Bab 20

2K 61 0
                                    

Setelah usai membujuk Lisa dengan seribu rayuan dan tangisan buayanya. Kini Rosa berhasil membawa Lisa ke hadapan Zae.

Zae sudah duduk di sofa ruang tamu, ditemani oleh dua orang pengawal yang berdiri di belakangnya serta Elga. Meskipun ada Elga, ia enggan untuk berbicara. Baginya Elga hanyalah manusia bodoh yang tidak penting sama sekali.

Sementara itu dua pengawal lainnya berdiri di depan rumah Lisa. Di depan rumah Lisa sudah berjajar tiga mobil. Salah satu mobil tersebut terisi pengawal Jony dan Ken dan sisanya terisi pengawal masing-masing dua orang di setiap mobil.

Ken memang sengaja tidak ikut masuk karena ia memilih untuk memantau kondisi dari luar dengan alat penyadap yang sudah dipersiapkan oleh Zae dan Jony.

"Zae.." Tegur Lisa pada Zae yang duduk santai sambil menyilang kan kakinya.

"Rupanya kalian sudah saling mengenal?" Rosa menyambung tersenyum.

Lisa mengangguk dan mendekati Zae. Ia menarik agak menjauh dari Rosa dan Elga. "Zae, sebenarnya apa yang kau inginkan. Kenapa kau mengajakku pergi?" Kedua manik cokelat itu menatap lekat Zae. "Apa kau tidak mau memberi waktu kami untuk melunasinya, sehingga menjadikan aku sebagai jaminan?"

Sebenarnya melihat dua pasang manik cokelat yang sudah berkaca-kaca tersebut membuat hati Zae iba. Tapi apalah daya, Zae hanya seorang pesuruh Ken. Sekali lagi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia menggelengkan kepalanya, "Maaf Lis." Wajah Zae tak kalah sendunya dengan Lisa. "Aku hanya seorang pesuruh, aku mengajakmu karena aku diperintah oleh Tuanku."

Kedua manik hitam itu jelas terbaca tidak ada kebohongan, membuat Lisa perlahan mengerti. Tapi dia tetap berusaha mencari jalan keluar agar ia tak harus pergi bersamanya. "Apa tidak ada cara lain selain membawaku pergi?" tanya Lisa penuh harap.

Kedua tangan Zae memegang bahu Lisa. "Lebih baik sekarang kau ikut bersamaku, nanti kamu bisa bicarakan semuanya kepada Tuan muda." Zae menenangkan. "Bersiaplah dan tidak perlu membawa apapun."

"Biarkan aku mengambil tasku dulu," ucap Lisa. Dengan langkah gontai, ia mengambil tasnya di dalam kamar. Belum tahu apa yang akan terjadi nantinya, tapi Lisa sudah berjanji akan membantu ayah dan ibu tirinya tersebut.

Sementara itu Ken di dalam mobil terlihat kesal karena Zae. Kedua tangannya sudah mengepal dan sesekali memukul kursi di depannya, tepatnya di kursi yang di duduki oleh Jony. "Bedebah sialan! Beraninya dia memegang Lisa-ku." Umpat Ken.

Jony hanya diam menatap bosnya yang kesal melihat adegan Zae memegang bahu Lisa yang terpampang jelas karena tepat di depan pintu masuk rumah Lisa.

Satu kata saja keluar dari mulut Jony, pasti sang Tuan muda akan tambah kesal dan marah-marah. "Suruh Zae cepat bawa perempuan itu padaku!" perintah Ken.

Jony mengangguk sambil menatap Tuannya di spion kecil mobil tersebut. "Baik Tuan."

Tak butuh waktu yang lama, Lisa dan Zae keluar mengendari salah satu mobil yang tidak ditumpangi oleh Ken. Namun perasaan kesal masih menghantui Ken.

Bersiaplah Jony, disepenjang perjalanan kamu pasti akan menjadi bahan pelampiasan si Tuan Muda hehe.

Zae dan Lisa menaiki salah satu mobil dengan keamanan dua pengawal. Mereka duduk di belakang. Suasana nampak hening. Pandangan Lisa mengarah ke samping sementara Zae tidak berani lagi berbuat macam-macam karena teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Ken. "Sehelai rambut saja kau menyentuh Lisa-ku, akan ku patahkan kedua tanganmu."

Sebuah pesan singkat ancaman yang mengerikan. Membuat bulu kuduk Zae seketika merinding, sebab apa yang dikatakan oleh Ken makan benar-benar akan terjadi. Bagaimana tidak? Ken memiliki kekuasaan, jadi apapun yang sudah menjadi kehendaknya pasti akan dilakukan.

"Aaaaaa... marahi saja aku Ken. Aku tidak tega kalau harus membiarkan Lisa bersedih." Batin Zae.

Karena tidak sampai – sampai, Lisa akhirnya angkat bicara. "Kita mau kemana kenapa tidak sampai – sampai?" tanya Lisa. "Memangnya Tuanmu itu menyuruhku untuk berbuat apa?"

Zae hanya diam, berpaling dari Lisa. Dia tak mau menatap manik cokelat yang pasti akan membuatnya iba. "Zae !" Lisa mengoyahkan bahu kiri Zae karena tidak ada jawaban. "Kenapa kau diam saja, aku sedang bertanya."

Dengan cepat Zae menepisnya. "Kau bisa diam tidak?" ucap Zae dengan kasar. "Tidak usah banyak bicara, kalau ingin semuanya baik-baik saja. Ikuti maunya Tuan muda."

"Deg..."

Lisa meneteskan air matanya dan mengunci bibirnya rapat-rapat. Zae yang ia kenal beberapa kali waktu yang lalu adalah laki-laki yang baik dan lembut. Sekarang berubah menjadi monster.

"Penderitaan apalagi ini Tuhan?" keluh Lisa dalam hatinya.

Sesekali Zae melirik ke arah Lisa yang memalingkan wajahnya ke samping kiri. Melihat buliran air mata membuatnya tidak tega, ingin rasanya ia menolongnya.

"Kalau saja bukan karena ancaman Ken, mana tega aku membentak gadis selugu dia. Huhuhu kenapa aku harus berada diposisi sekarang." Keluh Ken dalam hatinya.

Ancaman Ken memang benar-benar membuat Zae menjaga jarak dari Lisa. Kalau saja di dalam mobil tersebut hanya ada mereka berdua, pasti Zae tidak akan sekasar itu. Sementara alat penyadap masih terpasang da nada dua pengawal yang duduk di kursi depan.

Sabar ya Zae, jalan satu-satunya memang kamu harus menurut dengan Ken.

Bersambung....

Cinta Berawal Dari TerpaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang