Vote dan comment ditunggu~
🦋🦋🦋
Dari jendela sebuah bus, tersaji pemandangan kota bermandikan matahari senja yang tampak menguning di ufuk barat. Ihsan duduk di salah satu kursi bus tepat di samping jendela, menikmati pemandangan indah kota sore itu, dan semilir angin yang membelai wajahnya dari kaca jendela yang terbuka separuh.
Dari dalam bus, ia bisa melihat banyak orang dengan berbagai aktivitas yang berbeda-beda. Ada yang nampak baru pulang kerja seperti Ihsan, ada yang nampak hanya jalan-jalan santai, para siswa-siswi yang berjalan beriringan sambil bercengkrama bersama, dan masih banyak lagi.
Ihsan menarik sedikit sudut bibirnya, rasanya seperti separuh lelahnya hilang. Pikirannya cukup simpel sebenarnya, kalau kita tahu betul apa tujuan kita hidup di dunia ini, semua lelah yang mendera akan berangsur pergi ketika semua dijalani dengan ikhlas. Ihsan sadar, semua ini milik Allah, rasa lelah ini datangnya dari Allah, segala ujian itu dari Allah, dan dibalik semua itu pasti ada hikmahnya.
Dengan ujian, Allah ingin kita selalu ingat pada-Nya. Ihsan kadang takut, bila semua berjalan lancar berturut-turut, takut bila semua itu istidraj, yang membuat Ihsan lupa untuk selalu bersyukur, terlena akan kenikmatan dunia. Da'udzubillah..
Bus berhenti tepat di tempat Ihsan seharusnya turun. Pria berkemeja biru itu menyampirkan sling bag nya di atas pundak, lalu bangun dari tempat duduknya. Bus sore itu tampak lebih lengang dari biasanya, entah mengapa. Ihsan jadi lebih leluasa berjalan keluar.
Usai membayar ongkos, Ihsan turun dari bus. Pria berkacamata tersebut berdiri di atas trotoar, beberapa kendaraan melaju melewatinya, ia menunggu sampai jalanan lebih lengang, untuk kemudian menyebrangi jalan tersebut. Beberapa orang juga berdiri di dekat Ihsan, sama-sama menunggu untuk menyebrangi jalan.
Rumahnya ada di ujung persimpangan jalan di sebrang sana, cukup berjalan lima menit saja Ihsan sudah sampai di rumahnya.
Ihsan melihat jam tangannya, sudah pukul 04.35 sore. Untungnya ia sudah lebih dulu melaksanakan sholat ashar ketika di mushala sekolah, ia jadi tak perlu terburu-buru mengejar waktu untuk beribadah.
Sibuk memperhatikan jalan, tiba-tiba sebuah angkot berhenti di dekat Ihsan berdiri. Awalnya Ihsan tak begitu menghiraukan, beberapa orang tampak turun dari angkot tersebut, sebagian berdiri di atas trotoar seperti Ihsan untuk menunggu agar bisa menyebrangi jalan. Namun ada satu orang yang berhasil membuat mata Ihsan tak bisa untuk tidak melirik, gadis berseragam putih abu dengan rambut terkepang rapi turun dari angkot.
Seketika, perasaannya campur aduk.
Gelenyar aneh menyerang dadanya, apalagi ketika mata mereka tak sengaja beradu pandang, Ihsan tak tahan untuk tidak menundukan kepala seraya mengucap istigfar banyak-banyak.
Ihsan berusaha untuk tidak peduli, sekali lagi pria itu melihat pada jam tangan yang melingkar di lengan kanannya hanya untuk mengalihkan fokusnya dari gadis itu.
Sedangkan gadis yang baru turun dari angkot itu menyadari bahwa ia mengenal siapa pria yang berdiri di atas trotoar tak jauh sarinya tersebut.
Hina, gadis berkepang rapi itu tersenyum kecil, gadis itu berjalan ke arah Ihsan, lalu mengambil tempat tepat di samping pria itu. Mereka sama-sama menunggu jalanan sepi, untuk bisa menyebrang dan pulang ke rumah mereka.
Hina meletakan tangan di belakang tubuhnya, menautkan kedua jemarinya di sana. Gadis cantik dengan bulu mata lentik itu mengalunkan sebuah nada dengan suara kecil, sambil sesekali melirik ke arah Ihsan yang nampak berpura tak peduli.
"Selamat sore, Pak.." ujar Hina sedikit berbisik, hanya agar Ihsan saja yang mendengarnya.
Ihsan tak menghiraukannya, fokus pada jalanan yang masih terlihat padat oleh kendaraan yang berlalu lalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manuskrip Perjalanan Hati
Spiritual⛔Nggak perlu baca cerita ini kalau menurutmu cuma buang-buang waktu⛔ [18+] HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN Sinopsis: Hinari dan Ihsan seperti dua sisi mata uang yang berbeda. Kepribadian mereka bertolak belakang, logika mereka tak sejalan, impian h...