Buat yang mau tau gimana gambaran rumah kontrakan mereka, kira-kira kayak gitu deh
ಠ∀ಠ
Lebih mirip kost-kostan yak :')))
Tapi yaudah deh, pokoknya kek gitulah~
Hei, kalian jangan bosen ya baca cerita ini :'3 walau jalan ceritanya monoton (mon maap).Happy reading 😊
🦋🦋🦋
Masalalu, satu hal yang selalu ingin Hinari lupakan dalam ingatannya. Andai bisa, Hina ingin rasanya mengulang waktu, atau bahkan meminta pada Sang Pencipta untuk tidak menciptakannya ke dunia. Rasanya menyakitkan, terus menerus berkubang dalam kesengsaraan. Selama delapan belas tahun ia hidup, bahagia adalah hal langka yang jarang ia dapatkan. Terlalu lama berbaur dengan dunia malam yang kejam, membuat definisi bahagia bagi seorang Hina sedikit bergeser dari kebanyakan orang.
Hina tak mau sengsara, maka bahagianya dapat ia rasakan dengan harta. Semua sudah telanjur terenggut dari hidupnya, lalu mengapa harus ia membentengi diri untuk hal yang bahkan sudah telanjur masuk ke dalam hari-harinya? Menghancurkan semua angannya.
Malam itu, angin malam yang dingin terasa panas menusuk kulitnya, sakit sekali. Seseorang berdiri beberapa meter tak jauh darinya, tak menatapnya namun suaranya berujar padanya. Bertanya satu hal yang tak pernah ingin Hinari dengar, karena mau tak mau ia harus mengorek kembali luka lama yang terpendam jauh di lubuk hatinya.
"Untuk apa semua ini? Dan kenapa?" Suara rendah pria berkaos abu itu membuatnya tertegun.
Lidahnya kelu, Hina tak bisa menjawab pertanyaan pria itu, otaknya tiba-tiba berhenti berfungsi. Hina hanya bisa diam berdiri di tempatnya.
🦋🦋🦋
Ihsan menghela napas gusar, sudah lama rasanya ia memendam semua rasa penasarannya akan gadis itu, dan malam ini, ketika mereka tak sengaja 'kembali' bertemu, akhirnya Ihsan memberanikan diri untuk bertanya padanya.
Gadis itu tampak terkejut, entah terkejut karena Ihsan yang memergokinya, atau terkejut dengan pertanyaan yang Ihsan ajukan, yang pasti gadis itu kini hanya terpaku menatap Ihsan dengan mata bulatnya.
Ini sudah terlalu malam, pintu-pintu rumah kontrakan yang lain tampak tertutup rapat dan begitu hening. Sudah waktunya untuk semua beristirahat, mungkin hanya Ihsan dan gadis itu saja yang masih betah berlama-lama membuka mata.
Ihsan tak bisa tidur, seperti malam-malam sebelumnya. Begitu banyak hal yang berkecamuk dalam benaknya, apalagi SMS yang datang tadi ke ponselnya dari sang Ibu, semakin memperkeruh pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manuskrip Perjalanan Hati
Spiritual⛔Nggak perlu baca cerita ini kalau menurutmu cuma buang-buang waktu⛔ [18+] HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN Sinopsis: Hinari dan Ihsan seperti dua sisi mata uang yang berbeda. Kepribadian mereka bertolak belakang, logika mereka tak sejalan, impian h...