🔊 Tokyo by Yui 🎵
Dan
🔊Lonely Night by Kwon Ji Ah 🎵
Lagu-lagu yang nemenin aku selama nulis bab ini, enak banget:' diputer berulang-ulang juga gak bosen ( ◜‿◝ )♡
Perasaanku saat ini ಠ_ʖಠ
🦋🦋🦋
Malam telah tiba, bulan bersinar terang di atas sana. Pria dengan kaos putih kebesaran itu berjalan menyusuri trotoar jalan, kedua tangannya ia masukan ke dalam saku celana, matanya menyapu pemandangan di sekitar. Ia tengah berada di pusat kota, masih tampak ramai di sana walau hari sudah malam, pedagang angkringan mulai dipenuhi pelanggan, beberapa orang hanya terlihat berjalan-jalan santai, beberapa lagi duduk di tepi troroar jalan, menikmati suasana malam yang ramai oleh pengendara maupun pejalan kaki lainnya.
Ihsan menarik sudut bibirnya, ia belum pernah ke sini saat malam hari, tak menyangka akan semenyenangkan ini. Terbiasa menenangkan diri dengan ketenang juga kesendirian, membuat Ihsan kurang tertarik untuk mengalihkan pikiran dengan berbaur bersama orang di luar sana. Namun tiba-tiba niat itu datang dengan sendirinya, usai sholat magrib Ihsan sudah bersiap dengan setelan casualnya, kakinya melangkah begitu saja tanpa arah, dan membawanya ke tempat ini.
Rasanya seperti separuh penatnya hilang. Gemerlap lampu-lampu di tiang jalan juga rumah-rumah dan kendaraan menghiasi seisi kota malam itu, orang-orang dari berbagai latar belakang berbaur menjadi satu, mereka bercengkrama, atau sekadar duduk bersama, semuanya tampak damai. Dan semua itu memberikan energi positif dalam diri Ihsan, membuat pria berkacamata bulat itu merasa lebih tenang.
Ihsan kembali tanpa hasil, Abbah tetap berkeras ingin menjodohkannya dengan perempuan pilihan beliau. Ihsan tak ingin berdebat lebih jauh lalu memperkeruh suasana, ia memilih pamit untuk kembali, mengabaikan seruan Ummi untuk tetap berada di sana lebih lama.
Belum lagi pertemuannya kembali dengan wanita cantik berparas keibuan itu, membuat kemelut rasa dalam hatinya semakin tak berbentuk, Ihsan bagai mati rasa, ia seakan ditarik kembali pada saat dimana Ihsan melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika wanita itu menikah dengan Akhi, saudara kandung Ihsan. Perasaan sesak itu kembali menyerang dadanya, sesaat Ihsan tak dapat berkata-kata, ia malu pada Tuhan nya, berlagak bahwa ia telah melupakan wanita itu namun nyatanya, Ihsan hanya melarikan diri dari rasa sakit karena merasa dikhianati, tanpa pernah berusaha untuk berdamai dengan semua takdir yang telah terjadi.
Ihsan berdiri di depan sebuah warung terbuka yang menyajikan soto panas, harum dari lezatnya kuah soto menguar ke udara, masuk ke dalam indera penciumnya. Perut Ihsan yang kosong terdengar meronta minta diisi. Pria berkacamata bulat itu mengusap perutnya, ia memang belum makan sejak siang tadi, selera makannya hilang beberapa hari ini. Ihsan menatap ke dalam tenda warung, beberapa meja di dalam sana tampak sudah terisi, namun masih ada beberapa lagi yang kosong. Mungkin semangkuk soto dan sepiring nasi bisa membuat selera makannya kembali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manuskrip Perjalanan Hati
Spiritual⛔Nggak perlu baca cerita ini kalau menurutmu cuma buang-buang waktu⛔ [18+] HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN Sinopsis: Hinari dan Ihsan seperti dua sisi mata uang yang berbeda. Kepribadian mereka bertolak belakang, logika mereka tak sejalan, impian h...