16. Pengakuan Tak Terduga

4.8K 714 116
                                    

Vote dulu sebelum baca okey😉😙

WARNING!!!

Hati-hati kalian diabetes kalo baca part ini 😂😂

***

Akbar menghela napasnya seraya menghentikan mobilnya bertepatan dengan lampu merah di depan sana. Lantas, ia menatap Shanum yang juga sedang menatapnya meminta penjelasan. "Fine, aku ngaku cemburu. Aku gak suka ngeliat kamu dekat sama dia atau semua laki-laki mana pun selain aku dan keluargamu."

Shanum terdiam saat mendengar ucapan Akbar itu. Ia bahkan masih menatap mata sang suami untuk mencari kebohongan dari sana, tetapi ia tak menemukannya. "A-abang cemburu sama aku? Tapi kenapa?"

"Menurut kamu?"

Shanum ingin berharap kalau ucapan mama mertuanya benar, kalau Akbar mulai mencintainya karena saat ini laki-laki itu berkata cemburu. Tapi kenyataan kalau Akbar pernah menyebut nama mantan istrinya saat mereka berciuman, sontak membuatnya tersadar.

"T-tapi pernikahan kita ini cuma buat status anak yang ada dalam kandungan aku aja."

"Itu menurut kamu."

Shanum semakin dibuat bingung dengan ucapan-ucapan Akbar yang terasa lebih seperti teka-teki dibanding sebuah jawaban. "Abang juga masih mikirin mendiang istri Abang sampai sekarang," ujar Shanum mulai frustrasi karena jawaban Akbar belum memberikan kejelasan apa pun.

"Kata siapa?"

"Kata aku! Buktinya pas Abang nyium aku waktu itu, Abang nyebut nama Mira. Mendiang istri Abang 'kan?" sahut Shanum mulai kesal. Ia semakin bertambah kesal ketika melihat Akbar yang tiba-tiba tersenyum aneh. Untuk apa coba laki-laki itu tersenyum? Apa karena ucapannya memang benar? Kalau Akbar memang masih memikirkan mantan istrinya yang telah tiada sampai sekarang.

"Kamu tau siapa nama mantan istri aku dulu?"

"Tentu taulah. Mira Agnessia. Kenapa?" tanya Shanum ketus. Sepertinya ia sudah sangat kesal karena Akbar kembali melontarkan pertanyaan yang tak begitu penting daripada menjelaskan maksud kata cemburu yang tadi lelaki itu ucapkan.

"Coba tanya Mama atau Papa deh, dulu kami manggil mendiang istri aku dengan sebutan Mira atau Agnes," ujar Akbar dengan senyum dikulum. Ia menjalankan mobilnya kembali ketika lampu sudah berubah warna menjadi hijau lagi.

"Maksud Abang?" bingung Shanum karena belum paham dengan maksud ucapan Akbar.

"Istriku dulu, dia gak pernah mau dipanggil Mira. Dia lebih suka dipanggil dengan nama belakangnya. Agnes," jelas Akbar yang semakin membuat Shanum bertanya-tanya.

"Terus, Mira siapa? Apa dia wanita yang Abang cintai saat ini? Apa kehadiran aku udah membuat Abang jauh dari dia?"

"Bisa iya dan bisa juga enggak."

"Abang apa-apaan sih! Masa ngasih taunya setengah-setengah. Daripada muter-muter gak jelas. Udah bilang aja, kenapa Abang bisa cemburu!" tuntut Shanum mulai kehabisan kesabaran. Sepertinya Akbar lupa kalau ia sedang hamil. Dan lelaki itu sukses membuat mood-nya memburuk.

"Mama kamu galak banget ya, Nak," ujar Akbar masih dengan kekehannya yang membuat Shanum merasa dipermainkan. Akbar menggerakkan tangan kirinya ke perut Shanum untuk menyapa keponakan sekaligus anaknya.

"Abang!"

"Memangnya waktu itu, aku bilang apa sih pas nyebut nama Mira?" tanya Akbar yang hanya berpura-pura lupa. Padahal nyatanya ia masih sangat ingat. Ia juga ingat Shanum langsung mendorongnya saat menyebut nama itu ketika mereka berciuman.

"Aku sayang kamu, Mira," jawab Shanum seraya menirukan ucapan Akbar waktu itu. Kini mobil Akbar sudah berhenti bergerak karena mereka telah sampai di halaman rumah. Mata Shanum mengerjap kala Akbar melepas sabuk pengaman dan mendekatkan wajah padanya. Ia lagi-lagi terkesiap ketika Akbar mencium bibirnya begitu saja. Tangannya tentu berniat mendorong dan memukul dada Akbar, tetapi sigap ditahan oleh suaminya itu.

Unpredictable WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang