Tak terasa jam pulang kantor akhirnya tiba juga. Shanum dan beberapa teman kerjanya pun mulai bersiap-siap pulang. Terlebih dahulu Shanum menyimpan file yang tadi sedang ia kerjakan. Lalu, ia mematikan komputer yang merupakan temannya melakukan pekerjaan seharian lantas membereskan mejanya.
Tunggu sepuluh menit lagi.
Shanum memutuskan untuk tidak buru-buru keluar dari gedung percetakan seraya menunggu Akbar tiba. Ia melangkah santai tapi pasti. Tangannya tanpa sadar terangkat untuk menyentuh pelipisnya karena kepalanya sedikit pusing akibat terlalu lama menatap layar komputer.
Begitu tiba di depan gedung percetakan, ternyata Akbar masih belum tiba. Shanum memutuskan menunggu seraya memainkan ponselnya. Beberapa menit kemudian, barulah mobil Akbar tertangkap oleh indra penglihatannya.
Saat menemukan mobil sang suami berhenti di depan sana, langsung saja Shanum menghampirinya agar Akbar tidak menunggu lama. Ia meraih sabuk pengaman dan memakaikan ke tubuhnya. Kemudian, Akbar mulai menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu.
Susana hening menyapa karena mereka sama-sama diam. Baik Akbar maupun Shanum tidak ada yang membuka pembicaraan. Akbar sedang sibuk menyetir dengan pandangan lurus ke arah jalan. Sementara Shanum memandang ke luar jendela.
Merasa bosan karena itu-itu saja yang ia lihat, Shanum pun kembali mengarahkan pandangannya ke depan jalan. Sesekali ia menatap Akbar yang sedang sibuk menyetir dalam diam.
"Kenapa?"
Kening Shanum bertaut begitu Akbar menoleh sekilas padanya seraya melontarkan pertanyaan kenapa. Ia yang tak merasa ada apa-apa pun balik bertanya. "Apa?"
"Kenapa kamu liatin aku? Ada yang mau kamu omongin?" tanya Akbar yang kembali mengarahkan pandangannya lurus ke depan. Ia hanya melirik sekilas ke arah Shanum dan kembali memfokuskan pandangannya ke arah jalan. Saat menyetir begini ia memang jarang membuka pembicaraan agar lebih fokus dengan setirnya. Apa yang terjadi pada Andra tentu membuatnya menjadi berhati-hati. Apalagi ia tidak sendiri di dalam mobil itu.
"Ah, gak apa-apa kok, Bang," sahut Shanum salah tingkah. Bisa-bisanya Akbar sadar kalau sedang ia perhatikan. Padahal ia memandangi Akbar pun tak sengaja karena tidak menemukan objek menarik untuk dipandang. Ia merasa sedikit bosan dan mengantuk sebab tak ada obrolan.
Keduanya akhirnya tiba di rumah setelah melewati perjalanan hampir tiga puluh menit lamanya. Setelah obrolan yang sangat minim tadi, tidak ada yang membuka pembicaraan lagi hingga akhirnya sampai.
"Kalian udah pulang?"
Akbar hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban untuk pertanyaan dari mamanya itu. Jelas-jelas saat ini mereka telah tiba di rumah yang itu artinya mereka sudah pulang.
"Ya sudah. Kalian istirahat dan bersih-bersih dulu gih." Lagi-lagi Akbar hanya mengangguk saja. Ia mengajak Shanum ke kamar mereka. Sementara istrinya itu sempat tersenyum pada mamanya.
"Abang mandi duluan aja."
"Hm."
Shanum hanya menghela napas ketika mendapat respons yang teramat singkat dari sang suami. Ia menatap Akbar yang sedang melepas satu persatu kancing kemejanya. Lantas pria itu melangkah ke kamar mandi. Sementara ia sendiri memutuskan untuk duduk di sofa yang tersedia di kamar itu. Kakinya pun ia angkat ke atas seraya memijitnya pelan.
Tatapan mata Shanum tertuju pada perutnya yang masih cukup kecil. Ia menggerakkan tangan kanannya untuk mengelus perutnya itu. Tubuhnya yang memang mungil membuat perutnya tidak begitu terlihat dan ia bersyukur akan hal itu.
"Kamu harus sehat dan kuat ya, Nak. Karena cuma kamu yang Mama punya dan yang akan selalu mengingatkan Mama sama Papa," gumamnya pelan. Ia tersenyum seraya membayangkan mirip siapa anaknya nanti setelah lahir ke dunia.
![](https://img.wattpad.com/cover/245611126-288-k935807.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Wedding
RomanceFollow dulu sebelum baca!!! Dan bacalah selagi on going. Karena jika sudah tamat akan langsung dihapus beberapa bagian. Jadi jangan telat baca! Positif hamil? Membahagiakan bukan? Tentu saja iya, bagi wanita yang sudah memiliki suami. Kehamilan ada...