14. Persoalan Cemburu

4.4K 676 108
                                    

Beberapa waktu lalu, Shanum yang bersikap dingin karena ingin menghindari Akbar sebab berusaha mengelak perasaannya sendiri. Tetapi hari ini, Akbar pun seolah ikut menjauh. Ia hanya berbicara sekenanya pada Shanum. Begitu juga dengan Shanum yang terlanjur terluka dengan ucapan dan juga perlakuan Akbar. Akhirnya mereka pun kembali seperti layaknya awal-awal menikah.

"Kalian pada kenapa sih, Bar? Shanum? Kok pada diem-dieman aja?" ujar Elya bertanya karena merasa heran pada keduanya. Faisal pun ikut menatap anak dan menantunya karena ia juga merasa bingung.

"Kami gak kenapa-napa kok, Ma. Masih kayak biasanya kok," sahut Akbar seadanya. Ia meneguk minumannya setelah menghabiskan nasi goreng di piringnya. Lantas, ia meraih tisu untuk membersihkan bibirnya. "Kalo udah selesai langsung ke mobil aja, aku tunggu di sana," ujar Akbar singkat pada Shanum.

Mendengar perkataan Akbar itu, Shanum pun hanya menganggukkan kepalanya. Ia mempercepat makannya untuk menghabiskan nasi yang memang tinggal sedikit.

Elya dan Faisal saling pandang saat Shanum sudah menghabiskan makanannya dan menyalami mereka. Lantas menantu mereka itu langsung melangkah ke depan untuk menyusul Akbar.

"Mereka kenapa ya, Pa? Kok pada aneh gitu?" gumam Elya yang mendapat gelengan kepala dari sang suami, pertanda tidak tahu. "Padahal beberapa hari yang lalu, Mama sempat ngira Akbar sama Shanum sudah mulai saling suka. Tapi kenapa sekarang jadi sama-sama aneh begitu?" ujar Elya lagi.

Sementara itu, Shanum hanya diam saja ketika sudah duduk manis di dalam mobil Akbar. Bahkan saat Akbar mulai menjalankan mobilnya dan di sepanjang perjalanan mereka sama-sama diam. Hingga sekitar dua puluh menit kemudian mereka telah tiba di depan percetakan tempat Shanum kerja.

Shanum meraih tangan Akbar dan menyalaminya tanpa suara. Lantas, ia turun dari mobil seraya mengucapkan terima kasih. Ia pun melangkah memasuki gedung percetakan tanpa menoleh lagi ke belakang.

Perang dingin antara Akbar dan Shanum rupanya berlarut-larut. Mereka memang berangkat dan pulang kerja bersama. Tidur pun masih di kamar yang sama, tetapi intensitas komunikasi mereka berubah drastis.

Shanum sendiri malas untuk memulai pembicaraan karena masih kesal dengan Akbar. Sementara Akbar sepertinya memang tidak ada niatan untuk memperbaiki hubungan mereka. Mungkin laki-laki itu memang tidak merasakan secercah rasa cinta untuknya.

"Oke, kalau memang itu yang Abang inginkan. Aku akan bersikap bodo amat dan berusaha menekan rasa cinta aku buat Abang," ujar Shanum dalam hati.

***

"Besok aku berangkat sendiri aja kali ya?" gumam Shanum. Ia mengelus perutnya yang sudah cukup besar dengan perasaan bimbang. Besok itu ia ada jadwal check up kehamilan rutin. Namun, hubungannya dengan Akbar sedang merenggang seperti ini. Rasanya ia sungkan minta ditemani Akbar untuk pergi ke dokter.

Shanum meraih ponselnya berniat menghubungi Keisha untuk minta ditemani. Ia menunggu beberapa saat hingga dering teleponnya tersambung.

"Halo, Shan. Kenapa?"

"Halo, Kak Kei, besok sibuk gak?"

"Sibuk sih enggak. Cuma dari pagi tadi, Airin demam dan Auryn juga rewel banget. Hari ini aja jadinya Kakak libur pemotretan karena mereka gak bisa ditinggal," ujar Keisha memberitahu.

"Oh gitu, Kak. Ya udah, cepat sembuh buat keponakan aku ya, Kak."

"Makasih ya. Emangnya ada apa?"

"Enggak. Rencananya aku cuma mau minta temenin check up kehamilan aja. Tapi kalo Kak Kei gak bisa, nanti aku minta tolong Mama atau Kak Zia deh."

Unpredictable WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang