32

203 20 4
                                    

Holaa~
Assalamualaikum, apa kabar semua?
Ehehe
Aku update lumayan cepet dong, delapan hari :'3 (Merasa bangga dengan diri sendiri)

Masih ada kan yang nungguin cerita ini?
Makasih buat kalian semua yang udah selalu baca dan nunggu cerita ini, mendukung aku dengan vote dan comment di ceritaku. Kalianlah semangatku untuk terus bisa meneruskan cerita ini 💕 luv youuu:*

Tau gak? Aku dapet rekomendasi anime jadul tahun 2005 yang judulnya 'Eikoku koi monogatari emma'. Ada 2 season, dan jalan ceritanya seru banget gilaaak ༎ຶ‿༎ຶ monangis laaah, akhirnya setelah sekian lama nemu juga anime romance tanpa menye-menye dengan jalan cerita yang relate banget sama kehidupan. Latarnya di Inggris tahun 1800-1900an gitu aku nggak tau:'v lupa :'3 cinta beda kasta antara aristokrat dan pelayan gitu.. jalan ceritanya ringan, konfliknya juga gak berat, romansa yang disajikan juga gak dilebih-lebihkan, pokonya enak banget deh selama nonton itu, kagum sama kepribadian Emma sang tokoh utama dalam menghadapi segala masalah yang datang di hidupnya:')) pokonya recommended banget! ><

Ah, aku juga lagi suka banget dengerin lagu dari Dhruv yang judulnya 'doble date'. Buat yang fujoshi taulah yaa ni lagu apaan :'v tapi sumpah sih enak banget lagunya, gak pernah bosen walau didengerin berulang-ulang 💕

Udah gitu ajah deeh~
Happy reading ❤️

🦋🦋🦋

Bel ditekan nyaring beberapa kali pada salah satu pintu rumah sebuah kontrakan, hari mulai siang dengan sinar mentari yang mulai terasa panas. Wanita parobaya dengan khimar panjang bersetelan mocca berdiri di depan pintu yang tertutup rapat, wajah keibuan terpancar jelas di wajahnya, matanya menatap penuh harap pada pintu tersebut, menunggu dengan sabar seseorang membukan daun pintu itu untuknya.

Namun beberapa menit telah berlalu, tak ada seorangpun yang membukakan pintu. Wanita yang diperkirakan berusia pertengahan lima puluh itu menghela napas panjang, sepertinya ia datang di waktu yang tidak tepat. Mungkin sang pemilik rumah sedang tidak ada di sana saat ini.

Wanita tersebut menatap ke sekitar, kontrakan dua lantai dengan 20 pintu itu tampak sepi, mungkin sebagian yang tinggal di sini adalah para pegawai atau pelajar yang jam kerjanya sangat sibuk, sehingga dijam-jam seperti ini suasanya begitu sepi.

Sibuk menatap sekitar seraya berpikir apa yang musti wanita paro baya tersebut lakukan, tiba-tiba pintu rumah di sebelah terbuka perlahan. Wanita itu menatap siapa kira-kira yang keluar, mungkin ia bisa meminta bantuan seseorang itu agar mengizinkannya menunggu di rumah orang tersebut, sampai pemilik rumah yang hendak ia kunjungi ini pulang.

Nampaklah seorang gadis belia dengan kaos putih polos berlengan panjang dan celana kulot berwarna hitam keluar dari sana, rambut di atas bahu yang potongannya terlihat kurang rapi itu ia gerai begitu saja.

Mata keduanya bertemu, beberapa saat gadis belia dengan wanita parobaya itu terdiam menatap satu sama lain. Lama mereka saling terdiam, hingga sepoi angin pelahan membelai permukaan kulit wajah keduanya, akhirnya membuat mereka sadar dari keterpakuannya.

Wanita parobaya dengan khimar panjang itu memilih lebih dulu memecah hening, beliau tersenyum ramah, kehangatan terpancar dari sorot matanya.

Mendapat senyuman hangat itu membuat gadis belia tersebut segera tersadar, ia mengerjap, tersadar dari diamnya. Gadis cantik berbulu mata lentik itu membalas senyum wanita tersebut sama ramahnya, menundukan kepala memberi hormat padanya.

Manuskrip Perjalanan Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang