Bab 22

2K 59 0
                                    

 Gaun putih panjang sederhana dengan riasan wajah yang tipis dan rambut bebas terurai sungguh membuat Lisa sangat cantik. Meskipun gaun yang ia gunakan tersebut hanya gaun jadul, gaun yang digunakan oleh ibunya sewaktu menikah dengan ayahnya dulu.

Ken benar-benar menyukai Lisa, makanya dia sengaja memberikan gaun tersebut agar dipakai Lisa. Sesuai dengan permintaan dari almarhum ayahnya dulu.

Ken sudah rapih bersama dengan penghulu di ruang tengah. Di sana juga sudah ada pengawal Jony, Zae dan para pelayan serta beberapa pengawal lainnya menyaksikan ijab qabul. Suasana tampak hening karena Ken tidak suka ada keributan atau saling bergosip mengenai dirinya dan keluarga. Karena kalau sampai ketahuan pasti kepala pelayan tidak akan segan-segan memberi hukuman pada para anak buahnya.

Ken sudah duduk di meja yang sudah disiapkan untuk ijab qabul bersama dengan penghulu. Beberapa saksi juga sudah duduk di dekat mereka namun dengan bangku yang berbeda. Hanya hening, hening dan hening saat menunggu kedatangan Lisa ke hadapan Ken.

Beberapa menit kemudian, Lisa menuruni anak tangga di bantu oleh dua orang pelayan. Semua yang dibawah hampir tertegun melihat penampilan Lisa, meskipun hanya mengenakan pakaian dan make up sederhana namun Lisa tetap terlihat anggun dan cantik.

Lisa belum menyadari bahwa di bawah sana sudah ada penghulu dan banyak orang sedang menyaksikannya, sebab ia sibuk memandang heelsnya yang tinggi tersebut.

"Deg..."

Pandangan pertamanya menguncang jantungnya saat ini. Bibirnya seketika mengunci. Apalagi sekarang Ken duduk menatap Lisa sambil tersenyum. Lisa sudah tak sanggup menjalankan langkahnya. Dia terpaku di bawah tangga. Seluruh tubuhnya bergetar, pernikahan sudah di depan mata.

"Apa ini ? Mengapa ada penghulu? laki-laki itu. Apa jangan-jangan aku harus menebus hutang dengan cara pernikahan ini." Pikir Lisa.

"aaaaaa... Tidak..." Teriak Lisa dalam hatinya.

"Silahkan Nona, Tuan sudah menunggu." Ajak pelayan tersebut. Lisa tak menggubrisnya sama sekali, dia benar-benar tidak sanggup melanjutkan langkahnya.

Mematung sudah tidak berguna Lisa. Lebih baik kamu terima nasibmu dinikahkan dengan tuan muda. Wkwkwk.

Kedua pelayan yang membantu Lisa berjalan tidak bisa membawa Lisa ke hadapan Ken. Sebab Lisa sengaja menahan tubuhnya sekuat mungkin sampai kedua pelayan tersebut kewalahan sendiri.

Tatapan Zae mengisyaratkan kepada pengawal untuk menjemput Lisa. Mereka paham betul apa yang diisyaratkan oleh Zae, segera mereka hendak beranjak. Namun, tangan Ken mengisyaratkan agar mereka kembali ke tempatnya semula.

Dengan senyum khasnya yang licik. Ken perlahan mendekati Lisa, Lisa hanya bisa mematung menundukkan kepala. Sementara kedua pelayan yang berada di sisi kanan dan sisi kiri Lisa, memundurkan beberapa langkah dan menunduk.

Tinggi Lisa hanya sebahu Ken, jadi Ken harus menunduk untuk menatap Lisa yang menunduk tersebut. Wajah mereka saling berdekatan, dengan pelan – pelan Ken mengangkat dagu Lisa.

"Hai Lisa," tegur Ken. Aroma mint dari mulutnya langsung merasuk ke hidung Lisa. Meskipun dagu terangkat dan aroma mint menenangkan namun Lisa enggan menatapnya.

"Hei ayo lihat aku," bujuk Ken dengan suara menggodanya. Lisa tak menggubrisnya sama sekali, ia bahkan menepis tangan Ken yang masih sibuk memegang dagunya.

Ken bukannya marah, malah justru tersenyum. "Hei, sayang kenapa kau manis sekali." Ungkap Ken dan langsung membenamkan bibirnya di bibir ranum milik Lisa.

Semua yang tak sengaja menatapnya langsung malingkan wajah mereka masing-masing. Begitupun dengan Zae yang mendengus kesal.

"Memalukan sekali, penghulu sudah di depan mata kenapa harus melakukan itu sebelum saatnya." Batin Zae kesal.

Haha, meskipun mereka saling mengumpat dalam hatinya masing – masing. Toh tidak ada yang berani menegurnya, sekalipun itu pak penghulu. Memangnya mau cari mati, berani-beraninya menegur Ken.

Kembali kepada Lisa. Ia mendorong kuat tubuh Ken agar menjauh darinya. Wajahnya sudah merah bak kepiting rebus. Ken dengan gaya coolnya tetap santai, merapikan tuxedo-nya dan kembali mendekati Lisa.

"Sebenarnya apa mau mu?" tanya Lisa.

Telunjuk Ken membelai lembut pipi kiri Lisa. "Aku menginginkanmu sayang," Lisa segera menepis tangan tersebut dari wajahnya. "Aku hanya ingin menjadikanmu sebagai istriku." Senyumnya kembali mengukir diwajah tampan Ken. "Nyonya Wilson," imbuhnya kembali.

Lisa kembali mendorong kuat tubuh Ken. Tapi kekuatan Lisa tidak seberapa, tubuh Ken bahkan hanya bergeser sedikit. "Aku tidak sudi menikah denganmu!" ucap Lisa dengan tegas.

"Dasar cari mati," batin salah seorang wanita yang sudah kesal mendengar keributan di antara mereka berdua.

"Perempuan bodoh. Mengapa harus menolak menjadi keluarga Wilson." Batin pelayan lainnya.

Tak ada satupun yang berani membicarakan mereka dari mulut ke mulut, wajar saja mereka hanya merumpi dalam hatinya. Ya, meskipun hanya bisa didengar oleh mereka sendiri. Setidaknya sudah lebih lega.

Ken menaikkan salah satu sudut bibirnya. "Setelah apa yang sudah ku berikan, kau mau seenaknya menolakku?" tangan kaanan Ken mencengkram kedua pipi Lisa, "tidak!" Intonasi bicara Ken sudah tidak semanis tadi. "Aku tidak akan pernah melepaskanmu, kau adalah milikku!"

"Bukkk..."

Wajah Lisa dilempat begitu saja oleh Ken. Lisa menahan tangisnya dan mencoba kembali untuk melawan Ken. "Aku akan kembalikan uang itu pada, tapi bukan berarti aku mau menikah denganmu. Casanova!" ucapan Lisa dengan menekan kata "Casanova."

Senyum tipis masam ditunjukan oleh Ken, "tidak semudah itu Lisa." Hening. "Kau harus tetap menikah denganku atau ibu dan kakakmu yang akan menerima imbasnya." Ungkap Ken lagi penuh ancaman.

"Apa maksudmu?" tanya Lisa sambil menyeka kedua sudut matanya yang mulai berair.

"Zae.." panggil Ken. Suara hentakan sepatu Zae terdengar mendekati Ken, tanpa basa basi Ken langsung memberi perintah pada Zae. "Habisi dua wanita jalaang itu!"

Zae menghentikan langkah kakinya sebelum mendekati punggung Ken. "Baik." Zae kembali ke tempatnya dan terlihat sedang berbisik – bisik kepada para pengawal.

Ken kini tak lagi mengubris Lisa, ia memutar balikan tubuhnya untuk beranjak. Namun Lisa dengan sigap menangkap tangan Ken. "Jangan," cegah Lisa dengan wajah melasnya.

Wajah Lisa menunduk. "jangan sakiti mereka, mereka adalah satu – satunya keluargaku saat ini." Menangis di punggung tangan Ken.

Senyum tipis kembali muncul dari bibir Ken. Senyum penuh kemenangan dan kelicikan. "Aku akan menikah denganmu Tuan, tapi jangan sakiti mereka!" Lisa kembali memohon.

"Tuan Muda selalu mendapatkan apa yang ia inginkan," batinnya menyombongkan diri.

Dengan lembut Ken mengusap rambut Ken. "Baiklah sayang jangan menangis lagi." Perlahan Ken membantu Lisa melepaskan tangannya dan menyeka air mata yang membasahi wajah itu. "Apa kau dengar apa yang barusan Nona Muda katakana Zae?" tanya Ken pada Zae tanpa menatapnya sedikitpun karena masih sibuk menyeka air mata.

"Ya," jawab Zae dengan malas.

"Pelayan bantu Nonamu merapihkan diri," perintah Ken pada para pelayan. "Aku menunggumu di sana sayang," bisik Ken dengan senyum kemenangannya.

Bersambung...

Cinta Berawal Dari TerpaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang