9. Perhatian

4.4K 660 53
                                    

"Selamat ya, Shanum."

Shanum baru saja tiba di ruangan tempatnya bekerja. Ia mengernyitkan kening pertanda bingung ketika mendengar ucapan selamat dari beberapa teman kerjanya. Seingatnya ia tidak sedang berulang tahun, tidak juga memenangkan give away dan semacamnya. Lalu untuk apa selamat yang diucapkan oleh teman-temannya itu?

Kebingungannya semakin bertambah ketika Tata pun ikut mengucapkan selamat seraya bercipika-cipiki dengannya.

"Ini sebenarnya ada apaan sih? Kalian ngucapin selamat buat apa?" tanya Shanum menyuarakan kebingungannya.

"Ya selamat buat kehamilan lo lah. Buat apa lagi emangnya?"

Shanum sontak terkejut ketika mendengar ucapan Tata itu. Ia kaget karena Tata dan teman-temannya yang lain mengetahui perihal kehamilannya ini. Jangan-jangan mereka juga tahu kalau ia hamil anak Andra? Tapi mengapa mereka bisa sampai tahu?

"Ka-kalian tau dari mana?" tanya Shanum berusaha menyembunyikan kegugupannya. Dalam hati ia berdoa semoga saja mereka hanya menebak-nebak dan bukannya mengetahui perihal kehamilannya ini.

"Tau dari gue lah. Kemarin minggu 'kan gue ke rumah sakit nemenin nyokap jenguk temennya. Gue gak sengaja tuh, ngeliat lo sama suami lo baru aja keluar dari ruangan dokter kandungan."

Jawaban Tata itu sontak membuat Shanum semakin terkejut. Mengapa ia sampai tidak melihat keberadaan Tata waktu itu?

"Selamat ya, Shanum, buat kehamilan lo. Bener 'kan kata gue, kalau bisa begituan meski tanpa cinta sekalipun? Eh atau jangan-jangan kalian udah saling cinta lagi? Semoga dengan kehamilan lo ini kalian makin harmonis dan saling cinta ya," ujar Tata tulus.

Shanum menghela napas lega karena rupanya Tata dan teman-temannya yang lain mengiranya hamil anak Akbar, bukannya anak Andra. Ia pun tersenyum sebagai balasan untuk ucapan selamat yang Tata ucapkan. "Thanks, Ta."

"Sama-sama. Terbukti tokcer juga laki lo ya? Atau apa gara-gara lo dihajar terus karena doi kelamaan menduda? Duda ketemu perawan 'kan mantep banget tuh, bisa-bisa ketagihan terus. Lo aja udah hamil dalam waktu singkat."

Shanum tersenyum saja karena Tata tidak tahu kenyataannya, kalau ia bukanlah gadis perawan lagi saat menikah dengan Akbar. Apalagi yang ada dalam kandungannya pun anak Andra, bukannya Akbar. Bahkan ia tak pernah melakukan yang macam-macam bersama Akbar.

"Kebiasaan deh lo, Ta. Suka banget ngomongin yang begituan. Kayak udah pengalaman aja," cibir Shanum.

"Gue 'kan nyari ilmu buat dipraktikkin nanti kalau udah nikah."

"Iya deh, serah lo aja," pasrah Shanum.

***

Ketika jam makan siang tiba, Shanum dan Tata pun seperti biasa akan langsung menuju warung makan di sebelah percetakan mereka. Keduanya memesan makanan lantas mencari tempat duduk yang masih kosong. Mereka mengobrol seputar naskah yang sedang mereka kerjakan sambil menunggu pesanan datang.

"Yang lo kerjain sekarang naskah dengan genre romance adult itu 'kan? Gimana scenenya? Masih aman?"

"Sejauh ini sih masih aman. Gak yang terlalu vulgar banget atau gimana. Gak tau sih selanjutnya gimana, soalnya 'kan belum selesai."

"Lo yang udah punya suami enak-enak aja ngedit naskah begituan. Soalnya udah pernah dan tau gimana caranya biar dapat feel-nya. Lah apa kabar gue? Gue gak ada pengalaman langsung."

"Alah. Pengalaman langsung emang gak ada. Tapi pengalaman gak langsungnya banyak," sahut Shanum yang membuat Tata terkekeh.

"Tau aja sih lo, Shan. Kebiasaan gue dulu 'kan suka baca novel romance. Terus ada adegan yang begitu. Sama film-film barat juga sih."

Unpredictable WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang