Menjaga Ica yang sakit, membuat tubuhku sendiri menjadi drop. Karena kurang tidur dan kurang beristirahat, akhirnya aku sendiri yang tiba-tiba tadi pagi saat visit dokter, malah yang terhuyung dan jatuh tak sadarkan diri. Hendra yang datang ke rumah sakit untuk menjenguk Ica, langsung mengurusku. Aku sendiri tidak tahu karena baru tersadar saat aku sudah terbaring di atas ranjang kamar perawatan dengan selang infus berada di tanganku. Tentu saja aku panik.
Saat aku bertanya kepada perawat yang memeriksaku, katanya aku terkena gejala tiphus. Pantas saja, aku merasa mual dan demam. Aku diharuskan istirahat total. Kondisiku sendiri juga begitu lemah sampai akan bangun saja aku tidak kuat. Tapi aku mengkhawatirkan Ica. Dia pasti rewel mengetahui aku tidak ada di sampingnya.
Menjelang siang, Hendra menampakkan diri di kamar perawatan.
"Bawa aku ke Ica, kalau bisa aku ingin dirawat di samping Ica."
Ucapanku itu membuat Hendra menggelengkan kepala.
"Ica di kamar anak, dan kamu harus di sini. Kamar perawatan dewasa. Tidak bisa meminta harus bisa di sana Ndis. Kamu tenang aja, Ica udah ada Lia kok."
Mataku membelalak mendengar ucapan Hendra. Tentu saja aku murka. Bagaimana dia dengan entengnya menyebut Lia di depanku dan menyuruh menunggu Ica.
"Nggak. Ica harus sama aku. Lia nggak berhak merawat Ica."
Aku kini berusaha untuk duduk, tapi belum sampai duduk aku langsung jatuh limbung lagi. Membuat Hendra langsung menangkap ku dan membaringkan aku lagi.
"Ndis, kamu jangan keras kepala. Kamu perlu istirahat total. Kondisimu sedang begini juga masih saja ngotot. Kebiasaan mu ini nggak pernah hilang."
Ucapan Hendra menohok hatiku. Aku menepiskan tangannya yang menyentuh bahuku untuk membuat posisiku nyaman.
"Aku bisa sendiri."
Akhirnya kutarik selimut untuk menutupi tubuhku. Lalu aku memejamkan mata. Terlalu muak harus berbicara dengan Hendra. Kenapa aku harus sakit? Disaat Ica sedang membutuhkanku.
****
Entah berapa lama Hendra di kamarku, karena aku tertidur. Saat aku terbangun, aku tidak mendapati Hendra. Aku langsung menghubungi Maya, satu-satunya orang yang bisa aku mintai bantuan.Aku meminta Maya untuk ke rumah sakit. Aku tidak bisa sakit begini, sendiri. Mau ke toilet saja aku harus memanggil perawat. Maya mengiyakan dan aku menunggu kedatangannya.
Tapi saat akhirnya Maya datang sore harinya, aku terkejut mendapati Abimanyu juga ikut.
"Tadi Mas Abimanyu ke toko mau nganterin kain lagi, pas Mbak telepon. Jadi yah..."
Maya meletakkan apel yang di bawanya ke atas nakas dan aku melihat Abimanyu yang tersenyum ke arahku.
"Kecapekan ya Mbak jagain Ica? Terus sekarang Ica sama siapa?"
Pertanyaan Abimanyu membuat aku menghela nafas.
"Tadi sama mantan suami."
Ucapanku membuat Maya langsung menoleh ke arahku. Dia yang tahu semua kisah tentang pernikahanku.
"Mbak, baikan sama mantan suami?"
Tentu saja aku langsung menggelengkan kepala yang membuat kepalaku semakin terasa pusing.
"Enggak. Tapi Ica memang butuh ayahnya selama sakit."
Penjelasanku itu membuat Maya kini menganggukkan kepala. Lalu menata barang-barang yang memang aku perlukan di sini. Sedangkan Abimanyu mengamati infusku lalu menatapku.
"Gejala tiphus Mbak?"
"Iya."
Abimanyu kini menatap infusku lagi lalu kemudian menoleh ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repihan Hati
RomanceGendis Rahayu Putri terpaksa harus menerima kenyataan pahit ketika menemukan suaminya sudah menikah siri dengan sahabatnya sendiri. Dia memutuskan untuk berpisah dan berusaha menjadi single mom untuk buah hatinya yang baru saja berumur 5 tahun. Dal...