❤️5 Dijodohin

17.9K 3K 140
                                    

Setelah bertemu tempo hari, Abimanyu sepertinya sibuk karena sudah seminggu ini dia tidak datang lagi. Toh apa yang kuharap kan? Memang kami hanya kenal begitu saja, kebetulan dia memang sosok yang baik. Tapi aku jadi memikirkan kata-katanya terakhir saat bertemu kemarin. Karena dia bilang dia yang tidak baik-baik saja melihat keadaanku. Sungguh, aku tidak mengerti maksudnya.

"Jeng Gendhis..."

Suara itu menyadarkan ku dari lamunan. Di ambang pintu toko sudah ada Bu Ani, ibu nya Abimanyu. Aku tersenyum menyambut kedatangannya.

"Udah jadi ya? Kemarin dapat wa dari Mbak Maya katanya bisa diambil."

Aku menyambutnya dan mempersilakan duduk. Lalu mengambil pesanannya dan memberikannya.

"Abimanyu yang saya suruh ke sini tapi dia katanya Ndak bisa. Padahal sejalan sama puskesmas tempatnya bekerja. Ya sudah saya saja. Owh iya punya Abi udah jadi juga?"

Aku menganggukkan kepala dan mengambilkan kemeja milik Abimanyu. Lalu membungkusnya dan menyerahkan kepada ibunya.

"Monggo Bu. Semoga pas ya?"

Beliau tersenyum "Saya percaya sama Jeng Gendhis, lha udah langganan to? Temen saya juga puas semua kok. Ketagihan katanya jahit di sini. Besok lagi ya?"

Aku menganggukkan kepala dan tersenyum. Memang Ibu dan anak sama-sama baik. Aku tahu, Bu Ani ini dari kalangan sosialita. Ke sini saja pasti membawa mobil mewahnya yang sekarang terparkir di depan toko. Tapi sikapnya dari awal itu tidak pernah merendahkan terhadap orang lain. Harusnya dia punya langganan butik mahal, tapi dia malah memilih di sini.

"Owh iya Jeng Gendhis udah sembuh? Abimanyu cerita katanya sempat dirawat di rumah sakit ya?"

Aku menganggukkan kepala lagi
"Kecapekan Bu, kebetulan kemarin merawat Ica yang juga sakit."

Bu Ani menganggukkan kepala dengan paham.

"Yang sabar ya? Single mother memang harus kuat. Lagian jangan mau ditindas juga sama pria. Kita harus tunjukkan power kita."

Maya yang baru saja dari dalam menyapa Bu Ani dan mereka saling sapa. Lalu aku mendengar nama Abimanyu disebut. Aku yang masih sibuk membereskan kain sisa baju milik Abimanyu dan Bu Ani kini menoleh ke arah mereka berdua.

"Iya. Anaknya Ndak mau. Padahal saya udah nyiapin calon istri gitu buat dia. Dokter juga lagi. Anaknya sahabat saya, eh Abi nya katanya masih nggak mikirin istri. Katanya, nanti malah istrinya cemburu sama pasiennya, gitu."

Aku mengernyitkan kening mendengar ucapan Bu Ani. Abimanyu dijodohkan?

"Ih, anak ibu itu ganteng loh Bu. Pasti juga banyak cewek yang ngantri, nggak usah dijodohin juga pasti banyak yang mau."

Itu celetukan Maya membuat Bu Ani terkekeh.

"Abi nya yang susah. Punya pacar tuh dulu jaman kuliah. Habis itu kan ceweknya kuliah di luar gitu, terus putus. Ampe sekarang Ndak mau lagi. Takutnya dia malah udah enjoy gitu. Adeknya udah rewel minta kawin, eh Masnya malah belum mau. Bingung saya."

Kuhela nafasku mendengar percakapan itu. Aku tersenyum sendiri, Abi yang dipaksa menikah kenapa jadi aku yang ikut memikirkannya?
*****

"Ica mau renang ya Bun. Besok Ayah mau jemput kok sama onty Lia."

Celetukan putri kecilku membuat aku menghentikan pekerjaan yang sejak tadi menyita waktuku. Ada baju yang harus aku selesaikan dan malam ini aku dan Ica menginap di toko. Maya sudah berpamitan pulang. Di belakang ada kasur dan juga selimut lengkap, memang aku siapkan kalau situasi mendesak begini. Ica sedang bergelung di atas kasur dan aku duduk di dekatnya.

Repihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang