelas susu putihnya dan ikut berdiri. Satu tangannya memegang sebuah roti dengan selai cokelat. "Ya, bangunkan saja dia. Aku akan berangkat duluan, aku sudah sangat terlambat." Lisa berlari meninggalkan meja makan tersebut.

Zae benar-benar dibuat melongo akan tingkah Lisa. Sekarang hanya satu yang ada dalam pikirannya, sebenarnya ada apa. Paman Li membulatkan matanya melihat Lisa berlari seperti anak-anak. "Nona jangan berlari nanti terjatuh," tegur paman Li. Namun Lisa hanya melambaikan tangannya.

Seketika paman Li dibuat senam jantung. Bagaimana kalau Lisa sampai terjatuh dan terluka. Pasti dia sebagai kepala pelayan yang akan dimarahi oleh Ken. Dan mungkin akan menyuruh segera mengganti lantainya, padahal lantai tidak bersalah. Lisa lah yang ceroboh dan tidak hati-hati.

Jessy dan Jane sudah menunggu Lisa di depan. Bukan untuk mengantarkan Lisa pergi, melainkan untuk mencegah Lisa tidak pergi kemana-mana. Mereka nampak bingung kenapa Nona-nya hanya keluar sendiri. Tuan mereka kemana. "Kita berangkat sekarang!" Ajak Lisa.

Mereka berdua membulatkan matanya. Kemarin saja mereka mendapat hukuman karena Lisa menuruti Lisa berangkat duluan, apalagi sekarang pasti mereka akan mendapatkan hukuman yang lebih. Mereka hanya diam dan menundukkan kepalanya. Hendak menjawab namun bimbang.

"Ayo, kenapa kalian masih diam saja." Ajak Lisa lagi.

"Maaf Nona," lirih Jane. "Tapi kami tidak diperkenankan oleh Tuan Ken mengantarkan Nona sebelum mendapat izin dari Tuan Ken."

Lisa berdecak kesal, bualan apalagi yang mereka katakan. Ken memang benar-benar menguji kesabaran Lisa. Padahal Lisa sudah rela bangun pagi dan menyelinap dari suaminya, tapi lihat lah apa yang ia dapatkan. Bak sesusatu yang sia-sia.

Ia berjalan menjauhi kedua pengawalnya tersebut. Berdiri sejenak sambil memikirkan sesuatu yang bisa ia lakukan agar tetap keluar dari mansion. "Its good idea," gumamnya. Senyum smirk menghiasi bibirnya yang manis tersebut.

Sang Dewa penyelamat tiba, oh Zae kau sungguh menyedihkan. Hanya akan menjadi tumbal bagi Lisa. Bersabar lah kebahagiaan akan segera menyertaimu.

"Zae!" Tegur Lisa. Duh Lisa kenapa kau pandai sekali, bisa-bisanya memasang wajah melas kepada Zae. Zae hanya menatap Lisa sekilas tanpa sepatah katapun, tapi ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Mana mungkin ia tega melihat istri sahabatnya bersedih. Akhirnya ia mengalah kepada ega.

"Kenapa?" Tanya Zae ketus.

"Kemari," Lisa melambaikan tangannya agar Zae mendekat.

Dengan langkah yang malas, mau tak mau Zae mendekat pada Lisa. Ia sedikit merendahkan kepalanya karena Lisa dengan posisi hendak berbisik. "Bantu aku keluar dari mansion," bisik Lisa. Kedua pengawal Lisa yang kembar tapi tak sedarah tersebut sudah menatap Lisa dan Zae dengan tatapan yang membunuh. Ternyata peringatan dari mereka tidak membuat Lisa jera untuk melakukan sesutau agar keluar dari mansion.

Zae mengerutkan dahinya. "Apa kau mau kita dapat masalah hanya karena tingkahmu yang konyol itu." Kesal Zae namun lirih, karena kedua pengawal Lisa sudah memasang telinganya yang kejam untuk mendengarkan pembicaraan mereka.

"Please," Lisa memohon. "Aku berjanji akan melakukan apapun jika kau mau membantuku." Bujuk Lisa.

Mendengar hal tersebut Zae nampak terdiam. Menimang-nimang apa

Cinta Berawal Dari TerpaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang