Bab 46

70 6 0
                                    


Seringai terukir di bibir manis milik Ken. "Batalkan semua meeting pagi ini, ada urusan yang lebih penting." Perintah Ken pada Zae.

Perintah Ken membuat Zae terkejut. "Kau mau rugi ya?" Zae dengan suara tingginya.

Tak mau kalah dengan Zae, Ken memberikan tatapan tajam. "Kau mau ku pecat ya?" Ken dengan suara tingginya.

"Kita ke restaurant X!" Perintah Ken pada sopirnya.

Zae hanya bisa mendengus kesal, berulang kali memijat pelipisnya yang mulai pening itu. "Oh Dewi Cinta, Cinta yang Kau berikan terlalu tinggi dosisnya. Aku pusing menghadapi manusia yang terserang penyakit budak cinta itu." Keluh Zae dalam hatinya.

Ken berdecak kesal, "sudah lah tak perlu mengeluh." Melirik sekilas pada Zae. "Hubungi manager sialan itu agar mengosongkan restaurant sekarang juga!"

Assisten yang siap siaga hampir dua puluh empat jam segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Wily. Meskipun dengan berat hati, ia tetap mengerjakannya. Di pecat oleh Ken sama saja dengan cari mati. Bagaimana nantinya ia akan membiayai semua keinginan kekasihnya jika ia tidak punya uang.

Ken kembali ke dalam alam bawah sadarnya, memikirkan bagaimana nantinya ia akan memberi kejutan pada Lisa. "Berani sekali kau gadis kecil meninggalkanku, lihat saja nanti." Batinnya dengan senyum seringai.

Sopir dan pengawalnya kembali bergidik ngeri melihat senyum Ken. Pasalnya senyumnya sama seperti ia melihat Ken sedang mengeksekusi seseorang. Bayangan tersebut selalu menari-nari dalam kepalanya sehingga mereka ketika hendak mendekati kesalahan akan segera tersadarkan.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah ramainya jalanan kota, Ken sudah tak sabar tiba di restaurant untuk memberi kejutan pada istri kecilnya.

Restaurant sudah sepi pengunjung, kerja Wily memang bagus. Dia bisa mengosongkan restaurant secepat kilat sesuai dengan perintah Tuan Muda.

Ken turun bersama Zae dan dua pengawal yang mengekor di belakang mereka. Wajah mereka tak ada yang menampakkan senyuman, dingin dan dingin. Namun lihat lah, para pelayan wanita tersebut tetap terkesima melihat paras Ken dan Zae.

Rasanya rela menyerahkan tubuh mereka tanpa imbalan, bahkan untuk menyimpan benih dari Ken pun juga sangat rela. Sebab mereka tahu benih Ken adalah bibit yang unggul.

Tapi Lisa, kenapa tidak mau? Ya karena Lisa butuh waktu untuk menerima Ken. Apalagi awal pertemuan mereka bermula dari ciuman dan dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Ken sedang bercumbu dengan seorang wanita. Wajar saja Lisa sulit menerima posisi Ken sebagai suaminya.

Sementara Lisa, masih asyik dengan pekerjaannya. Ia tidak sadar dan bahkan tidak tahu kedatangan suaminya karena memang dari tadi Lisa sedang di pantry belum menampakkan diri ke area konsumen.

Secangkir kopi telah selesai ia buat, sesuai dengan permintaan dari Wily. Dua sendok kopi hitam dan satu sendok gula pasir. Sebuah racikan kopi yang biasa ibunya buatkan untuknya. Apalagi sekarang Lisa yang membuatnya, sudah lah pasti akan lebih terasa nikmat.

Lisa tersenyum memandangi secangkir kopi tersebut dan segera membawanya ke ruangan Wily.

"Lisa," panggil Mira yang membuat dia mengurungkan niatnya untuk ke ruangan Wily. Ia berjalan ke arah orang yang memanggilnya, ke depan area konsumen.

"Kenapa?" Tanya Lisa.

"Bruk!"

"Prangggggg!"

Tak terduga seseorang menabraknya dan cangkir kopi panas yang dibawanya pecah di lantai.

Laki-laki tersebut menatap Lisa tajam membunuh. "Kau!" Menunjuk dengan jari telunjuknya.

Lisa membalas menatapnya dengan ekspresi datar. "Kenapa Tuan suami kemari," batinnya.

"Cih! Padahal kau sengaja menabrakkan diri, kenapa kesal begitu dengan Lisa." Zae mengumpat dalam hati. "Tuhan! Permainan apalagi yang ia mainkan." Memijat pelipisnya yang mulai pening.

Semua orang termasuk teman-teman Lisa sudah ketakutan, mereka pikir Lisa terlalu ceroboh karena menumpahkan kopi ke pakaian mahal milik Ken. Padahal Ken sediri yang menabrakkan diri. Lisa masih setia dengan ekspresi datarnya.

Ken sedikit kesal karena Lisa sama sekali tidak merasa bersalah maupun ketakutan. "Kau ini!" Kedua mata Ken kembali melotot. "Dimana attitude mu, sudah salah tidak meminta maaf malah justru diam saja!"

Wily melihat keributan tersebut segera keluar dari ruangannya. Ia buru-buru mendekati Lisa dan Ken agar Lisa tak kena marah.

"Tuan," tegurnya lirih. "Maafkan atas kesalahan pelayan kami Tuan," ucap Wily memohon.

"Cih! Kenapa Tuan Wily harus meminta maaf, padahal dia sendiri yang salah. Jelas-jelas jalanan luas, kenapa harus menabrak ku. Apa memang dia sengaja? Kalau memang iya kenapa? Huh, dasar monster bertatto menyebalkan." Gerutu Lisa dalam hati.

Lisa menghela kasar nafasnya. "Maafkan kesalahan Anda yang Tuan tuduhkan kepada saya ini, wahai Tuan Kendra." Ucap Lisa menyindir. Semua orang di dalam restaurant tersebut begitu terkejut melihat Lisa yang seberani itu. Mira yang berdiri di belakang Lisa saja sudah hampir terkulai lemas.

Beda halnya dengan Zae yang malah tersenyum. "Bagus Lisa, jangan mau terus di tindas oleh penjahat itu." Batinnya.

"Lisa," Wily sedikit menekan ucapannya.

"Maaf Tuan," Lisa menundukkan kepalanya sesal. Bukan menyesal telah menyindir Ken, tapi menyesal karena telah mengemukakan kebenaran di hadapan Wily. Ya bisa dikatakan kurang enak hati.

"Kenapa begitu, dia patuh sekali pada manusia jelek ini." Batin Ken. Kedua manik hitamnya menatap Wily dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Apa jangan-jangan," pikiran Ken mulai traveling. Sebenarnya ia hanya tidak mau kejadian ini sama seperti yang dulu, membiarkan Lisa berdekatan dengan Jony dan sekarang bertambah lagi dengan Wily yang terlihat begitu perhatian dengan Lisa. Apalagi sikap patuh dan hormat Lisa pada Wily membuat percikan-percikan api cemburu yang sebentar lagi akan menyala berkobar.

"Aku tidak butuh maaf dari mu!" Ketus Ken pada Wily. "Aku mau dia yang bertanggung jawab!" Menunjuk Lisa.

Lisa mulai mengikuti akan permainan dari Ken. "Maaf Tuan, tapi saya tidak punya uang untuk mengganti pakaian Tuan yang rusak ini. Tolong jangan hukum saya Tuan," jelas Lisa. Namun ucapan Lisa membuat Ken menaikkan sebelah alisnya karena tak ada sedikitpun raut wajah penyesalan dalam diri Lisa. Mungkin kah karena Lisa sekarang sudah berani dengan Ken sehingga membalas seluruh perbuatan kurang baik Ken padanya.

"Rupanya istri kecilku ini sudah berani denganku setelah mendapatkan pernyataan-pernyataan cinta dariku." Tersenyum miring.

Ken segera meraih tangan Lisa. "Ikut denganku," melangkahkan kaki ke ruang VVIP. "Aku akan menghukum mu," Zae hanya datar dan mengekor.

"Tuan jangan hukum dia!" Pinta

Cinta Berawal Dari TerpaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang