27

155 19 1
                                    

Assalamualaikum,
Halo, apa kabar?
Makasih yaa udah baca cerita ini, vote dan comment kalau kalian suka untuk mendukungku terus supaya semangat nulisnya yaa (. ❛ ᴗ ❛.)

Akhir-akhir ini lagi seneng banget dengerin lagu-lagu lama, nostalgia sama momen beberapa tahun lalu. Salah satunya dari Rei Yashuda yang judulnya "Kimi no Uta" lagunya agak mellow sih, kita jadi gampang larut sama suasana:')
Terus aku lagi suka juga dengerin lagunya Aimer yang judulnya "AM 02.00" masih lagu yang nadanya mellow, cuma ini lebih asik ajah :'v

Di youtube aku lagi suka banget nonton Nadia Omara, Analisa Channel, Jeda nulis, dan Hamimommy. Dan aku juga lagi asik banget sama anime Jujutsu Kaisen yang openingnya gak pernah aku skip saking enaknya didenger (≧▽≦)

Oke gitu ajah curhatnya, aku lagi seneng ajah sih curcol begini dan dijadikan author note. Semoga kalian seneng bacanya :'v diskip juga boleh kok (◠‿◕)

Happy reading 💗

🦋🦋🦋

"Singkatnya, Ibu saya terlalu terobsesi menjadikan saya istri dari orang kaya, supaya uang buat dia maupun saya ngalir terus. Mungkin dia bukan tipe yang nggak bisa hidup susah, segala cara dilakuin sampe tega jual anaknya sendiri demi duit. Saya kabur waktu itu, lari luntang-lantung nyari perlindungan, tapi dunia ternyata nggak sebaik yang saya kira. Hidup sendirian ternyata susah banget, dan keras, saya yang waktu itu bahkan nggak lulus SMP susah cari kerja bahkan cuma buat sesuap nasi.."

Helaan napas berat terdengar lirih dari mulut gadis berambut hitam legam itu, suasana di warung soto malam itu cukup ramai, kursi dan meja tampak penuh oleh pelanggan, orang-orang berlalu lalang di atas trotoar, beberapa kendaraan motor tampak terparkir di bahu jalan. Padahal, ini bukan akhir minggu, namun tampaknya tempat yang menjadi pusat kota ini tak pernah sepi dari pengunjung setiap harinya.

Ihsan mendengarkan dengan saksama, walau matanya fokus pada semangkuk soto yang kini sudah habis setengah.

"Lalu kamu memilih untuk masuk ke dalam dunia malam untuk bisa melanjutkan hidup?" Tebak Ihsan.

Hina tanpa ragu mengangguk, memang benar, salah satu alasan Hina menjalani kehidupan seperti ini tak lain hanyalah agar ia bisa tetap bertahan hidup di dunia yang kejam ini.

"Sampai saat ini, saya tak pernah benar-benar menikmati semua. Jauh di lubuk hati saya, saya tak mau, saya hanya ingin menjalani hidup normal, hanya itu.." lirih Hina, sotonya tak ia sentuh, padahal porsinya masih banyak.

Entah mengapa, rasanya lega menceritakan semua pada pria itu. Keinginan untuk menyerukan semua rasa sakit yang selama ini terpendam akhirnya terbayarkan, pundaknya sedikit ringan, menyenangkan rasanya memiliki seseorang yang bisa menjadi pendengar atas segala keluh kesahnya, tanpa pernah menghakiminya seenak jidat.

Manuskrip Perjalanan Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang