Bab 32

318 16 0
                                    

Semalaman Ken tidur di ruang kerajanya, sambil merenungi apa yang diucapkan oleh Zae. "Tidak ada perempuan yang suka dengan laki-laki yang kasar. Pelakukan dia dengan baik, pasti dia juga akan memperlakukanmu dengan baik."

"Lupakan konrak, fokus buat dia jatuh cinta padamu." Pikirnya.

Pagi-pagi sekali dia sudah bangun, sementara Lisa masih terlelap di sofa dengan televisi yang masih menyala. Ia menyempatkan diri mematikan TV tersebut dan mengusap lembut rambut Lisa. "Maafkan sikapku yang kasar. Aku tahu aku salah, seharusnya bukan seperti itu memperlakukanmu." Lirihnya.

Tak lupa mengecup pucuk kepala istrinya dan segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Karena Lisa belum bangun, dengan sangat terpaksa dia menyiapkan air hangat sendiri untuk berendam. Ini pertama kali baginya, tapi mau bagaimana lagi. Dia sudah terlanjur melarang paman Li menyiapkan segala keperluannya karena sudah memliki istri.

Air hangat cukup membuatnya rileks, di tambah lagi dengan aroma vanilla yang menenangkan. Sama dengan aroma tubuh Lisa, meskipun baru beberapa kali mencium istrinya dia sudah sangat hafal dengan aroma tersebut.

"Engh.." Lisa menggeliat dari tidur lelapnya. Meregangkan otot-otot tangannya dan mengumpulkan seluruh nyawanya.

"Ceklek.."

Seketika itu juga matanya terbuka lebar dan sempurna kesadarannya. Ia segera menatap ke arah sumber suara. Ken keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit dipinggangnya. "Tuan," lirih Lisa.

Jantungnya hampir terlepas dari tempat asalnya. Matanya langsung mencari jam dinding. Tepatnya baru pukul 5.45. "Astaga, kenapa Tuan bangun sepagi ini dan kenapa aku bangun siang sekali. Bisa matilah aku," pikirnya.

"Sudah bangun ?" Ken menunjukkan senyuman termanisnya. "Tidurlah kalau masih mengantuk," imbuhnya lagi dan segera berlalu ke walk in closet.

Lisa tidak ingin masalah menjadi panjang, dia tidak ingin kena marah dari Tuannya karena bangun kesiangan. Ia pun segera berlari menyusul langkah kaki Ken. "Biar saya ambilkan pakaiannya Tuan," ucapnya sambil berlari mendahului langkah kaki Ken.

Dengan siagap Lisa membuka lemari Ken untuk mengambil setelan kemeja, jas dan lengkap dengan dasinya. Dia nampak kebingungan, karena hampir semua koleksi jas Ken berwarna hitam. Ya, Ken sangat menyukai jas hitam. Padahal kebanyakan orang menganggap hitam-hitam symbol duka.

"Tidak perlu." Cegah Ken sambil membuka laci celana dalamnya. "Mandilah! Aku akan menunggumu di sofa." Imbuhnya lagi. Sementara Lisa hanya diam terpaku melihat perubahan Ken yang tiba-tiba manis itu. "Kenapa masih diam ?" Ken membuyarkan lamuan Lisa. "Apa kau mau melihatku telanjangg?" Tanyanya lagi.

Lisa menggeleng, seketika wajahnya meronda. "Tidak Tuan," ujarnya. Ia segera berlalu menundukkan kepalanya menutupi rona merah diwajahnya tersebut.

Ulah Lisa tersebut membuat Ken tersenyum simpul. "Menggemaskan sekali," lirihnya.

Setelah sempurna dengan pakaian formalnya Ken duduk di tepian ranjang. Mengecek ponselnya yang semalam belum tersentuh sama sekali. Puluhan email sudah masuk, ia nampak fokus membacanya satu persatu sambil menunggu Lisa selesai membersihkan diri.

Usai mandi Lisa pelan-pelan membuka pintu kamar mandi. Celingukan mencari keberadaan Ken. Karena ia mengetahui Ken sedang duduk di tepian ranjang. Ia segera berlari mengenakan bathrobenya ke walk in closet.

Ken mengetahui sekilas bayangan Lisa tersebut. "Hei jangan lari-lari, kalau kakimu masih basah licin kau akan terjatuh." Ucapnya lagi. Tapi Lisa sama sekali tidak menghiraukan, membuat Ken makin gemas dan hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Cinta Berawal Dari TerpaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang